Aksi Mahasiswa Di Gedung DPR Berakhir Damai Tanpa Gas Air Mata
Aliansi Mahasiswa Indonesia yang terdiri dari BEM-BEM universitas kembali melakukan aksi di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta Pusat, Selasa 1 Oktober 2019. Momen ini bertepatan dengan pelantikan anggota DPR RI periode 2019-2024.
Aksi demo kali ini berakhir tanpa ricuh. Personel gabungan TNI-Polri yang mengamankan demonstrasi pun mengantarkan sejumlah massa berjas almamater pulang menggunakan KRL ke Stasiun Palmerah.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan mengatakan, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kericuhan. Dia menilai aksi hari ini berjalan dengan tertib.
"Ada sekitar 1.000 orang. Hari ini paling banyak gabungan dari BEM Bogor sekitar 350 orang. Mereka minta difasilitasi oleh Polri oleh TNI untuk jalan kembali ke Stasiun Palmerah untuk kembali ke Bogor," ujar Harry. Ia sendiri juga ikut mengantarkan para mahasiswa ke Stasiun Palmerah.
Para mahasiswa minta pengawalan karena khawatir ada massa penyusup yang bisa memicu kericuhan.
"Karena mereka juga tidak mau ribut, tidak mau rusuh. Mereka takut ada penyusup. Tadi minta dikawal kami, TNI-Polri. Mereka minta difasilitasi sampai Stasiun Palmerah," jelas Harry.
Tak hanya pengawalan, massa juga sempat melaksanakan salat Asar bersama dan bersalaman dengan polisi usai menunaikan ibadah salat.
"Sebelum kita pulang, ayo kita salam-salaman sama pak polisi," ujar seorang mahasiswa berjaket Universitas Islam Negeri (UIN).
Aksi salaman dengan polisi ini diikuti sejumlah mahasiswa dari kampus lain. Tak lama berselang, sejumlah mahasiswa mengheningkan cipta.
Selanjutnya, massa juga menyanyikan lagu 'Gugur Bunga' pada pukul 17.09 WIB. Salah seorang mahasiswa yang naik ke atas beton pembatas jalan memimpin nyanyian lagu 'Gugur Bunga' lewat pengeras suara.
Beberapa menit kemudian, mereka berfoto bersama polisi yang berjaga. "Sebagai bentuk solidaritas, mari kita foto bareng polisi," tuturnya.
Ketua BEM Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Muhammad Abdul Basit mengatakan, demonstrasi mahasiswa berlangsung tertib karena gerakan yang dibangun adalah gerakan intelektual.
Peserta aksi juga sempat membagikan bunga kasih kepada prajurit TNI dan Polri yang berjaga di depan Gedung DPR RI. Berbeda dengan aksi sebelumnya yang diwarnai dengan ketegangan dan berakhir ricuh.
"Aksi solidaritas, mengingat kawan-kawan yang sudah menjadi korban di Kendari, saudara Randi dan saudara Yusuf, ada pelajar juga ya. Ini jadi poin juga menyampaikan kepada masyarakat luas bahwa sebenarnya aksi kerusuhan yang terjadi sampai saat ini bukan dari mahasiswa. Itu bukan narasi dan bukan pergerakan mahasiswa.
Pergerakan mahasiswa ya pergerakan intelektual di mana kita membangun narasi membuat tuntutan kepada mereka wakil rakyat atau pun pemerintah," kata Abdul Basyid.
Dia ingin menunjukkan bahwa demonstrasi yang digelar mahasiswa adalah aksi damai yang berfokus pada poin-poin tuntutannya.
"Kita khawatir terkait dengan framing di mana di pusat ricuh maka di daerah juga ricuh. Kita ingin sebagai role model atau sebagai poin besar bahwa kita aksi bisa damai kok dan fokus pada tuntutan kita. Ini yang ingin kita bangun, karena kita tidak mau lagi ada korban lagi yang bertambah atau pun darah lagi yang tercecer," terang dia.