Aksi Demo Pakai Bendera Al-Liwa’ dan Ar-Rayah? Ini Penjelasan Ulama
Belakangan ini cukup banyak aksi yang menggunakan bendera dengan bertuliskan arab. Bendera ini, menurut mereka, ada pada zaman Rasulullah Muhammad SAW. “Sebagai orang awam, saya tidak mengerti soal ini. Ustadz, tolong dijelaskan terkait bendera yang kerap digunakan aksi demo oleh organisasi yang telah dilarang di Indonesia, HTI itu”.
Itulah pertanyaan dari Warno Ardiman, warga Kelurahan Kejawan Putih Tambak, Sukolilo Surabaya, pada ngopibareng.id.
Untuk menjelaskan masalah ini, ngopibareng.id menurunkan penjelasan resmi dari MUI Pusat. KH Cholil Nafis, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, menegaskan bahwa ada kesalahan mendasar dari kelompok Hizbut Tahrir dalam memahami bendera Al-Liwa’ dan Ar-Rayah sebagai bendera umat Islam.
Bendera tersebut memang dipakai oleh Rasulullah SAW dalam perang menghadapi musuh. Warna hitam dalam bendera tersebut, menurutnya, digunakan oleh Nabi Muhammad agar terlihat garang.
Bahkan, pasukan Nabi ada yang rambutnya sampai dilumuri warna tertentu untuk menaku-nakuti lawan. Persoalannya, Hizbut Tahrir yang kini menjadi organisasi terlarang di Indonesia memahami hadits terkait ini secara tekstual. Berdasarkan hadits, Hizbut Tahrir menilai bendera ini wajib digunakan oleh umat Islam.
“Padahal, sifat hadits ada yang berlaku khusus (khashais) hanya untuk Rasulullah seperti mempunyai sembilan istri, karena beliau Nabi, bukan manusia biasa seperti kita,” urai pria 42 tahun ini, dalam rilisnya diterima ngopibareng.id, Selasa (12/12/2017).
Jadi, bukan berarti semua yang dilakukan oleh Nabi bisa kita ikuti karena ada sejumlah hadits yang berlaku khusus hanya untuk Nabi Muhammad. Termasuk persoalan bendera yang dipakai Rasulullah tersebut.
“Jangan karena bendera ini ada di zaman Nabi dan digunakan oleh Nabi, lantas menilai bahwa bendera yang digunakan selain Al-Liwa’ dan Ar-Rayah wajib dilawan karena tidak ada pada zaman Nabi. Kalau begitu, muka kalian juga enggak ada di zaman Nabi.
“Terlihat mereka (pendukung HTI) sangat tekstual sekali memahami hal ini,” tandas Kiai Cholil, dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Pembinaan Paham Keagamaan dan Penanganan Konflik yang digelar Bimas Islam Kementerian Agama RI.(adi)