Aksi dan Ritual Ala Rara, Indonesian 'Marketeer of The Year'
Keberhasilan marketing paling top adalah marketing yang memberikan impact besar terhadap sesuatu. Gelaran MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB sudah memberikan efek marketing yang luar biasa bagi Indonesia di mata dunia.
Mulai dari pemandangan yang sangat indah, sirkuit yang berkelas dunia, tribun penonton dan VIP, serta bukit 360 yang dibangun dalam sekejap bak cerita Roro Joggrang itu.
Semua itu menuai pujian dari seluruh dunia untuk Indonesia. Tapi harus ada “satu” hal lagi yang menjadi “selling point” atau point of interest selain hal-hal seputar sirkuit dan sekitarnya itu.
Hari Minggu itu, 20 Maret. Cuaca sejak pagi tidak menentu. Sempat hujan sebentar jam 09.00 WITA saat balapan Idemitsu Asia Talent Cup race 2 digelar.
Lantas hujan berhenti dan cuaca kembali panas meski tidak seterik Jumat dan Sabtu. Saat balapan Moto2 dan Moto3 berjalan, tidak hujan sama sekali. Langit cenderung berawan.
Malapetaka tiba saat jam 14.00 langit mulai gelap, awan mulai bergulung-gulung di atas Sirkuit Mandalika.
Menurut pantauan satelit dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memang ada fenomena kawasan Mandalika diguyur hujan dengan intensitas tinggi hingga badai sejak tanggal 17 hingga 19 Maret itu.
Sedangkan puncak balapan MotoGP, 20 Maret disertai juga dengan badai petir.
Memegang data itu, penyelenggara balapan Pertamina Grand Prix of Indonesia, Mandalika Grand Prix Association bersama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) sebagai pemilik even bekerja keras agar balapan berjalan lancar.
Alhasil mereka menggunakan jasa pawang hujan, Raden Roro Istiati Wulandari. Pawang hujan kelahiran Papua ini sudah ada di Sirkuit Mandalika sejak tanggal 3 Maret. Sejak persiapan pembangunan itu, Rara sudah bekerja menghindari menghalau hujan agar semuanya lancar.
Beruntung, tim Ngopibareng.id sempat bertemu dan menyaksikan secara langsung aksi Rara pada hari Rabu, 16 Maret di sekitar paddock.
Biasanya, memang pawang hujan bekerja di balik layar. Tidak terekspos orang lain. Tetapi berbeda di hari Minggu itu. Saat detik-detik krusial antara dijalankan, dibatalkan, atau ditunda gelaran MotoGP gara-gara hujan badai dan petir, Rara muncul di tengah sirkuit.
Tepatnya dia berjalan di tengah sirkuit, area pitlane dan paddock. Mata seluruh dunia melalui kamera video maupun kamera handphone, dan kamera DSLR merekam tingkah laku Rara. Mereka merekam live maupun taping atau pun foto.
Begitu pula yang berada di Sirkuit Mandalika, seluruh mata pembalap, mekanik, tim support, tamu undangan, 63 ribu penonton semua memandang ke arah wanita berusia 38 tahun ini.
Selama kurang lebih 30 menit dia “bekerja” dengan merapalkan mantra-mantranya sambil membawa alat bantu. Akhirnya hujan bisa reda dan balapan yang sudah tertunda selama 1 jam itu berjalan lancar.
Benarkah ini sebuah marketing kelas dunia? Menurut Ngopibareng.id, iya ini adalah marketing kelas dunia dan cocok dikatakan sebagai “the man on the right place and on the right time”.
Cuaca adalah kuasa Tuhan YME. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hanya bisa memprediksi dan meramalkan tetapi tidak bisa “membuat”. Jadi hujan lebat yang datang di puncak jam gelaran MotoGP itu memang harus turun.
Dan memang Rara yang dibayar mahal oleh tim MGPA dan ITDC itu mempunyai tugas untuk sebagai pawang hujan. Jadi dia harus menghalau awan atau menghentikan hujan itu. Menurut cara adatnya. Menurut doanya. Menurut kepercayaannya.
Tetapi hanya karena saat itu seluruh mata di dunia sudah melihat ke MotoGP via langsung, streaming, atau TV sambil menunggu apa yang dilakukan Dorna atas kondisi hujan lebat ini.
Lalu muncullah Rara yang berusaha menghalau awan dan menghentikan hujan. Sehingga seluruh kamera dan mata menyorot serta menyaksikan aksinya.
Karena urgensi itu, dia harus tampil di depan di tengah-tengah sirkuit. Tidak lagi di belakang layar. Yang tidak diketahui keberadaannya oleh orang banyak. Jadilah Rara sorotan dunia. Dan akhirnya hujan pun reda dan berhenti.
Pasca MotoGP Mandalika berakhir pun, yang jadi bahan pembicaraan utama masihlah sosok Rara yang disebut sebagai “rain handler”. Bahkan Twitter resmi MotoGP-pun memujinya dengan memposting tulisan “It’s Work!”.
Jadi, Rara adalah “the right ‘rain handler’ at the right time and right place” yang membuat MotoGP Mandalika jadi lebih terkenal. Lebih dibicarakan bahkan lebih dari keseruan balapannya.
Gambaran besarnya, Indonesia jadi bahan pembicaraan dunia saat ini. Secara positif selain perihal balap dan sirkuitnya dan pemandangannya.
Inilah yang disebut impact marketing terbesar untuk mempromosikan Indonesia ke dunia. Lewat aksi dan ritual ala Rara.
Advertisement