Akademisi UGM Beber Akar Konflik Perang Rusia-Ukraina
Serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022, dipicu konflik. Akademisi Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Muhadi Sugiono menyebut akar konflik ada pada kecemasan Rusia atas rencana Ukraina bergabung dengan NATO.
Perluasan NATO
Konflik Rusia dan Ukraina muncul ketika negara yang berbagi perbatasan dengan Rusia itu gigih hendak masuk ke NATO. Rencana Ukraina menjadi dampak dari ekspansi agresif yang dilakukan NATO, sebagai blok pemenangan Perang Dingin, terhadap negara pecahan Uni Soviet. Sedangkan Rusia melihat posisi Ukraina penting terhadap keamanan Moskow.
"Saat ini, aksi NATO yang melakukan ekspansi keanggotaan ke wilayah timur mengancam posisi Ukraina sebagai ‘benteng terakhir’ bagi Rusia," kata Muhadi, dikutip dari laman Institute of International Studies UGM, Sabtu 26 Februari 2022.
Diketahui, sejumlah negara pecahan Uni Soviet telah bergabung dengan NATO, di antaranya Estonia, Latvia, Bulgaria, Rumania, dan Lithuania.
Peneliti senior Institute of International Studies (IIS) sekaligus pakar studi Eropa ini melanjutkan, posisi Ukraina yang berimpitan denga Rusia, membuat Putin cemas, jika negara itu benar bergabung dengan NATO.
Bahkan, sebelum melakukan operasi militer, Putin pun melakukan tindakan politik yang agresif, untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO. Di antaranya menganeksasi Krimea, Donansk, dan wilayah-wilayah bagian timur guna menutup kemungkinan afiliasi NATO dengan Ukraina. "Persoalan Ukraina, bahkan menjadi ‘life and death’ bagi keamanan dan geopolitik Rusia," lanjutnya.
Sanksi Tak Selesaikan Masalah
Selanjutnya, Muhadi menyebut krisis Rusia-Ukraina bisa jadi membesar jika negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan NATO semakin mendesak Rusia, dengan ancaman dan sanksi.
Sebab, desakan dan sanksi tidak akan mengubah pendirian Moskow, bila akar konflik, yaitu keresahan Putin atas perluasan NATO, diabaikan.
"Salah satu alasan munculnya perang adalah karena negosiasi yang dilakukan antara Amerika Serikat dan negara-negara Barat gagal memperhatikan apa yang menjadi kekhawatiran Rusia—bahwa Rusia tidak ingin Ukraina menjadi bagian dari NATO,” katanya.
Dorong Negosiasi
Muhadi menyebut negosiasi bisa jadi pintu keluar dari konflik bersenjata yang terjadi di era modern itu. Tujuannya, agar Amerika Serikat dan negara-negara Barat dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan Putin.
Mengabaikan negosiasi, menurut Muhadi, dampaknya akan fatal. Di antaranya ancaman penggunaan senjata nuklir, juga respon kekuatan besar lainnya, termasuk China, jika Amerika Serikat terlibat langsung dalam perang Rusia-Ukraina.
Advertisement