Airlangga dan Golkar Diprediksi jadi Kuda Hitam Pemilu 2024
Lembaga penelitian Dinamika Survei Indonesia (DSI) membeberkan hasil penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap dinamika politik nasional menjelang Pemilu 2024.
Hasil penelitian DSI menempatkan Partai Golkar unggul jika Pemilu digelar hari ini. Begitu juga Ketua Umum Airlangga Hartarto menempati posisi tertinggi pilihan responden. "Menko ekonomi itu berpeluang menjadi kuda hitam untuk mengungguli capres lain Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan," kata Koordinator Survei Nasional DSI, dalam siaran pers yang diterima Ngopibareng.id Sabtu 19 Maret 2022.
Menurut Permadi, penelitian diadakan di 34 Provinsi di Indonesia, memilih sampel Warga Negara Indonesia berumur di atas 17 tahun yang sudah memiliki hak pilih.
Asumsinya, mereka memiliki pandangan terhadap peran partai politik dan dinamika politik nasional, sehingga diharapkan dalam memberikan penilaian lebih objektif dan dapat diterima.
Penelitian dilakukan pada tanggal 2 hingga 15 Maret 2020. Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Responden tersebar di 479 kabupaten/kota berdasarkan jumlah pemilih pada Pilpres 2019, yaitu 190,77 juta jiwa. Dengan demikian penelitian ini dalam menentukan respoden terpilih atau sample menggunakan metode multistage random sampling.
Jumlah sample/respoden terpilih dalam penelitian ini sebanyak 2.500 orang dan memiliki ukuran kepastian mengenai seberapa akurat sampel mencerminkan populasi sebesar 95 persen dengan margin of error 1,92 persen.
Untuk pilihan masyarakat terhadap partai politik, menurut hasil penelitian survei, responden cenderung memperlihatkan kemapanan preferensi mereka dalam memberikan pilihan. Dua tahun terakhir, pilihan masyarakat terhadap partai tidak begitu beranjak jauh dengan hasil Pemilu 2019.
Meski demikian, dinamika tingkat keterpilihan parpol tetap terbuka selama tiga tahun ke depan, hingga menjelang Pemilu 2024, terekam dari hasil survei partai-partai politik yang saat ini memiliki kursi di DPR RI hanya 7 partai politik berpeluang lolos ambang batas parlemen 4 persen sebagai salah satu syarat untuk bertahan di lembaga legislatif nasional tersebut.
Sedangkan partai debutan baru tidak ada yang lolos melewati ambang batas. Hal ini terpotret dari pilihan responden dalam survei, ketika diminta memilih parpol jika pemilu digelar saat survei dilakukan, Partai Golkar berhasil menempati urutan pertama dengan tingkat elektabilitas 16,1 persen walau hasil menunjukan peningkatan dibandingkan hasil Pemilu 2019 dan survei Dinamika Survei Indonesia pada bulan Desember 2021, menunjukkan tingkat keterpilihan Golkar sebesar 13,6 persen , dan di urutan kedua PDI Perjuangan 14,8 persen, Partai Gerindra 14,6 persen, Demokrat 7,2 persen, PKS 6,3 persen, PKB 5,2 persen, Partai Nasdem 5,1 persen.
Adapun partai-partai peserta Pemilu 2019 yang tidak berpeluang lolos ambang batas atau di bawah 4 persen dalam survei ini masing memiliki tingkat elektabilitas yaitu PAN 2,2 persen, PPP 1,7 persen, Perindo 2,1 persen, Partai Hanura 1,1 persen, PBB 1,1 persen, Partai Garuda 1,3 persen, PSI 1,1 persen, Partai Berkarya 0,8 persen, PKPI 0,2 persen.
Sedangkan partai partai politik baru yang sedang berproses untuk menjadi peserta pemilu tingkat keterpilihannya adalah sebagai berikut Partai PRIMA 1,9 persen,Partai Gelora 0,9 persen ,Partai Umat 0,2 persen, dan tidak memilih 16,1 persen.
Preferensi publik terhadap tokoh yang paling banyak dipilih jika Pilpres digelar hari ini maka dalam hasil survei ini, Ketua umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mendapat elektabilitas tertinggi dan dianggap sebagai representasi sosok presiden yang diinginkan masyarakat dengan perolehan 21,7 persen.
Sementara Prabowo berada di urutan dua dengan perolehan angka 17,8 persen. di urutan ketiga Ganjar Pranowo dengan perolehan 15,6 persen, Jenderal Dudung Abdurachman 6,2 persen, Anies Baswedan 4,3 persen dan Puan Maharani 3,4 persen.
Sementara lainnya hanya meraih elektabilitas masing-masing, Muldoko 3,2 persen, mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo 2,6 persen, Tito Karnavian 3,2 persen, Khofifah Indar Parawansa 1,1 persen, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar 2,6 persen, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono 1,8 persen.
Selanjutnya Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo 1,1persen, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD 1,1persen, dan Ridwan Kamil 2,8persen. Sedangkan responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) 13,3 persen.
Gambaran Publik
Pengamat politik FISIP Universitas Hasanudin (Unhas) Makassar, Sukri menanggapi berbagai survei yang mengunggulkan Airlangga dan Golkar, mengatakan, setiap hasil survei yang dilakukan dengan metodologi secara tepat dan prosesnya mengacu pada prinsip-prinsip metodologi yang sesuai, tentu akan menunjukkan gambaran atau kecenderungan umum masyarakat.
"Artinya mungkin memang dalam beberapa waktu terakhir, Arilangga Hartarto berhasil melakukan berbagai strategi dan langkah-langkah taktis yang tepat sehingga potensi keterpilihannya menjadi meningkat jika dibandingkan hasil survei dari beberapa lembaga survei lain sebelumnya," tutur Sukri.
Di sisi lain dalam hal potensi keterpilihan partai, lanjutnya, hasil survei ini juga mungkin menunjukkan kecenderungan masyarakat. Untuk posisi partai politik dia mencermati adanya kecenderungan umum hasil survei yang menempatkan tiga partai yakni Golkar, PDI-P dan Gerindra. "Senantiasa dalam posisi tiga besar seperti yang tampak juga dari hasil survei lembaga lainnya."
Dengan melihat kecenderungan yang sama dengan beberapa hasil survei sebelumnya, menurut Sukri, maka kemungkinan inilah potensi keterpilihan masing-masing parpol, meski tentu saja posisinya masih dapat berubah mengingat jarak masing-masing partai terutama yang berada dalam 3 besar masih berada dalam batas margin error, sehingga bisa saja posisi masing-masing bertukar meski tetap berada dalam kecenderungan 3 besar.
"Tentu saja setiap hasil survei akan menjadi bahan evaluasi bagi para bakal kandidat maupun partai politik dalam kurun waktu yang kurang dari 2 tahun ini dalam mendorong berbagai strategi dan langkah taktis untuk dapat memposisikan dirinya pada posisi yang paling diinginkan rakyat," kata Sukri.
Advertisement