Ajegeh Khobur, Tradisi Jaga Kubur Warga Desa Banyuputih Bondowoso
Bondowoso memiliki tradisi unik yang sampai sekarang masih dilestarikan masyarakat. Tradisi unik itu adalah Ajegeh Khobur di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin.
Ajegeh Khobur, istilah bahasa Madura artinya jaga kubur. Digunakan masyarakat Desa Banyuputih sebagai tradisi menjaga kuburan baru orang meninggal. Tidak ada yang tahu pasti asal muasal tradisi Ajegeh Khobur itu.
Namun, masyarakat Desa Banyuputih meyakini tradisi jaga kubur baru orang meninggal pada malam hari itu ada sejak dulu. Merupakan warisan leluhur masyarakat Desa Banyuputih.
Konon, tradisi Ajegeh Khobur dimaksudkan menjaga jenazah baru dikubur agar tidak dicuri makhluk mirip anjing bernama Godong (sejenis Jenglot pencuri jenazah baru dikubur). Itu karena, pernah terjadi siang hari jenazah dikubur, besoknya kuburan seperti digali dan tinggal kain kafannya.
"Malam hari itu, sejumlah warga melihat Godong berlari kencang membawa jenazah di kuburan. Sejak kejadian itu, warga desa selalu menjaga kubur orang baru meninggal dan menjadi tradisi turun temurun sampai sekarang," kata Kepala Desa (Kades) Banyuputih, Ahmad Syahid.
Tradisi jaga kubur baru di Desa Banyuputih tidak memandang jabatan, jenis kelamin, usia, maupun status ekonomi. Semua kuburan baru orang meninggal dijaga. Yang membedakan, lama waktunya menjaga kubur. Kubur ibu hamil dijaga 21 hari, kubur anak baru lahir dijaga 40 hari, dan kubur warga biasa dijaga 15 hari.
"Untuk jaga kubur dilakukan setelah matahari terbenam atau selesai Mahgrib sampai pagi saat matahari terbit. Warga mendirikan tenda di area kuburan dengan mengaji dan beraktivitas lain untuk menghilangkan rasa ngantuk seperti berkemah," terang Ahmad Syahid.
Warga desa yang ikut Ajegeh Khobur, sambung dia, jumlahnya tidak ada batasan. Namun, biasanya melibatkan keluarga jenazah, tokoh masyarakat desa, dan perangkat desa secara sukarela. "Lebih kurang jumlahnya 20 orang yang ikut jaga kubur," tambahnya.
Sub Koordinator Tradisi dan Budaya Disparbudpora Bondowoso, Endah Listyorini mengatakan, tradisi jaga kubur 'Ajegeh Khobur' di Desa Banyuputih merupakan upaya pelestarian budaya lokal Bondowoso.
"Memang Godong disebut pencuri jenazah baru dikubur, sekarang tidak ada. Tapi, warga Desa Banyuputih tetap melestarikan tradisi turun temurun itu," kata Endah.
Ia melanjutkan, upaya melestarikan tradisi dan budaya lokal, Disparbudpora Bondowoso telah mencanangkan lima Desa Budaya. Yakni, Desa Ramban Kulon Kecamatan Cermee, Desa Prajekan Lor Kecamatan Prajekan, Desa Banyuputih Kecamatan Wringin, Desa Blimbing Kecamatan Klabang, da Desa Sukosari Kidul Kecamatan Sukosari.
"Lima Desa Budaya itu memiliki tradisi unik kearifan lokal yang turun temurun. Kita ingin ada Desa Budaya lagi, karena masih banyak tradisi dan budaya masyarakat Bondowoso yang perlu dikembangkan," tandasnya.
Advertisement