Akademisi UB Komentari Pemukulan Ade Armando
Dosen Universitas Indonesia (UI), Ade Armando menjadi korban pemukulan oleh sekelompok orang tak dikenal saat menghadiri aksi demonstrasi penolakan penundaan pemilu 2024 di depan Kompleks Senayan, Jakarta pada 11 Maret 2022, kemarin.
Kasus pemukulan ini dikomentari oleh akademisi Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, Rachmat Kriyantono. Dia menganggap kasus ini sebagai tindakan yang tidak manusiawi di negara demokrasi.
“Apa pun alasannya, tindakan pemukulan, pengeroyokan hingga melakukan tindakan menelanjangi Ade Armando adalah perilaku di luar batas manusiawi. Tidak pantas dilakukan siapa pun. Apalagi kejadian dilakukan di bulan suci Ramadan ini,” ujarnya pada Selasa 12 April 2022.
Rachmat mengatakan jika ada perbedaan pendapat antara pihak satu dan lainnya, tidak perlu menggunakan kekerasan. Namun, harus dibalas dengan gagasan.
“Perbedaan itu mestinya dilawan dengan menyampaikan konter informasi. Ada prinsip demokrasi yang penting, yakni lawanlah informasi dengan informasi, tentu dengan data based information bukan hoaks,” katanya.
Di Indonesia yang menganut azas demokrasi tiap individu memiliki hak kebebasan berpendapat dan hal ini dilindungi oleh konstitusi.
“Demokrasi itu bukan hanya kebebasan individu tetapi juga tentang menghormati hak orang lain,” ujarnya.
Rachmat menambahkan jika seseorang berbeda pendapat dengan Ade Armando, maka yang diserang bukan individunya tetapi gagasan dari yang bersangkutan.
“Anak bangsa saling serang bukan pada gagasan, tetapi pada aspek SARA yang cenderung negatif dalam suatu kampanye politik identitas yang negatif,” katanya.
Advertisement