Aksi Reuni 212 Berkorelasi dengan Pemilu 2019
Pusat Studi Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Brawijaya (UB) melalui Positive & Peace Cyberactivsm (PPCA) menganalisis media sosial terkait aksi Reuni 212 di lapangan silang Monas, Jakarta Pusat, Minggu 2 Desember 2018 lalu.
Dalam analisisnya mereka menyebut, Reuni 212 adalah aksi untuk memperingati tahun ke-3 demo tuntutan penistaan agama kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mantan Gubernur DKI.
Aksi tahun ini merupakan aksi dengan massa terbanyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meski aksi ini merupakan aksi massa terbanyak dibanding tahun sebelumnya, namun berjalan lancar dan tidak terjadi insiden yang meresahkan publik.
Ada beberapa situasi aksi yang dicatat PPCA dalam Reuni 212. Pertama, calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) tidak diundang, sedangkan capres Prabowo Subianto diundang. Kedua, Habib Rizieq Sihab pidato secara streaming. Ketiga, diputarnya lagu 'Astaghfirullah Punya Presiden Si Raja Bohong'.
Keempat, video trend 10 besar kegiatan aksi 212, hanya video soal Habib Bahardi peserta aksi. Lalu TVONE satu-satunya yang menyiarkan kegiatan reuni 212 di Monas, tidak ada media TV mainstream lain yang memberitakan. Terakhir, kesan positif dari kegiatan aksi yang damai dan kesan negatif dari politisasi kegiatan kampanye Presiden.
Program Manager PPCA, Rachmad Gustomy menjelaskan ada fakta unik di media sosial Twitter terkait aksi Reuni 212. Salah satunya, hampir semua tweet berhastag #2019gantipresiden mengandung kata: reuni, 212, monas, reuniakbar212, reuni212, dan reuniakbar212dimonas.
"Kalau orang menuduh bahwa Reuni 212 itu punya korelasi dengan Pemilu hanya lewat analisis omong-omongan ya kurang clear," katanya saat dikonfirmasi, Selasa 4 Desember 2018.
Kami melacak pada tanggal 2 Desember itu hashtag orang yang tweet tentang #2019gantipresiden tapi tidak tweet 212 itu ada tapi sangat sedikit. Mostly ngetweet hastag #2019ganti presiden pasti ngetweet reuni monas 212," tambahnya.
Kemudian weet yang memiliki hastag #reuniakbar212 #reuni212 #reuniakbar212dimonas, namun tidak mengandung kata Prabowo, Jokowi, Cebong, Presiden, #2019gantipresiden, jumlahnya sangat sedikit. Ada 4 variasi statemen dari wacana diatas.
Antara lain, tweet sarkasme pendukung Prabowo diluar kata kunci diatas; tweet dari kubu pendukung calon Presiden Jokowi; tweet dari live report di acara aksi 212; serta testimoni dan dukungan kepada peserta aksi.
"Jadi kesimpulannya aksi ini memiliki korelasi yang sangat dekat dengan dukungan Calon Presiden pada Pemilu 2019," ungkapnya.
Temuan PPCA lainnya terkait aksi ini yakni terdapat satu video dan beberapa tweet yang menunjukkan peserta aksi non-muslim yang datang dan mendukung acara reuni 212.
Sementara itu, ada dua trajektori dalam review Aksi Reuni 212. Antara lain reproduksi kegiatan Aksi 212 dalam kegiatan kampanye serta menunggu kejadian selanjutnya yang bisa di politisasi untuk kegiatan negatif dan hate.
"Isu ini akan bertahan oleh orang-orang yang berbicara tentang kampanye. Tapi orang-orang yang berbicara diluar itu ya akan tergantikan oleh isu-isu yang lain. Review ini kami modelling dari pattern-pattern sebelumnya dan modelingnya sama," terangnya.
"Seminggu ini orang nggak akan bicarain lagi soal 212 yang tidak berhubungan dengan Pemilu. Isu soal keagamaan tidak akan diproduksi lagi. Itu prediksi kami, kami tidak klaim kebenaran," pungkasnya. (umr)