Akademisi Unej: Framing Isu PKI Demi Tingkatkan Elektabilitas pada Pilkada Jember Tidak Ada Gunanya
Akademisi Universitas Jember Soetomo juga angkat bicara terkait polemik isu PKI yang mewarnai proses suksesi kepemimpinan di Jember. Dosen Administrasi Publik FISIP Unej itu menilai upaya menggoreng isu PKI demi menaikkan elektabilitas pasangan calon tidak ada gunanya.
Soetomo mengatakan, isu PKI dalam konteks kekinian sudah tidak memiliki relevansi apa pun. Sebab, pertarungan ideologi bangsa Indonesia sudah final dengan adanya pencabutan TAP MPRS.
Generasi muda saat ini sudah tidak peduli dengan pertarungan ideologi yang terjadi di masa lalu. Meskipun ada, mereka menjadikan sejarah kelam PKI sebagai sebuah studi atau pembelajaran.
Generasi muda saat ini sedang sibuk mencari jati diri dan membangun kompetensi diri demi masa depan yang cerah. Sebab, para pemuda saat ini sudah memahami bahwa ideologi yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila sudah final.
“Ketidakpedulian terhadap ideologi tersebut tidak hanya terjadi pada pemuda Indonesia, tetapi juga Cina. Generasi muda Cina saat ini terus berkembang dan tidak terjerumus pada masalah ideologi. Sehingga wajar jika Cina saat ini menjadi negara penguasa ekonomi di dunia,” terangnya, Kamis, 31 Oktober 2024 malam.
Dengan demikian, Soetomo menilai upaya mengungkit-ungkit PKI dalam konteks Pilkada Jember tidak ada gunanya dan tidak relevan. Bahkan, tindakan mengungkit-ungkit PKI merupakan tindakan yang tidak baik.
Tindakan tersebut tidak menguntungkan sama sekali. Meskipun ada pihak yang tetap bersikukuh hal tersebut menguntungkan, paling lama hanya satu hari saja. Karena itu tersebut tidak akan mampu menarik perhatian pemuda.
“Ngapain ngungkit masalah itu lagi. Kita sama saja menarik ke belakang. Itu sesuatu yang tidak ada gunanya. Tidak ada artinya menaikkan elektabilitas dengan mengungkit sejarah kelam tersebut,” ungkapnya.
Apalagi sampai ada upaya melakukan framing terhadap pasangan calon yang menjadi competitor. Hal itu semakin menampakkan bahwa upaya framing isu PKI dalam Pilkada Jember merupakan tindakan by design.
Padahal dalam video lengkap saat Gus Fawait menyampaikan orasi, tidak ada satu pun kalimat yang menyebut bahwa dia diserang oleh paslon yang menjadi lawan politiknya. Gus Fawait hanya menyampaikan dirinya sering mendapatkan fitnah.
Fitnah tersebut dinilai oleh Gus Fawait sebagai bentuk upaya menghalanginya menjadi pemimpin Jember. Sementara saat Gus Fawait mengatakan bahwa dirinya teringat Gerakan PKI, hal sebagai bentuk edukasi sejarah, bahwa dalam sejarah pernah terjadi upaya fitnah dan penjegalan yang dilakukan PKI.
“Kalau Gus Fawait saat itu mengatakan sedang difitnah tidak apa-apa, karena memang kenyataannya dia difitnah. Tetapi tidak mengatakan bahwa yang memfitnah adalah PKI. Bagi yang masih percaya isu bahwa Gus Fawait menyebut Gus Firjaun PKI terlalu over,” pungkasnya.