Aksi Demo Mahasiswa, Pemerintah dan DPR Klaim Ditunggangi
Ribuan pendemo dari unsur mahasiswa, buruh hingga petani memulai unjuk rasa di kawasan Istana Merdeka, Selasa 24 September siang, hingga massa memblokade Jalan Medan Merdeka Barat, guna menolak pengesahan RUU KUHP, revisi UU KPK, dan RUU Pertanahan.
Meskipun pendemo memblokade namun kondisi keamanan masih terkendali dengan pengawalan dari sejumlah aparat gabungan Polri, TNI, serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sekitar pukul 14.00 WIB, massa dari Istana Merdeka menuju Gedung DPR/MPR RI guna bergabung dengan kelompok massa lain untuk menyampaikan aspirasi kepada para anggota perwakilan rakyat.
Massa dari berbagai elemen masyarakat itu menyampaikan aspirasi mendesak anggota DPR RI membatalkan pengesahan RUU yang dianggap kontroversi tersebut.
Pergerakan massa semakin besar dan eskalasi semakin meningkat di depan gerbang pintu utama Gedung DPR/MPR RI pada Selasa sore.
Bahkan pendemo berusaha mengoyak pagar besi gedung parlemen yang dijaga barikade kepolisian, bahkan polisi berkoordinasi dengan PT Jasa Marga untuk menutup Jalan Tol Dalam Kota Jakarta dari Cawang arah Tomang karena situasi eskalasi semakin meningkat.
"Untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengguna jalan, saat ini dalam persiapan untuk penutupan akses yang menuju ke lokasi demonstrasi," kata Corporate Communication Departemen Head PT Jasa Marga Irra Susiyanti.
Ruas jalan tol di depan Gedung DPR/MPR itu pun tidak bisa dilalui kendaraan bermotor karena pendemo yang membludak hingga menutupi jalan tol, kemudian petugas mengarahkan pengendara ke pintu keluar terdekat.
Sementara itu, Jalan Tol Dalam Kota dari arah Tomang menuju Cawang tidak terpengaruh dan beroperasi normal.
Selain itu, pengelola PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) pun turut menghentikan operasional busway pada beberapa rute khususnya yang melintasi kawasan Gedung DPR/MPR RI.
Mulai Anarkis
Setelah petugas menutupkan akses jalan tol, pendemo mulai memperlihatkan aksi anarkis dengan cara merangsek kawat berduri untuk masuk ke dalam komplek Gedung DPR/MPR RI.
Melalui salah satu koordinator aksi yang berorasi, pendemo merobohkan pintu besi gedung anggota legislatif itu hingga kericuhan pecah.
Massa melemparkan benda seperti botol air mineral, botol kaca, batu, dan kayu ke arah aparat yang telah dilengkapi tameng, helm, serta rompi pelindung tubuh.
Kapolres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Polisi Harry Kurniawan memastikan petugas tidak dilengkapi senjata peluru tajam dan berkali-kali mengimbau pendemo tidak bertindak anarkis.
Karena pendemo terus memaksa masuk ke Gedung DPR/MPR RI, maka petugas menyemprotkan watercannon dan melepaskan tembakan gas air mata guna memecah konsentrasi massa yang mulai tidak terkendali.
Awalnya, tiga polisi dan tiga pendemo terluka akibat terkena lemparan benda saat bentrokan di depan Gedung DPR/MPR RI itu, sehingga petugas mengevakuasi para korban luka.
Sementara itu, pendemo mampu menjebol dua pintu samping kanan Gedung DPR/MPR RI namun polisi masih dapat membarikade sehingga massa tidak dapat masuk ke dalam gedung parlemen.
Pasukan TNI memperkuat pengamanan kepolisian pada kedua pintu samping kanan agar pendemo tidak menyusup ke Gedung DPR/MPR RI.
Petugas kepolisian memukul mundur para pendemo dari depan pintu utama Gedung DPR/MPR RI ke arah Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, sedangkan beberapa kelompok massa berlari ke arah Slipi.
Sementara itu, kondisi di depan gerbang utama Gedung DPR RI steril dari kerumunan pengunjuk rasa setelah petugas membubarkan massa.
Terkait kekuatan pengamanan yang dikerahkan untuk aksi penolakan RUU itu, Polda Metro Jaya menurunkan 18.000 personel termasuk dari unsur TNI dan Pemprov DKI Jakarta, serta bantuan anggota Brimob Polda Lampung.
Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya juga mengalihkan arus kendaraan di sekitar Gedung DPR/MPR RI guna menghindari kepadatan lalu lintas.
Bahkan polisi tidak memberlakukan penegakkan hukum terhadap kendaraan yang melanggar pada kawasan ganjil genap saat situasi aksi berlangsung ricuh.
Rusak Fasilitas Umum
Demonstran yang sudah tidak terkendali semakin berani dengan membakar pos pintu tol dalam Kota Penjompongan yang berada tidak jauh dari Gedung DPR/MPR RI sekitar pukul 20.00 WIB.
Kepolisian mengerahkan dua mobil taktis watercannon untuk memadamkan api yang melalap bangunan pos pintu tol Pejompongan.
Selain itu, aparat tidak hentinya melontarkan gas air mata untuk mendorong mundur para demonstran yang berada di kawasan Slipi dan Jembatan Layang Gerbang Pemuda Senayan.
Aksi massa tetap berlanjut dengan membakar ban, spanduk, bahkan merusak sepeda motor yang berada tidak jauh dari lokasi unjuk rasa tersebut.
Pengunjuk rasa juga membakar pos polisi yang berada di wilayah Palmerah, Jakarta Barat, serta ban di atas rel kereta listrik kawasan Stasiun Palmerah.
Sementara itu, pendemo mencari perlindungan ke dalam Stasiun Palmerah sehingga pengelola stasiun menyediakan tempat evakuasi dan perawatan karena sejumlah penumpang dan pengunjuk rasa terkena asap gas air mata yang tertiup angin ke arah stasiun.
Situasi di Stasiun Palmerah sempat ricuh karena banyak calon penumpang KRL yang batuk, sesak, dan mata perih karena terdampak asap gas air mata yang ditembakkan petugas.
Bahkan rangkaian KRL di Stasiun Palmerah yang menuju Serpong maupun Tanah Abang sempat terhenti beberapa saat karena situasi yang ricuh di dalam maupun luar stasiun.
Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA di lapangan, hingga pukul 23.00 WIB tercatat sedikitnya lima unit fasilitas publik rusak akibat dibakar hingga aksi vandalisme.
Dua unit gardu di Gerbang Tol Pejompongan diketahui hangus diduga sengaja dibakar oleh oknum sekitar pukul 20.30 WIB.
Api melalap seluruh fisik bangunan selama 15 menit hingga dipadamkan oleh dua unit mobil water canon kepolisian.
Selain itu pos polisi Palmerah, Jakarta, juga mengalami kondisi serupa. Sekitar pukul 20.00 WIB, pos yang terletak di sekitar Kompleks DPR Senayan Jalan Tentara Pelajar hangus dibakar oknum tidak dikenal.
Sementara pos polisi di Jalan Gerbang Pemuda Senayan juga hangus terbakar pada pukul 19.00 WIB.
Satu unit bus milik Yonif Mekanis 202 dibakar massa tidak dikenal di Jalan Lapangan Tembak Senayan, namun belum diketahui waktu kejadiannya.
Satu unit tiang listrik di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta juga tampak mengeluarkan api diduga dirusak oleh oknum sekitar pukul 21.00 WIB.
Api yang keluar dari tiang listrik tersebut sulit dipadamkan karena mengeluarkan percikan korsleting listrik.
Fasilitas lainnya yang juga mengalami kerusakan adalah pagar gedung DPR RI yang menjadi sasaran amuk mahasiswa menjelang sore hari.
Aksi vandalisme tampak di sejumlah median jalan tol dalam kota Jakarta, tepatnya di sekitar GT Pejompongan yang terbakar.
Coretan-coretan tampak di sekitar pagar Gedung DPR/MPR, namun kini telah dibersihkan petugas.
Ditunggangi
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah meyakini demonstran yang terlibat bentrok dengan personel kepolisian sudah bukan berasal dari mahasiswa.
"Saya percaya ini bukan mahasiswa. Mahasiswa itu pada dasarnya datang dengan motif dialog dan atas suatu yang konstruktif," ujar Fahri.
Fahri menyatakan kericuhan yang terjadi di depan Gedung DPR/MPR RI bukan cara yang biasa dilakukan mahasiswa, tetapi sudah berbentuk tindakan anarkis seperti pembakaran bus, pos polisi, dan pos pintu tol.
Menurut dia, kalau pericuh sudah bukan mahasiswa dan kejadian di luar jam demonstrasi atau malam hari, maka cara mengatasinya, yakni dengan cara ketegasan dari aparat.
"Kejadian malam ini kita sayangkan. Akhirnya ini sudah bukan tindakan dialog yang kita kehendaki," katanya.
Rencana awal, Fahri akan menemui pendemo namun urung dilakukan karena terkena gas air mata di halaman Gedung DPR/MPR RI.
Sedangkan, Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly menduga aksi mahasiswa menolak RUU KUHP yang dilakukan di sejumlah daerah ditunggangi pihak tertentu untuk tujuan politis.
"Isu demonya dimanfaatkan untuk tujuan politis," tutur Yasonna.
Yasonna menekankan agar mahasiswa tidak terlibat agenda politik dari pihak tertentu yang memanfaatkan gerakan mahasiswa.
Yasonna mempersilahkan mahasiswa yang kontra terhadap RUU KUHP maupun revisi UU KPK dan lainnya untuk berdiskusi langsung dengan DPR RI atau Menkumham.
"Kalau mau bertanya tentang RUU dateng ke DPR, dateng ke saya. Bukan merobohkan pagar," ujar Yasonna.
Yasonna juga menyinggung demo mahasiswa sebelumnya yang tidak ditemui DPR pada Senin (23/9). Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR sudah menemui perwakilan pengunjuk rasa.
Jumlah Korban Dirawat
Sebanyak 90 korban kericuhan dalam demonstrasi mahasiswa di sekitar Gedung DPR-MPR RI Jakarta dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan.
"Update-nya itu ada 90 pasien," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat RSPP Agus W Susetyo.
Agus menjelaskan dari 90 korban yang dilarikan ke IGD RSPP, 74 orang di antaranya berstatus hijau, yakni kondisi di mana pasien tidak memerlukan penanganan serius dan bisa langsung pulang.
Sementara 14 orang lainnya berstatus kuning, yakni pasien dengan kondisi perlu penanganan segera, namun dalam kondisi stabil.
Sedangkan 2 orang sisanya berstatus merah atau pasien dengan kondisi perlu penanganan cepat dan harus dirawat inap.
"Itu data pasien yang masuk IGD RSPP dari pukul 17.00 sore tadi sampai pukul 00.30 WIB," ucap Agus.
Agus mengatakan untuk korban dengan status hijau dan kuning, keluhan yang dialami rata-rata terkait dengan masalah pernapasan lantaran menghirup asap gas air mata.
Selain itu, beberapa korban juga mengeluh lemas, memar dan kelelahan setelah melakukan aksi demonstrasi dari siang hari.
Sementara untuk korban dengan status merah disebabkan oleh benturan di kepala.
"Yang benturan di kepala, dan satu terjatuh sehingga punggungnya memar itu di rawat inap, yang lainnya sudah pulang," kata dia.
Belasan pendemo lainnya yang terkena tembakan gas air mata menjalani perawatan di ruang Unit Rawat Jalan Gedung A Rumah Sakit Mintohardjo Jakarta Pusat.
"Saya dikirim ke rumah sakit sekitar jam 17.30 WIB. Setelah bahu kanan saya terkena selongsong gas air mata polisi," kata korban, Muhammad Noval (22).
Noval menyebut sejumlah mahasiswa yang juga mengalami kejadian serupa, saat ini dalam perawatan intensif tim dokter.
Noval berbaring lemas di ruang lobi URJ-A setelah dievakuasi petugas dari ruas Jalan Tol Dalam Kota Jakarta usai kericuhan blokade jalan sekitar pukul 16.30 WIB.
"Kronologinya saya dilempar gas air mata. Mata saya pedih banget terus setengah sadar dibawa petugas," ucap Noval.
Mahasiswa Universitas Indraprasta jurusan Informatika itu mengaku terkena selongsong peluru gas air mata dari jarak sekitar lima meter saat aparat berupaya membubarkan massa dari Jalan Tol depan Gedung MPR/DPR Senayan.
Korban lainnya Sultan Hafidz mengaku terkena peluru gas air mata tepat di bibir atas hingga mengalami robek.
"Gas air matanya ditembak kena mulut saya. Tadi baru selesai dijahit di dalam," katanya.
Sementara itu, terdapat sekitar 11 mahasiswa yang hingga kini terbaring di ranjang perawatan RS Mintohardjo.
Namun petugas bagian informasi belum berkenan menyampaikan informasi terkait jumlah pasien dari kalangan demonstran yang menjalani perawatan.
"Kami tidak bisa info, karena sifatnya rahasia," ujar petugas piket bagian informasi RS Mintohardjo.
Situasi terakhir, arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto, tepatnya di depan gerbang utama Gedung DPR/MPR RI dibuka kembali pascademo mahasiswa.
Kendaraan bermotor sudah dapat melintas di Jalan Gatot Subroto, baik ke arah Senayan maupun ke arah Slipi sejak pukul 01.00 WIB, dikarenakan para demonstran dari arah Slipi dan Senayan sudah menghentikan aksinya.
Begitu juga dengan tol dalam kota, kendaraan langsung melintasi gerbang Tol Pejompongan yang tidak berfungsi karena sempat dibakar oknum pendemo.
Pembukaan arus lalu lintas dilakukan secara perlahan, saat demonstran sudah membubarkan diri.
Di Jalan Gatot Subroto arah Senayan, petugas memberlakukan kembali arus satu arah karena sebelumnya sempat dijadikan jalur dua arah.
Sebelum arus lalu lintas dibuka, sejumlah kendaraan Dinas Kebersihan DKI Jakarta beroperasi membersihkan sampah dan puing dari sisa aksi massa sejak siang itu.
Tak hanya itu, truk derek beroperasi untuk mengangkut bekas-bekas kendaraan yang tergeletak di jalan karena rusak saat demonstrasi berlangsung.