AHCC Edukasi Peran Radioterapi dalam Penanganan Kanker Otak
Sejak pemain sinetron sekaligus penyanyi Agung Hercules divonis mengidap kanker otak Gliobastoma, masyarakat sibuk membicarakan tentang kanker otak serta ingin mengetahui penyebab, gejala serta pengobatan pada kanker otak.
Untuk memberikan edukasi pada masyarakat, Adi Husada Cancer Center (AHCC) Surabaya mengadakan Health Talk 'Peran Radioterapi Pada Kanker Otak', Jumat 28 Juni 2019.
Spesialis Radiasi dr. Bambang Widjanarko Sp. Rad (K) Onk. Rad dari AHCC, didapuk menjadi pembicara dalam health talk ini mengatakan, tumor otak adalah kumpulan atau sel-sel abnormal di otak.
Tumor otak bisa bersifat kanker (malignant) atau non-kanker (jinak). Ketika tumor jinak atau ganas tumbuh, mereka dapat menyebabkan tekanan di dalam tengkorak meningkat, ini dapat menyebabkan kerusakan otak, serta dapat mengancam jiwa.
"Mengenai gejala kanker otak tergantung dari lokasi kanker dan ukurannya. Beberapa tumor menyebabkan kerusakan langsung dengan menyerang jaringan otak serta menyebabkan tekanan pada otak disekitarnya. Biasanya gangguan keseimbangan yang mirip struk ringan sering diabaikan dan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut, padahal itu juga salah satu gejala," terang Bambang Widjanarko dalam Health Talk yang diselenggarakan di Lantai 3 AHCC.
Menurut Bambang Widjanarko, tumor otak dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu primer (berasal dari jaringan otak sendiri) dan sekunder (penjalaran dari kanker di luar otak).
"Tumor otak sekunder juga dikenal sebagai tumor otak metastasis terjadi ketika sel kanker menyebar ke otak dari organ lainnya, seperti paru-paru dan payudara," sambung dia.
Bambang Widjanarko menuturkan, pengobatan utama kanker otak ialah pembedahan, karena dari operasi dapat menentukan jenis patologinya, yang mana ada hubungan dengan pengobatan selanjutnya. Tetapi ada beberapa kasus yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Pasalnya, lokasi tumor terletak didaerah struktur yang sangat berbahaya.
"Setelah tindakan pembedahan pun akan dilakukan radioterapi untuk mematikan sel kanker yang masih tersisa dalam otak," imbuh Bambang Widjanarko.
Radioterapi adalah salah satu pengobatan kanker otak yang bersifat lokal. Radiasi diberikan pasca pembedahan atau saat keadaan pasien tidak memungkinkan untuk melakukan pembedahan.
"Prinsip radiasi adalah mematikan sel kanker semaksimal mungkin, minimal pada jaringan normal (dibawah dosis toleransi otak). Pengobatan ini juga bersifat paliatif yang terpilih untuk kasus-kasus sekunder sebab, diniliai tidak invasif," jelas Bambang Widjanarko.
Dalam teknologi Radioterapi, tutur Bambang Widjanarko, ada beberapa teknik yang dapat digunakan. Pertama teknik Radiasi Eksterna yang memiliki beberapa jenis antara lain, Three-Dimensional Conformal Radiation Therapy (3-DCRT) teknik ini dibuat sesuai bentuk target radiasi, Intensity-Modulated Radiation Therapy (IMRT) adalah teknik yang lebih spesifik dari pengembangan teknik 3-DCRT, Stereotactic Radiosurgery (SRS) dan Stereotactic Radiotherapy (SRT) serta jenis Image Guided Radioterapi (IGRT).
"Teknik yang kedua Brakhiterapi (sinar dalam) yang menggunakan zat radioactive yang dimasukan atau didekatkan pada target radias. Teknik interstitiil brakhiterapi dengan memakai sumber 125 dan gliasite balloon radiotherapy system," jelas Bambang Widjanarko.
Adanya toleransi jaringan normal yang tidak sama maka pemberian radiasi pada daerah otak harus hati-hati, diperlukan kerja tim onkologi radiasi (dokter ahli fisika medik, radiografer radioterapi, perawat onkologi yang handal).
Adi Husada Cancer Center (AHCC) sebagai pusat layanan kanker terintegrasi yang memiliki misi untuk menginspirasi dan membangun kehidupan lebih sehat. Memilih topik ini untuk memperingati bulan Brain Cancer Awareness dan juga untuk memberikan edukasi terkait kanker otak yang ramai menjadi sorotan. (pts)
Advertisement