Air di Gelasmu pun Tumpah! Yang Lucu dan yang Galau
Humor sufi tak selamanya menghadirkan ketawa-ketiwi. Tapi renungan yang terkadang tak terduga memberi rujukan bagi kontemplasi kita terhadap kehidupan.
Renungan itu yang serius sehingga kita pun ketawa karena telat dalam memahami masalah yang seringkali di luar kemampuan logika kita.
Kali ini, Amrin Pembolos, tokoh humor kita, menyampaikan pengalaman yang didengarnya. Memetik pengalaman orang lain, seperti disampaikan kisah Satriahadilubis berikut.
Jangan Menumpahkan Air di Gelasmu
Ada seorang anak yang setiap hari rajin ke masjid, lalu suatu hari ia berkata kepada ayahnya, "Yah... mulai hari ini saya tidak mau ke masjid lagi"
"Lho kenapa?", sahut sang ayah, "Karena di masjid saya menemukan orang-orang yang kelihatannya agamis tapi sebenarnya tidak, ada yang sibuk dengan gadgetnya, sementara yang lain membicarakan keburukan orang lain".
Sang ayah pun berpikir sejenak dan berkata, "Baiklah kalau begitu, tapi ada satu syarat yang harus kamu lakukan, setelah itu terserah kamu"
"Apa itu?" tanya si anak.
"Ambillah air satu gelas penuh, lalu bawa keliling masjid, ingat jangan sampai ada air yang tumpah," kata sang ayah.
Si anak pun membawa segelas air berkeliling masjid dengan hati-hati, hingga tak ada setetes air pun yang jatuh.
Sesampai di rumah sang ayah bertanya, "Bagaimana sudah kamu bawa air itu keliling masjid?", "Sudah", jawab si anak.
"Apakah ada yg tumpah?", tanya sang ayah lagi. "Tidak", jawab si anak dengan yakin.
"Apakah di masjid tadi ada orang yang sibuk dengan gadgetnya?", tanya sang ayah.
"Wah, saya tidak tahu karena pandangan saya hanya tertuju pada gelas ini", jawab si anak.
"Apakah di masjid tadi ada orang-orang yang membicarakan kejelekan orang lain?" tanya sang ayah lagi.
"Wah, saya tidak dengar karena saya hanya konsentrasi untuk menjaga air dalam gelas ini", jawab si anak.
Sang ayah pun tersenyum lalu berkata, "Begitulah hidup anakku, jika kamu fokus pada tujuan hidupmu, kamu tidak akan punya waktu untuk menilai kejelekan orang lain. Jangan menumpahkan air di gelasmu dengan sibuk menilai kualitas orang lain, sedang kualitas dirimu sendiri berantakan.
Tugasmu kepada orang lain hanyalah menasihati (berdakwah), bukan menyibukkan diri menghukum mereka di dalam hati dan pikiranmu.
Anakku...jangan juga terlalu berharap kepada orang lain untuk membahagiakanmu. Nanti kamu akan rentan menjadi galau dan bersedih. Berharaplah hanya kepada Allah yang Maha Pengasih, sehingga dirimu tak akan galau dan kuat tanpa putus asa."
Mari kita fokus pada diri sendiri dalam beribadah, bekerja dan untuk terus menerus berbenah menjadi manusia yang positif.
Fokus menjadi manusia yang lebih baik di mata Allah dan Rasul-Nya. Bukan fokus sekedar mementingkan diri sendiri, sedang kualitas diri jalan di tempat, bahkan menurun.
Semoga kita menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang banyak.