AKB dan AKI di Kabupaten Probolinggo Tinggi, 220 Kasus
Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) melahirkan di Kabupaten Probolinggo termasuk sangat tinggi. Sepanjang 2023, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat melaporkan terdapat 198 AKB dan 22 AKI.
“Prevalensi kematian ibu (melahirkan) di Kabupaten Probolinggo periode Januari hingga 10 Desember 2023 disebabkan beberapa hal. Mulai dari perdarahan, infeksi, jantung, emboli, cardiac, Acute Lung Oedema (ELO) dan pneumonia,” kata Plt Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo, Mujoko, Minggu, 17 Desember 2023.
Sedangkan kematian ibu pada masa kehamilan sebanyak 10 ibu dengan persentase 45 persen dari total ibu meninggal. Pada masa persalinan sebanyak 3 ibu meninggal dengan persentase 14 persen dari total ibu meninggal. “Dan pada masa nifas sebanyak 9 ibu meninggal dengan persentase 41 persen dari total ibu meninggal,” jelasnya.
Mujoko menegaskan, angka kematian bayi lebih besar lagi dibandingkan ibu melahirkan. Hingga 30 November lalu, ada 198 AKB. Kematian terbanyak terjadi di RSUD Waluyo Jati dengan 108 bayi.
Sementara kematian bayi lainnya terjadi di beberapa Puskesmas. Mulai, Puskesmas Dringu, Sumberasih, Kraksaan, Krucil, Gending, Leces, Jabungsisir, dan Puskesmas Krejengan.
Lebih rinci Mujoko mengatakan, kematian neonatal (usia 1-4 minggu) sebanyak 145 bayi, sisanya 53 bayi meninggal pada post neonatal (di atas 4 minggu). Yang meninggal karena bayi kekurangan oksigen sebelum, selama, dan setelah proses persalinan (asfiksia) sebanyak 26 bayi. Juga dari 198 bayi, 94 di antaranya karena bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 94 bayi. “Dan dari 94 BBLR itu, 76 bayi di antaranya lahir kurang bulan atau prematur,” katanya.
Terkait tingginya kematian bayi dan ibu melahirkan, Pj Bupati Probolinggo Ugas Irwanto mengaku, telah berupaya maksimal untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak. "Langkah-langkah promotif dan preventif sampai dengan kuratif dan rehabilitatif sangat penting," ujarnya.
Ugas menambahkan, kematian ibu dan bayi merupakan salah satu indikator dalam mengukur umur harapan hidup di suatu kabupaten. Sehingga, prioritas utama saat ini upaya pencegahan melalui pemberdayaan dan peran serta masyarakat yaitu dengan pendekatan akses pelayanan kesehatan dan akses sanitasi lingkungan yang ada di masyarakat.
Advertisement