Aktif Kampanye Antirokok, Ini Pesan Terakhir Kartono Mohamad
Dokter Kartono Mohamad mengingatkan, kebiasaan merokok yang terkena dampaknya tidak hanya perokok tetapi juga orang lain di sekitarnya. Wa bilkhusus keluarga.
"Kalau ingin merokok coba pikirlah kepentingan anak dan istri terutama ketika sedang hamil. Kalau tidak mau memikirkan diri sendiri maka pikirkanlah kepentingan orang lain, terutama keluarga sendiri."
Itulah agaknya yang menjadi pesan terakhir dokter Kartono Mohamad. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada 1985–1988, mengembuskan nafas terakhirnya pada Selasa, 28 April 2020. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Kakak kandung penyair Goenawan Mohamad ini, memang sudah sakit selama dua tahun terakhir. Kartono Mohamad, selain dikenal di jagat kedokteran adalah seorang intelektual yang punya pergaulan luas. Hal ini bisa dimaklumi, terpengaruh pergaulan adik kandungnya yang pendiri Majalah Tempo.
Kartono Mohamad, dokter kelahiran Batang, Jawa Tengah 13 Juli 1939 ini, pun kerap menulis masalah-masalah kemasyarakat dari perspektif kedokteran.
Tentang meninggalnya tokoh kedokteran tersebut, anggota Dewan Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ario Djatmiko, membenarkan hal itu. "Saya baru cek ke keluarganya ya memang dokter Kartono Mohamad meninggal. Sudah 1 bulan di ICU RS Pondok Indah," katanya
Kampanye antirokok
Dalam beberapa aktivitasnya sebelum sakit, dokter Kartono Mohamad aktif menjadi pembicara masalah kampanye antirokok. Ia pun memberi perhatian pada pemberlakuan gambar peringatan di bungkus rokok sudah resmi diberlakukan sejak 24 Juni 2014.
Efektivitas pemberlakukan gambar peringatan di bungkus rokok dalam pengendalian tembakau di Indonesia, menjadi perhatian serius baginya. Ia pun menjadi anggota Dewan Penasehat Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau.
"Efektivitas itu diukur dari apa dahulu? Kalau diukur dari kepatuhan pabrik rokok memasang gambar peringatan itu sudah hampir 100 persen tetapi kalau efektivitas pengaruhnya kepada rokok belum bisa dinilai sekarang. Sebab bagi yang sudah kecanduan rokok biarpun ada gambar peringatan itu tidak berpengaruh sama sekali," tuturnya, dalam suatu forum diskusi di Jakarta.
Menurutnya, peringatan gambar di bungkus rokok itu ditujukan kepada perokok pemula, anak-anak kecil, dan anak muda yang mau merokok supaya berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk merokok.
Sementara itu, kalau untuk efektivitas pengendalian tembakau di Indonesia juga belum tampak hasilnya. Gambar peringatan itu hanya merupakan suatu cara (langkah) saja. Jadi, kalau mau bicara pengendalian maka cara-cara yang lain tentu juga perlu dilakukan.
Sejak didirikannya Komnas PT, menurut Kartono Mohamad, gerakan-gerakan seperti ini tidak hanya dilakukan oleh Komnas PT tetapi juga organisasi lainnya. Jadi, kalau dibilang capaian Komnas PT, nanti Komnas PT dianggap mengklaim paling berjasa, kan banyak organisasi lainnya. Bersama-sama bergerak.
"Kalau bicara apa yang sudah dicapai untuk Indonesia terkait dengan gerakan pengendalian tembakau baik oleh Komnas PT dengan organisasi lainnya itu pertama masuknya pasal tembakau sebagai zak adiktif dalam undang-undang kesehatan. Kedua, diberlakukannya gambar peringatan. Dan ketiga adalah dikembangkannya kawasan-kawasan tanpa rokok," tutur Kartono Mohamad.
Ia pun berharap Indonesia bebas rokok. Kendalanya pada penegakkan hukum, terutama soal sanksi terhadap pelanggaran. Misalnya kawasan tanpa rokok kalau ada yang melanggar maka sanksinya apa itu belum ditegakkan. Nah, di Indonesia penegakkan hukum seperti itu masih sangat lemah sekali.
Kartono Mohamad, soerang dokter umum, merupakan pimpinan di majalah kedokteran, Medika. Dokter di TNI Angkatan Laut yang pensiun dengan pangkat terakhir Mayor ini pun menulis dua ratusan esai dan opini di media massa. Salah satu buku karyanya yang menarik, "Pertolongan Pertama", menjadi rujukan bagi masyarakat kesehatan di Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kartono Mohamad pun aktif memberi tanggapan dalam diskusi milis Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) yang berkembang sejak tahun 2000an di Mesir.
Kartono Mohamad cukup aktif merespon persoalan yang di dalamnya melahirkan sejumlah penulis dan tokoh di masyarakat di kemudian hari. Seperti M Guntur Romli, Abdul Ghofur Maimoen, dll.
Dokter Kartono Mohamad, memang dikenal sebagai penulis kolom yang aktif. Ia merespon persoalan kemasyarakatan dengan bahasa yang renyah dan mudah dipahami pembaca awam. Ia pun seperti dokter Faisal Baraas, menjadi komunikator masalah kedokteran, sehingga mampu menjelaskan dengan dengan bahasa yang lancar dan mudah dipahami.
Advertisement