Akal Sehat dan Politik, Begini Renungan Halim HD
Akal sehat kini tengah dipertaruhkan di negeri ini. Dulu kita menaruh harapan akan adanya akal sehat dari orang-orang terdidik. Orang-orang yang (menurut Bung Hatta) termasuk Masyarakat Terpelajar. Merekalah yang kemudian menjadi lapisan elite di masyarakat. Di antara mereka adalah para politisi dan akademisi. Tapi, justru mereka yang kini melakukan pelbagai praktik destruktif dalam akal sehatnya.
Apa kaitannya akal sehat dan politik. Inilah yang akan disampaikan Halim HD, seorang networker kebudayaan yang tinggal di Solo, untuk ngopibareng.id bicara soal pasca-kebenaran (post truth):
Salah satu bukti paling riil, konkret dalam konteks gejala (fenomena) dan yang kini viral – bahkan menyebar ke segala arah – berupa wujud dari post truth adalah semakin tiadanya akal sehat.
Ketiadaan akal sehat membuat seseorang kehilangan bukan hanya kapasitas analisis. Tapi lebih dari itu munculnya cara berpikir su'udzon, dan menista segala ukuran dan prinsip moral serta fakta sejarah yang pernah ada.
Dengan kata lain wujud post truth berupa bukan hanya kian lunturnya kapasitas kecerdasarn. Lebih dari itu sinisme pahit kelam, dan menolak dialog. Dalam post truth lebih banyak tudingan ketimbang diskusi dan dialog. Tudingan itu muncul dari claiming kebenaran, yang ironisnya kebenaran secara moral dan intelektual tak pernah bisa diuji, karena menolak diskusu dan dialog.
Dalam kondisi post truth, tak ada individu. Yang ada sejenis satuan dari gumpalan gerombolan yang taqlid dan fanatik, yang menolak apa saja kecuali yang datang dari dirinya.
Makhluk post truth adalah sejenis hasil ciptaan mesin produksi sistem Machiavelli, yang menghalalkan semua cara, termasuk di antaranya agama sebagai stempel dan sarana untuk pertarungan.
Dulu kita berpikir bahwa hanya orang orang tidak terdidik, tidak makan bangku sekolahan yang suka fanatik dan taqlid, serta mau menangnya sendiri, dan tiada memiliki kapasitas mengulas dan mengupas masalah. Tidak dan bukan semuanya! Kondisi post truth justeru membuktilan kebalikannya: justru orang orang terdidik yang oleng serta ambrool dasar pikiran dan prinsip moralnya.
Lalu, bagaimana kita menguji diri kita adakah menjadi follower, pengikut post truth, ataukah justeru di seberangnya?
Hal itu hanya teruji jika seseorang memiliki prinsip berpolitik yang cerdas secara intelektual dan moral, serta sadar benar kepada sejarah, bahwa pilihannya adalah satu langkah yang dilakukannya menjadi pilihan untuk masa depan.
Jangan ulangi lagi sejarah kelam di negeri ini, hanya karena merasa benar sendiri.
(Halim HD, Solo 12 Maret 2019).
"Hal itu hanya teruji jika seseorang memiliki prinsip berpolitik yang cerdas secara intelektual dan moral, serta sadar benar kepada sejarah, bahwa pilihannya adalah satu langkah yang dilakukannya menjadi pilihan untuk masa depan."
Advertisement