Aksi Protes, Perempuan Iran Potong Rambut dan Bakar Kerudung
Aksi protes muncul di penjuru Iran, Rabu 21 September 2022 waktu setempat. Sejumlah pengunjuk rasa memenuhi jalan, juga membakar kerudung, dan memotong rambut, menuntut keadilan atas tewasnya Mahsa Amini. Perempuan 22 tahun itu meninggal dalam tahanan Polisi Moral setempat, akibat tak menggunakan kerudung sesuai standar Iran.
Aksi Protes
Pengunjuk rasa turun di banyak wilayah di Iran. Mereka membawa foto Amini ketika terbaring tak sadar di rumah sakit. Mereka meneriakkan protes, meminta agar pemerintah memberikan perlindungan dan hak pada perempuan.
Aksi protes berlangsung sepekan terakhir. Sejumlah perempuan membakar kerudung mereka dalam aksi di jalanan.
Video yang dibagikan BBC menunjukkan Rana Rahimpour, berdiri di atas mobil polisi yang tellah terbakar, meneriakkan orasi mengkritik pemerintahan Republik Iran.
"Satu pertanyaan. Apakah ini tetap menjadi protes melawan jilbab, atau berkembang menjadi aksi protes terhadap pemerintah," kata jurnalis NPR, Peter Kenyon.
Sedikitnya ada tujuh orang yang dilaporkan meninggal selama protes berlangsung, sepekan terakhir.
"Ini adalah momen George Floyd nya Iran," kata aktor berdarah Inggris, Omid Djalili, dalam komentar di sebuah video yang beredar online, dikutip dari NPR, Kamis 22 September 2022.
Kasus Mahsa Amini
Diketahui, Mahsa Amini, 22 tahun, meninggal pada Jumat di Tehran. Ia ditangkap pada Selasa dan dilaporkan dilarikan ke rumah sakit, tak lama setelah ditangkap polisi. Polisi moral di Iran menangkap Amini karena dianggap tidak mengenakan jilbab sesuai dengan aturan Iran.
Amini mengalami sejumlah luka di bagian kepala, sebelum meninggal, menurut siaran radio Iran International.
Amini ditangkap saat berada di dalam mobil kakaknya, ketika mengunjungi keluarga di Tehran. Ia berasal dari Provinsi Kurdiztan.
Ayah Amini menyebut anaknya mendapat pemukulan dari aparat kepolisian sehingga menyebabkannya meninggal.
Sedangkan polisi membantah hal itu, dan mengatakan Amini meninggal akibat penyakit jantung serta epilepsi. Meski aparat Iran lainnya berjanji akan melakukan penyelidikan atas kasus itu.
Simbol Opresi Perempuan di Iran
Amini dianggap sebagai simbol terjadinya opresi pada perempuan di Iran. Namun, kasus serupa bukan yang pertama terjadi di negara tersebut.
Tahun 2019, Sahar Khodayari harus menyamar menjadi laki-laki untuk menyelinap ke dalam stadion, dan menonton pertandingan bola.
Malangnya, aksinya kepergok polisi dan perempuan 29 tahun itu harus dipenjara selama 3nam bulan. Selanjutnya Khodayari melakukan aksi unjuk rasa dengan membakar dirinya sendiri hingga meninggal.
Peristiwa itu memantik protes aturan ketat yang harus dihadapi perempuan Iran setiap harinya.
Sedangkan kasus lain seperti pembunuhan berdasarkan gender, marak di Iran dan menempatkan perempuan sebagai korban, tidak kunjung mendapatkan perlindungan ketat dari regulasi dan pemerintah setempat.