Wayang Blang Bleng Ki Ompong Sudarsono, Ajak Anak Cintai Budaya
Diiringi musik kontemporer kombinasi jawa modern, dalang Ki Ompong Sudarsono dengan luwes memainkan lakon wayang dengan tangannya. Ia berdandan bukan seperti profesi dalang pada umumnya. Gayanya terkesan eksentrik sekaligus luwes.
Bapak satu anak ini sengaja memakai kaos dengan aksesoris daun dan tumbuh-tumbuhan di sekujur tubuhnya. Sesekali ia mengajak anak-anak yang melihat pertunjukannya berkomunikasi secara langsung.
Mainkan Wayang Blang Bleng
Ditemui usai pertunjukan, Ki Ompong Sudarsono mengaku jika pentas wayang yang ia tampilkan tersebut, ia namakan Wayang Blang Bleng. Wayang Blang Bleng bermakna pentas wayang bisa melibatkan beragam unsur dalam pertunjukannya.
"Artinya, masuk penyajianya, masuk pementasannya dan masuk situasionalnya," terang pria tamatan sekolah menengah atas ini saaat pentas di sekolah alam Ramadani di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Selasa 9 Maret 2021.
Ki Ompong Sudarsono kembali bercerita, jika pesan edukasi yang disampaikan kepada anak-anak, selain memperkenalkan tokoh pewayangan, juga ingin mengajak mereka berdoa sekaligus bersyukur kepada alam baik susah pun bahagia.
Ia menambahkan apa pun pertunjukan wayang yang ditampilkan dan dikemas dengan berbagai cara, semuanya tersirat pesan moral tentang estetika, budaya, akhlak, budi pekerti dan cinta.
Seperti tema serawung alam (bergaul dengan alam) dan bocah serawung wayang (bermain dengan wayang) yang dibawakannya pagi itu. Selain itu, tema ini juga dipilihnya lantaran sebagian besar penontonnya adalah anak-anak.
"Dalam pertunjukan wayang yang saya tampilkan ini, sengaja saya menghindari cerita tentang konflik, sedih, konflik politik, serta konflik asmara. Suatu saat, saya yakin anak-anak-akan lebih mengenal wayang, sesungguhnya yakni wayang pakem, " ceritanya.
Tokoh pewayangan yang ditampilkan dalam pentas di antaranya Punakawan dan Brotoseno. Agar edukasi yang diberikan lebih mengena dan tepat sasaran, maka konsep panggung dari tokoh pewayangan pun berubah.
"Itu tadi ada Semar, Punakawan, Brotoseno. Cuman konsepnya saya ubah. Baik bentuknya ada polisi, ada hansip, juga ada petani. Konsep tata panggungnya, memang sengaja kami pecah. Karena biar timbul pertanyaan, karena pertanyaan bagian dari ilmu, " paparnya.
Aktivitas sebagai wayang kontemporer, sudah ia jalani selama empat tahun terakhir. " Sebelumnya wayang klasik. "Tapi saya menganggap kalau wayang klasik terus pengembanganya seperti apa," lanjutnya.
Belajar dari Ki Manteb Sudarsono
Pertunjukan yang digelar oleh Ki Ompong Sudarsono bersifat sosial. Ia secara gamblang bercerita terkadang ia berangkat ke suatu daerah menggunakan sepeda motor, bus bahkan sampai nggandol truk (numpang naik truk). Semuanya itu ia biayai sendiri. "Lah wong memang sosial, edukasi ke anak-anak," singkat bapak satu anak kelahiran Blitar, Jawa Timur ini.
Ki Ompong Sudarsono mengaku, ia pernah ikut dan belajar ilmu pewayangan dari dalang kondang Ki Manteb Sudarsono. Pria yang kini berdomisili di Temanggung, Jawa Tengah ini mengaku selalu mengingat nasihat dari gurunya tersebut.
"Saya ngenger, murid Pak Manteb di Solo Karang Pandan. Bapak tak pernah bilang, kowe harus dadi dalang kondang. Beliau hanya memberi wejangan, urip harus baik dan jujur, suka menyenangkan orang lain lewat pementasan wayang, " imbuhnya sambil menutup pembicaraan.