Ahmad Dhani, Blunder Terbesar Jokowi?
Dul bermain keyboard sambil bercucuran air mata. Ari Lasso tampak memeluk pundak Dul menguatkannya. Di bawah panggung Al terihat berlinang air mata sepanjang lagu dan menyandarkan wajah ke bahu seseorang yang berada di dekatnya.
Panggung besar pertunjukan musisi Ahmad Dhani Prasetyo baru saja dimulai. Ahad pagi (3/2) link video konser Dewa 19 di Stadion Malawati, Shah Alam, Kuala Lumpur beredar secara massif di berbagai platform medsos.
Konser yang berlangsung Sabtu malam (2/2) semula dibuat sebagai ajang reuni Group Band legendaris Dewa 19 yang digawangi Ahmad Dhani. Dua mantan vokalis Ari Lasso dan Once Mekel direncanakan bergabung kembali.
Namun konser reuni itu berubah menjadi konser tribute to Ahmad Dhani. Konser penghormatan terhadap Ahmad Dhani. Musikus bengal tapi jenius yang kini mendekam di LP Cipinang. Dia dijebloskan ke penjara karena tuduhan melakukan ujaran kebencian.
Tampil dengan formasi awal Dewa 19, kehadiran Dhani digantikan oleh Abdul Qodair Jaelani (Dul). Pilihan yang sangat tepat. Dari tampang dan tampilan, Dul putra bungsu ini merupakan figur yang paling pas merepresentasikan Dhani.
Dul mesti lebih kalem dibanding Dhani, tapi gayanya cuek dan lumayan slengekan dibanding dua orang kakaknya Al Ghazali dan El Jalaluddin Rumi. Wajahnya pun lebih mirip Dhani ketimbang Maia.
Lagu yang dipilih oleh Ari lasso "Hadapi Semua Dengan Senyuman" sangat pas menggambarkan watak dan sikap Dhani. Bengal, tak mudah ditundukkan, tapi sangat filosofis, dan relijius.
Coba simak syair lagu yang dipetik dari album Laskar Cinta (2004) .
Silakan simak kembali syair lagu di atas. Dhani seolah sudah memahami jauh sebelumnya, dia akan menghadapi sebuah situasi yang berat, atas sikap dan pilihan politiknya.
Dia tetap tenang, dan yakin semuanya akan baik-baik saja, pada akhirnya. Dia percaya pada takdir, ketetapan Tuhan. Ini sisi relijiusnya. Semuanya tinggal dia jalani. Ikhlas, pasrah, semeleh. Percaya bahwa skenario Tuhan adalah yang terbaik.
Namun kata-kata dalam bait terakhirnya sungguh khas Dhani. Taktis, strategis. Terus melawan dalam kondisi apapun. "Menyerahlah untuk menang!" Kata-kata ini sungguh dahsyat dan bertenaga.
Lagu ini membuat stadion Malawati berubah menjadi banjir air mata. Lampu di stadion dimatikan. Ari Lasso mengajak para penggemar Dhani menyalakan lampu gadgetnya sebagai pengganti nyala lilin.
Dul bermain keyboard sambil bercucuran air mata. Ari Lasso tampak memeluk pundak Dul menguatkannya. Di bawah panggung Al terihat berlinang air mata sepanjang lagu dan menyandarkan wajah ke bahu seseorang yang berada di dekatnya.
Video ini sukses membuat puluhan ribu orang mewek ketika menyaksikannya. "Be Strong Dhani," seru Ari Lasso dari atas panggung.
Akun instagram Ari Lasso yang memposting konser tersebut dengan fokus pengambilan gambar Dul, hanya dalam hitungan jam dibanjiri ribuan komentar dan dukungan.
Tak salah cawapres Sandiaga Uno memilih lagu ini sebagai penghormatan kepada Dhani. Sandi bermain gitar dan menyanyikan lagu "Hadapi Semua Dengan Senyuman" setelah mengunjungi Dhani di penjara, Kamis (31/1).
Front perlawanan baru
Andai saja Presiden Jokowi sempat menyaksikan rekaman konser ini, pasti dia akan menyadari, telah melakukan kesalahan terbesar dalam upayanya mempertahankan kekuasaan.
Penahanan Dhani menjadi blunder terbesarnya. The damage was done. Kerusakan telah terjadi, tak mungkin di ralat seperti rencana pembebasan Ustad Abu Bakar Ba’asyir, atau pemberian remisi terhadap kader PDIP yang yang menjadi pembunuh wartawan.
Sesuai dengan karakternya Dhani mengubah LP Cipinang menjadi panggung pertunjukan terbesarnya. Dhani baru saja memulainya dengan konser di Shah Alam, Kuala Lumpur.
Di negeri jiran ini selain para pekerja migran asal Indonesia, yang jumlahnya jutaan, dia punya penggemar besar di kalangan penduduk lokal. Akan muncul berbagai “konser pertunjukan” Dhani berikutnya.
Penahanan Dhani membuat Jokowi tidak hanya mengahadapi Prabowo-Sandi dan para pendukungnya. Dia mulai saat ini harus bersiap menghadapi perlawanan dari para penggemar Dhani yang pilihan politiknya beragam. Banyak diantaranya adalah pendukung Jokowi dan mereka yang belum menentukan pilihan.
Perlawanan dari Al, El, dan Dul, anak-anak Dhani juga tak boleh diremehkan. Mereka punya penggemar di kalangan milenial yang tak kalah besarnya. Padahal segmen pemilih yang cukup besar ini sudah lama digarap oleh Jokowi.
Tangisan Dul dan Al hampir dapat dipastikan membuat perlawanan emak-emak, kian mengeras. Sebagai ibu, mereka punya empati besar terhadap penderitaan seorang anak. Apalagi anak-anak dari keluarga yang terpecah seperti keluarga Dhani-Maia.
Kini bapaknya direnggut secara paksa oleh rezim berkuasa, hanya karena pilihan politik yang bebeda. Mereka akan semakin militan.
Jokowi juga harus menghadapi perlawanan kelompok-kelompok seniman, artis, pejuang kebebasan berpendapat, dari dalam dan luar negeri. Mereka banyak yang tidak setuju dengan sikap dan pilihan politik Dhani. Tapi mereka juga tidak sepakat bila ekspresi dan kebebasan berpendapat harus dipasung
Dari internal koalisi Jokowi tanda-tanda perlawanan juga sudah mulai muncul. Kendati tidak menyebut nama, namun Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar membuat status yang menyiratkan ketidak-setujuan atas langkah keras Jokowi menghadapi penentangnya.
Di luar Dhani, polisi kini juga tengah membidik Rocky Gerung yang dikenal dengan wacana revolusi akal sehatnya.
Saya tidak setuju memenjarakan ide gagasan dan wacana, keberhasilan reformasi yang bisa dibanggakan salah satunya adalah kebebasan berpendapat dan berpikir. Agar kita menjadi bangsa yang cerdas!
— A Muhaimin Iskandar (@cakimiNOW) February 2, 2019
Auto kritik Cak Imin ini sangat menohok. Tidak tertutup kemungkinan banyak suara serupa di kalangan internal TKN, maupun pendukung lainnya. Namun mereka tampaknya mencoba menahan diri dan tidak menyuarakannya secara terbuka.
Blunder besar memenjarakan Dhani, pemeriksaan Rocky dan akumulasi puluhan blunder lainnya, kini menjadi ancaman besar bagi Jokowi untuk mempertahankan kursi kepresidenan.
Selain harus menghadapi berbagai front perlawanan para penentangnya, ancaman terbesar Jokowi ternyata datang dari dirinya sendiri dan para pendukungnya.
Dia akan kalah karena akumulasi gol lawan, dan gol-gol bunuh diri yang secara terus menerus dilakukannya. end
*) Oleh Hersubeno Arief, wartawan senior yang kini menjadi konsultan media dan politik.
Advertisement