Akhir Hegemoni Barat/Amerika Serikat?
Presiden Perancis Emanuel Macron memperkirakan hegemoni politik Barat, Anglo Saxon, akan runtuh karena kesalahan pengambil keputusan di AS sejak George Bush hingga Joe Biden. Perlawanan Rusia terhadap hegemoni Barat via perang Ukraina akan menamatkan hememoni tersebut. Itulah kira-kira subtansi pidatonya pada 26 Maret 2022 lalu.
Perancis pernah mengajak Eropa untuk membangun kekuatan pertahanan regional baru selain NATO. Tetapi negara Eropa lain bersikap ragu. Inggris bahkan keluar dari Uni Eropa yang dianggap Macron sebagai suatu policy (kebijakan) yang tidak tepat. Perancis pernah memimpin dunia pada abad XVIII, Inggris abad XIX dan AS abad XX dan jangan kaget jika dunia Timur akan mengambil alih, katanya.
Analisis cerdas dan tajam Presiden Macron tersebut memberikan prespektif baru tentang globalisasi. Pandangan selama ini seperti yang digagas oleh Samuel Huntington bahwa runtuhnya Uni Soviet dan globalisasi akan akibatkan keunggulan sistem politik dan ekonomi Barat dengan sendirinya terkoreksi. Huntington beranggapan bahwa peradaban Barat mengungguli atas peradaban Timur (Cina, Jepang, India) dan Islam (Timur Tengah -Asia Tenggara).
Mengabaikan Rusia
Huntington bahkan mengabaikan peradaban bangsa Rusia yang mulitikultural dan mendiami kawasan yang luasnya 1/8 dari bumi meliputi daratan Eropa dan Asia. Sekitar 200 suku bangsa di Rusia, mempunyai budaya yang dipengaruhi oleh nilai agama Kristen Ortodoks yang dipeluk mayoritas dan nilai agama Islam yang menjadi agama kedua. Dengan demikian Rusia mempunyai budaya yang bebeda dengan Eropa Barat.
Selama ini, sejak De Gaule hingga Macron, Perancis mempunyai sikap tidak selalu sama dengan negara NATO lainnya. Terakhir Macron melancarkan kritik keras terhadap keputusan lahirnya AUKUS suatu kerja sama pertahanan eksklusif antara AS dengan Inggris dan Australia, tiga negara Anglo-Saxon.
Peringatan Presiden Perancis tersebut patut untuk dicermati oleh bangsa Indonesia. Koreksi tidak langsung Macron terhadap tesis Huntington akan kemenangan Liberalisme dan Kapitalisme Barat bersifat sangat mendasar. Tesis Huntington sama artinya dengan pemaksaan penyeragaman budaya di muka bumi dan memaksa negara lain mengekor liberalisme dan kapitalisme.
Kelompok Islam Radikal di Timur Tengah adalah pihak pertama yang melakukan perlawan terhadap hegemoni Barat melalui aksi terorisme oleh Al-Qaeda dan ISIS. Mereka kalah karena salah strategi dengan membenturkan budaya. Namun hal itu menjadi cambuk bagi dunia Islam untuk menghilangkan unsur radikalisme yang sesungguhnya lahir dari pandangan politik yang naif dan bertentangan dengan ajaran Islam sendiri.
Bangsa Rusia membuktikan bahwa mereka bisa bangkit dari keruntuhan setelah membangun sistem politik baru selaras dengan budayanya tanpa menjiplak sistem demokrasi Barat. Demikian juga, RRC menyesuaikan sistem politik dengan budaya nasional mereka sendiri. Jadi tepat pendapat Macron bahwa dampak dari perang Ukraina adalah kemungkinan berubahnya tata dunia baru.
Kritik tajam Macron tersebut hendaknya membangunkan kepada kita bangsa Indonesia bahwa leluhur bangsa telah mewariskan suatu ideologi nasional Pancasila yang sangat kuat. Pancasila tidak membenarkan penyeragaman budaya atau penyeragaman sistem politik mengikuti Liberalisme dan kapitalisme barat.
Sebaliknya Pancasila menghendaki suatu keberagaman budaya antar bangsa sebagai basis membangun tata hubungan dunia yang adil.
Bagaimana dengan UUD hasil amandemen 2002 ?.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat sosial politik, Mustasyar PBNU periode 2022-2027. Tinggal di Jakarta.
Advertisement