Kronologi Anggota DPRD Disiram Air Doa di Surabaya, Massa Aksi Indonesia Gelap Putar Lagu Sukatani
Ratusan mahasiswa, akademisi dan masyarakat sipil yang mengatasnamakan diri sebagai Arek Gerak (Gerakan Rakyat) menggelar aksi 'Indonesia Gelap', di depan Gedung DPRD Jawa Timur, di Surabaya, Jumat 21 Februari 2025.
Pantauan Ngopibareng.id, mayoritas massa aksi yang memakai pakaian hitam-hitam. Massa juga turut membawa poster, yang di antaranya bertuliskan 'Dulu Sok Cinta Rakyat, Sekarang Cinta Duit Rakyat', 'Rakyat Diperas Anggaran Pendidikan Dipangkas Indonesia Cemas', 'Di Negara Ini yang Waras Cuma Rakyat', dan lainnya.
Terlihat mereka juga memutar lagu dari grup musik Sukatani berjudul 'Bayar Bayar Bayar', yang belakangan ditarik dari peredaran karena dianggap mengkritik keras institusi Polri. Sementara terlihat ratusan personel kepolisian hanya melihat lagu tersebut diputarkan oleh massa aksi menggunakan pengeras suara.
“Hidup Sukatani! Hidup Sukatani! Hidup Sukatani!,” ucap salah satu orator aksi disambut oleh para demonstran.
Massa pun lalu bergantian melakukan orasi. Selain berorasi, massa juga menampilkan teatrikal yang melambangkan berbagai kejadian di Indonesia selama 100 hari lebih masa pemerintahan Presiden Prabowo. Di antaranya kebijakan dan peraturan yang tidak pro-rakyat, pembentukan kabinet gemuk, hingga tindakan represif terhadap karya seni.
“Sebenarnya menggambarkan isu-isu yang sedang kita tuntut hari ini. Banyak pembungkaman kritik dari seni, ada pemberedelan lukisan, pentas teater di Bandung juga dibredel, lalu terakhir lagu Sukatani yang berjudul ‘Bayar Bayar Bayar,’ itu juga dibredel,” ucap salah satu peserta aksi Muhammad Abdul Gani Bima.
Selanjutnya, terdapat juga penampilan seorang mahasiswa yang berperan sebagai rakyat jelata. Ia terlihat sedang menjerit dengan mulut tertutup lakban hitam, yang menandakan pembungkaman terhadap kebebasan berpendapat.
Rakyat itu juga terlihat sampai berguling-guling dan memohon dengan sangat kepada pejabat untuk mendengar suara mereka. Namun, pejabat dengan segala kuasa yang dimilikinya justru tidak mendengarkan suara rakyat dan menutup kedua telinganya.
"Rakyat di sini kelaparan. Tadi juga ada adegan berguling-berguling yang menyimbolkan kemiskinan itu tidak pernah usai. Setiap ganti penguasa ada kemiskinan baru. Nah itu kan sebuah ironi yang terus kita alami. Kita sudah merdeka, tetapi kenapa rakyat ini masih lapar, dan penguasa itu malah joget-joget dan mendapat fasilitas mewah," tegasnya.
Selain itu, terdapat pula pemeran lainnya yang berperan sebagai ibu pertiwi. Dengan mata tertutup, ibu pertiwi yang terlihat sedang menari-menari sebagai simbol dari kekayaan sumber daya alam, tetapi para penguasa bersiap untuk merusaknya sewaktu-waktu demi kepentingan golongan tertentu.
"Pemeran penari yang ditutup matanya itu juga menyimbolkan Ibu Pertiwi, yang sedang memperindah negara kita, tetapi para penguasa selalu merusaknya dengan tambang, penggundulan hutan, kelapa sawit, dan sebagainya," ucapnya.
Anggota DPR Disiram Air
Aksi demonstrasi sempat ricuh saat anggota DPRD Jatim Fraksi PDI Perjuangan, Yordan M Batara-Goa dan Fuad Bernadi, yang adalah putra dari mantan Menteri Sosial dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini, menemui para massa aksi pada sekitar pukul 14.30 WIB. Yordan pun langsung berbicara di depan demonstran.
"Saya dari pagi sudah mendengar apa yang jadi aspirasi kawan-kawan semua," tuturnya.
Namun sayangnya, pembicaraan pembuka itu malah disoraki “bohong”, dan umpatan lainnya oleh massa. Yordan mengabaikan gangguan itu. Ia masih melanjutkan orasinya.
"Teman-teman perhatikan saya di atas, di tangga, sehingga kami sudah mendengar apa yang menjadi keresahan kawan-kawan semua, memang tidak semua kebijakan yang disebutkan ada dalam kewenangan provinsi. Tapi intinya, kami sebagai anggota DPRD Jatim akan memperjuangkan yang terbaik bagi warga Jatim, tidak ada masyarakat yang jadi korban," serunya.
Yordan lantas menegaskan, pihaknya memahami semua kebutuhan masyarakat dan mahasiswa, seperti Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan LPG.
"Kami tahu, saya juga dosen, saya tahu mengalami beratnya kuliah mahasiswa. Oleh karena itu, kami berusaha berjuang keras kerasnya agar tidak ada kehijakan yang merugikan saudara, kami dengar masalah MBG (makan bergizi gratis). Masalah UKT, elpiji (LPG), memang kebihakan pusat," urainya.
Yordan mengatasnamakan DPRD Jatim mengklaim akan tetap berjuang bersama untuk kepentingan masyarakat. Masa reses yang masih berlangsung menurutnya dimanfaatkan untuk menyerap aspirasi warga.
"Kami di sini, berasal dari masyarakat dipilih rakyat kewajiban kami memastikan rakyat Jatim sejahtera. Kami tidak bisa berjalan sendiri, upaya koreksi demonstrasi menjadi masukan kami agar bekerja lebih hebat lagi. Masa reses semua anggota DPRD turun ke daerah masing-masing. Kami upaya agar aspirasi kawan-kawan didengar semua. Kami sadar kami bukan ketua, hak-hak anggota DPRD itu sama," tegasnya.
Massa aksi pun semakin memanas dan tak mau mendengarkan orasi panjang tersebut. Mereka menuntut kehadiran Ketua DPRD Jatim atau seluruh Ketua Fraksi DPRD Jatim. Namun, menurut Yordan, mereka tidak ada di tempat.
Salah satu massa aksi langsung melontarkan kalimat pedas. Pihaknya pun menganggap bahwa pernyataan Yordan tersebut adalah lip service belaka dari seorang politikus.
"Dari tadi kita mendengar sekedar ucapan saja dan kalau memang beliau itu berjanji, maka kita yang akan memastikan janji-janji tersebut," tegasnya.
"Tapi polisi-polisi sebagai tonggak awal penindas rakyat, sepakat. Biar mereka-mereka itu percaya yang namanya barokah. Kalau mereka percaya yang namanya barokah, maka semua elemen masyarakat mendoakan agar bapak ini dan kroni-kroninya agar menepati janji janjinya. Maka dari itu kita mendoakan, khususon ila ruhi khulhu. Alfatihah," serunya sambil menyiramkan air doa kepada dua anggota DPRD Jatim tersebut.
Saat audiensi belum selesai, kedua anggota dewan yang terhormat itu meninggalkan titik aksi pada pukul 14.40 WIB. Mereka pun disoraki dan sempat dilempari oleh para pengunjuk rasa. Situasi demonstrasi sempat sedikit chaos karena hal itu.
Tak berselang lama, hujan deras pun mengguyur kawasan Jalan Indrapura, titik aksi 'Indonesia Gelap' hari ini. Massa aksi pun satu persatu membubarkan diri secara mandiri dan damai mulai pukul 15.00 WIB.
Advertisement