Akhiri Ekstremisme Wahabi, Saudi Bertekad Kembangkan Islam Moderat
Ryadh: Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan dirinya akan memimpin negaranya dengan semangat kembali kepada Islam moderat.
Pangeran Mohammed menyampaikan hal itu saat peluncuran rencana zona pengembangan ekonomi baru senilai 380 miliar euro, seperti dilansir Telegraph, belum lama ini.
Di hadapan para investor yang berkumpul di Riyadh saat itu, ia menegaskan bahwa rencana modernisasi ekonomi akan berjalan seiring dengan reformasi politik. Hal ini, katanya, untuk menjauhkan Kerajaan dari kolotnya paham Wahabi.
"Kami sedang kembali ke kondisi kami sebelumnya—sebuah negara berhaluan Islam moderat yang terbuka untuk semua agama dan dunia," kata pangeran berusia 32 tahun itu.
"Kami tidak akan menghabiskan 30 tahun masa depan hidup kita dengan ide-ide yang merusak. Kita akan menghancurkan mereka hari ini," ujarnya. "Kami akan segera mengakhiri ekstremisme," tambahnya lagi, dikutip ngopibareng.id, Selasa (31/10/2017).
Janji sang pangeran ini merupakan tantangan bagi para ulama konservatif Saudi. Sesumbar itu terlontar saat ia mengumumkan proyek NEOM, sebuah zona ekonomi baru yang akan membentang melintasi perbatasan Saudi ke negara tetangga, Mesir dan Yordania.
Zona tersebut direncanakan seluas 26.500 kilometer persegi. Zona ini lebih besar dari Wales dan secara signifikan lebih besar ketimbang negara-negara Timur Tengah lainnya seperti Israel, Lebanon, atau Kuwait.
Proyek ini merupakan peluncuran terbaru dari Pangeran Mohammed, yang mendorong secara agresif untuk proses modernisasi Kerajaan dan keluar dari ketergantungannya pada penghasilan minyak. Sejumlah reformasi ekonomi dan sosial di Arab Saudi merupakan bagian dari Visi 2030 yang telah dicanangkan pihak Kerajaan.
Pekan lalu, pihak berwenang Saudi mengatakan, mereka membentuk dewan ilmuwan Islam yang akan melawan interpretasi kekerasan terhadap Al-Qur'an dan hadits.
Berita pernyataan pewaris tahta Kerajaan Arab Saudi ini juga menjadi sorotan berbagai media internasional lainnya, seperti The Guardian, Aljazeera, CNB, dan lain-lain. Sebelumnya indikasi adanya reformasi sosial dan ekonomi di Arab Saudi sudah berlangsung, seperti dengan terbitnya dekret diperbolehkannya perempuan menyetir, peluncuran proyek wisata pantai, dan sejenisnya yang sebelumnya dinilai tabu oleh negara setempat. (cnb/afp)
Advertisement