Aksi Pawang Hujan di Mandalika Viral, Ini Penjelasan BRIN
Aksi Raden Roro Istiati Wulandari, pawang hujan di Mandalika, mengendalikan hujan pada Minggu 20 Maret, 2022 viral di media sosial. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki penjelasan tentang modifikasi cuaca.
Pawang Hujan di Mandalika
Aksi pawang hujan di sirkuit Moto GP Mandalika, viral di media sosial. Sosok Roro Istaiti Wulandari berjalan di tengah hujan, sambil melakukan ritual meredakan hujan, di atas sirkuit Moto GP.
Diketahui, pawang hujan perempuan itu adalah perempuan kelahiran Papua dan mengaku sebagai penganut aliran kepercayaan kejawen.
Ia sudah berada di Lombok sejak 3 Maret dan bertugas mengawal proses pengaspalan Sirkuit Mandalika sebagaimana diminta Dorna, dikutip dari cnndindonesia.com.
Untuk tugasnya mengatur hujan, ia mengaku mendapat upah ratusan juta alias tiga digit, dikutip dari suara.com.
Penjelasan BRIN
Hujan di Mandalika sebenarnya sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya.
Hujan deras disertai kilat pada 18-20 Maret akan melanda Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Bima, Kota Bima, dan Dompu.
Prediksi itu pun diikuti upaya modifikasi cuaca, sejak 18 Maret hingga 20 Maret 2022 oleh Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BRIN. Koordinator Laboratorium TMC Budi Harsoyo pun memberi penjelasan secara ilmiah serta andil TMC di Mandalika.
Ia menjelaskan, cara kerja TMC menggunakan armada pesawat beroperasi di jalur penyemaian awan. TMC kemudian melepaskan bahan semai dari unsur kimia yang mampu menjatuhkan hujan di luar area sirkuit.
"Sebelum mereka (awan-awan hujan) mendekat, kami cegat, kami jatuhkan hujannya di luar Mandalika. Ada awan tumbuh baru, segera kami terbang dan jatuhkan kembali. Begitu seterusnya," kata dia dalam keterangan tertulis yang dikutip dari detik.com, Minggu 20 Maret 2022.
Dia mengatakan upaya tersebut dibuktikan dari konsentrasi hujan pada 18 dan 19 Maret yang mampu dieliminasi dari Mandalika ke perairan selatan Pulau Lombok.
Namun, sambung Budi, ada tantangan terberat menuju klimaks perhelatan Moto GP, pada Minggu, 20 Maret 2022. Yakni embusan angin yang berubah arah, yang awalnya bergerak dari tenggara ke selatan, hari ini berubah dari arah utara karena low pressure sudah bergeser di selatan Pulau Lombok.
"Bisa berpotensi menjadi senjata makan tuan jika kami semai awan di utara. Sementara pesawat belum sempat ke posko, entah karena kondisi cuaca ataupun karena adanya NOTAM RI-1 yang akan mendarat di BIL siang nanti," lanjutnya.
Selain itu, TMC juga belum mampu mengantisipasi hujan yang terjadi di dini hari di Mandalika, sebab armada pesawat belum mempunyai kemampuan beroperasi untuk penerbangan malam/dini hari.
Advertisement