Akhirnya Mohammad Asfar Bergelar Doktor  Juga
Hari Rabu 11 Maret lalu adalah hari yang istimewa bagi staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) universitas Airlangga, Mohammad Asfar. Asfar dinyatakan berhak menyandang gelar doktor, dalam sidang yang dipimpin Dekan Fisip, Dr. Falih Suaedi.
Dengan disertasi berjudul Pendekatan Omni Perilaku Memilih, Studi Perilaku Memilih Pemilu Legislatif, Asfar berhasil mempertahankan disertasinya dengan predikat sangat memuaskan, setelah menjawab pertanyaan dari sepuluh penyanggah/penguji, masing-masing adalah Prof. Dr. Kacung Marijan (promotor), Prof. Dr. Ramlan Surbakti (co promotor), Prof. Kuntoro (co promotor), Dr. Falih Suaedi , Prof. Dr.Tuty Kusbardiati, Prof. Dr.Mustain, Dr.Andi Mallarangeng, Prof. Dr.Eny Susanti, Prof.Dr.Wahyu Wicaksono dan Prof.Dr.Henri Subiakto.
Untuk disertasinya tentang perilaku pemilih pada pemilu ini, Asfar mengumpulkan data dari lebih dari 16 ribu responden, suatu sebaran yang luar biasa jumlahnya.
Asfar, 53, lebih dikenal sebagai direktur lembaga survei Pusdeham (Pusat Demokrasi dan HAM) dari pada sebagai dosen. Lembaga surveinya banyak dipercaya oleh para politisi peserta Pilkada, dengan membantu menyediakan data-data yang akurat berdasarkan survei yang dilakukannya. Keakuratan hasil survei Pusdeham yang berkantor di Surabaya tidak kalah dengan hasil survei yang dilakukan lembaga-lembaga semacam yang basisnya ada di Jakarta.
Kini bisa bernafas lega setelah tercatat sebagai doktor ke 244 dari program studi ilmu sosial dan politik Unair. Tapi bukan dia saja yang lega, karena Kacung Marijan, Ramlan Surbakti serta Falih Suaedi pun mengaku merasa lega setelah Asfar menuntaskan S3.
Dia lulus S2 tahun 1999, berarti berjarak lebih dari 21 tahun dengan peraihan gelar doktornya. “Saya menulis proposal disertasi saya ini sejak tahun 2007,” kata Asfar, dalam sambutannya setelah dinyatakan lulus.
“Tetapi baru sekarang ini saya bisa menyelesaikannya. Saya sudah mengganti kira-kira tiga judul, karena selalu saja ada perubahan. Awalnya Pemilu 2004, kemudian Pemilu 2009, dan terakhir Pemilu 2019,” jelasnya.
Sang promotor, Kacung Marijan sempat menyangka Asfar tidak akan menyelesaikan studinya. “Sebagai promotor, terus terang saya susah sekali harus terlalu sering mengingatkan Pak Asfar ini. Kalau saya cari untuk mengingatkan, tidak ada. Beberapa kali saya cari tidak ada. Alhamdulillah belakangan ini ada alat komunikasi yang canggih, jadi cara mengingatkannya tinggal tekan-tekan jempol saja,” kata Kacung.
“Dan Alhamdulillah, siang ini akhirnya selesai juga. Jadi dengan demikian tugas saya bersama Prof Ramlan Surbakti dan Prof. Kuntoro sebagai teman untuk menyusun disertasi ini akhirnya selesai juga,” tambah mantan Dirjen Kebudayaan RI ini.
Sebelum mengajukan pertanyaan kepada Asfar, Prof. Ramlan Surbakti juga menyatakan rasa leganya. “Selamat Pak Asfar, akhirnya studi Anda selesai juga. Saya menunggu Anda sudah cukup lama, “ katanya.
Menurut Asfar, salah satu faktor yang mendorong dirinya untuk menyelesaikan studi adalah keluarga. “Terus terang, salah satu yang memotivasi saya untuk menyelesaikan studi saya ini adalah anak-anak saya,” jelasnya.
“Dua anak saya yang juga hadir di sini, lulus master pada usia 19 tahun. Sejak SMP sekolah di luar negeri. Pada usia 19 tahun anak saya yang nomer satu dan nomer dua ini sudah lulus master. Keduanya saya motivasi untuk menyelesaikan S3. Tetapi mereka tidak mau. Dalam hati saya berkata, jangan-jangan mereka ini sungkan karena bapaknya saja belum doktor. Mudah-mudahan saja setelah ini kedua anak saya ini mau mengikuti jejak bapaknya,” kata Asfar disambut gelak undangan, termasuk para penyanggahnya.
“Dua anak saya lainnya yang juga hadir di sini, kembar, umur 17 tahun sudah lulus S1, dan akan mengambil master di UK. Mudah-mudahan bisa mengikuti kakak-kakaknya, usia 19 tahun sudah selesai master. Moga-moga pula akan mengikuti bapaknya yang sudah mendapatkan gelar doktor,” lanjutnya, juga disambut gelak tawa.
“Saya sebenarnya hendak tidak meneruskan disertasi saya ini, karena dengan begitu saya punya alasan untuk tidak masuk kampus. Tetapi karena saya melihat pilkada sudah akan selesai, karena setelah September mendatang kan sudah selesai tidak ada pilkada lagi sampai lima tahun mendatang, sehingga saya akan bisa aktif kembali di kampus,” tambahnya.
“Biasanya, saya kalau mau di WO, mundur, kemudian maju lagi supaya saya bisa beraktifitas di luar. Tetapi kayaknya sekarang saya sudah tobat Pak Dekan, jadi ke depan saya mau aktif lagi karena nantinya sudah tidak ada Pilkada lagi,” kata Asfar mengundang tawa.
Untuk disertasinya ini, Asfar mengaku banyak mengutip dari disertasi Dr. Andi Mallarangeng, Contextual Analysis on Indonesian Electoral Behavior. “Kalau boleh saya jujur, saya mengutip puluhan kali dari disertasi beliau, sehingga terus terang saja mungkin buku Pak Andi ini satu-satunya buku yang banyak saya kutip dalam disertasi saya,” kata Doktor Mohammad Asfar. (nis)
Advertisement