Akhlak & Kesantunan Diutamakan, Ini Kunci Pilih Khatib Jumat dan Hari Raya
"Banyak di antara khatib Jumat itu yang sungguh belum memahami substansi agama. Agama Islam ini diturunkan untuk menciptakan kemaslahatan dan menghindarkan semua mafsadat. Maka apa saja yang disampaikan bahkan apabila bisa mengakibatkan mafsadat (kerusakan) wajib untuk dihindari," kata KH Ahmad Ishomuddin.
Para pengurus masjid diingatkan agar berhati-hati dalam memilih khatib shalat Jumat ataupun khatib shalat Idul Fitri serta Idul Adha di era saat ini. Para pengurus atau takmir hendaknya memilih khatib yang memiliki akhlak santun serta memiliki pemahaman Islam yang moderat.
"Hendaklah dipilih khatib-khatib yang akhlaknya santun, moderat di dalam beragama Islam. Tidak berlebih-lebihan di dalam beragama karena ucapan khatib akan didengarkan dan perilakunya diikuti oleh umat," kata Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Senin (28/5/2018).
Gus Ishom, panggilan akrab alumni Universitas Al-Azhar Mesir ini, mengingatkan, saat ini sudah mulai bermunculan para khatib yang memanfaatkan mimbar Jumat untuk kepentingan dunia seperti politik yang didalamnya menebarkan kebencian dan memupuk benih-benih perpecahan.
"Banyak di antara khatib Jumat itu yang sungguh belum memahami substansi agama. Agama Islam ini diturunkan untuk menciptakan kemaslahatan dan menghindarkan semua mafsadat. Maka apa saja yang disampaikan bahkan apabila bisa mengakibatkan mafsadat (kerusakan) wajib untuk dihindari," jelasnya.
Menurutnya jika ada khatib yang melakukan hal tersebut, jamaah tidak perlu meninggalkan lokasi masjid di mana ia sedang beribadah shalat karena mendengarkan khutbah merupakan rukun dari shalat Jumat. Namun lanjutnya, para jamaah harus bisa memilih mana perkataan yang boleh diikuti dan mana yang wajib untuk ditinggalkan.
"Khatib itu tidak diperkenankan atau haram hukumnya menyebarkan kebencian di hadapan jama'ah Jumatnya. Tidak diperkenankan bahkan menggunakan masjid untuk berkampanye menyerang orang-orang yang tidak disukainya meskipun dengan alasan-alasan agama. Karena masjid adalah tempat berkumpulnya beragam orang. Tujuan berkumpul adalah untuk mempersatukan mereka," tegasnya.
Maka menurutnya apa saja yang bisa menyebabkan jama'ah berpecah belah misalnya khutbah dengan tema politik yang isinya kebencian adalah merupakan sesuatu yang sesungguhnya dilarang.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi yang menjelaskan bahwa tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam perintah makhluk kepada makhluk yang lain untuk durhaka kepada Allah SWT.
"Jamaah masjid dalam shalat Jumat tidak perlu meninggalkan khatib dalam pengertian keluar dari masjid meninggalkan rukun ibadah Jumatnya. Ibadah Jumatnya tetap sah namun khatib tersebut berdosa karena menganjurkan perbuatan dosa dan menganjurkan sikap untuk saling bermusuhan," ujarnya.
Pada bagian inilah jelas Gus Ishom, para jamaah tidak diperkenankan untuk mengikuti apa yang melanggar agama meskipun disampaikan oleh khatib Jumat. Ia pun menganjurkan jama'ah untuk menggunakan akal pikiran dan mengasah kecerdasan guna memilih mana yang bisa diikuti sekaligus memilah mana yang harus ditinggalkan meskipun itu dikatakan oleh seorang ustadz atau seorang khatib Jumat. (adi)