Ajax, Representasi Total Football Cruyff dan Tiki-Taka Guardiola
Ajax Amsterdam salah satu klub sepakbola tertua di Belanda musim ini menampilkan permainan yang ciamik. Bagaimana tidak, stamina pemain muda Ajax dipadukan dengan umpan pendek cepat ala tiki-taka Barcelona serta transformasi total foortball ala Belanda.
Itulah yang membuat Ajax dapat menampilkan permainan atraktif. Tercatat, usia rata-rata pemain Ajax adalah nomor dua termuda di Liga Champions musim ini dengan rata-rata usia pemain adalah 24 tahun 257 hari.
Terbukti di Liga Belanda musim ini, hingga pekan ke-32, Ajax masih kokoh di puncak klasemen sementara hanya terpaut selisih gol dengan pesaing terdekatnya PSV Eindhoven. Selain liga domestik, performa apik Ajax juga terlihat di Liga Champions musim ini dengan mengalahkan dua tim besar kandidat juara Liga Champions, Real Madrid dan Juventus.
Usut punya usut, permainan apik Ajax musim ini merupakan racikan dari Erik Ten Hag. Mungkin bagi beberapa orang nama Erik Ten Hag tak seberapa popular, namun bagi penggemar FC Bayern Munich siapa yang tak kenal Erik. Saat Bayern dilatih oleh pelatih kawakan, Pep Guardiola, Erik adalah pelatih Bayern II atau tim cadangan Bayern. Bahkan Erik mengakui bahwa Pep adalah guru untuk membuatnya lebih baik dalam melatih.
Erik juga sempat berkelakar bahwa dirinya belajar banyak dari Guardiola. “Filosofi Guardiola itu sensational. Gaya menyerang atraktif. Ini yang saya terapkan di Ajax,” Ujar Erik.
Taktik dan formasi yang diterapkan Erik di Ajax sangat mirip cara Guardiola melatih klubnya kala di Barcelona, Bayern, maupun Manchester City. Dengan formasi dasar 4-3-3 maupun 4-2-3-1 ia menyuruh pemain untuk bermain fleksibel, jadi tak heran apabila kadang kita melihat bek sayap Ajax berada di lini tengah ataupun bek tengah menjadi pemain sayap.
Sama seperti Guardiola, meskipun ia memakai formasi dasar 4-3-3, namun ia sangat dinamis saat di lapangan. Tak jarang ia mengganti formasi menjadi 4-4-2 maupun 5-3-2 tanpa ragu. Ini lah salah satu ilmu terbesar yang didapatkan Erik dari Guardiola.
Kini, kita hanya menunggu kiprah Ajax selanjutnya. Apabila mereka bisa mempertahankan posisi puncak klasemen akhir musim Eredivise dan mempertahankan kemenangan atas Tottenham Hotspurs di Liga Champions dan melaju hingga babak final serta menyabet gelar juara, mereka akan merebut double winner. Ataukah mereka akan terpleset di dua pertandingan akhir Eredivise dan berhenti di babak semifinal liga champions musim ini?
Apakah tim muda Ajax musim ini dapat meniru tim Ajax musim 1994/1995 yang berhasil menggondol juara Liga Belanda dan Liga Champions Eropa. Saat itu Ajax dihuni pemain seperti saudara kembar Frank dan Ronald de Boer, Edwin van der Sar, Edgar Davids, Patrick Kluivert, Clarence Sedorf, Nwankwo Kanu, dan Jari Litmanen. Para pemain bintang tersebut dilatih oleh Louis van Gaal. (alf)
Advertisement