Agar Perahu tak Tenggelam, Ulama Tetaplah Kritis dan Mengingatkan
Emha Ainun Nadjib pernah mengingatkan, dengan memberi gambaran perahu sebagai tumpangan bersama dalam kehidupan bernegara.
Sebagai termasuk orang alim, intelektual, ulama, pun berkewajiban bersikap kritis dan memberi nasihat serta mengingatkan pemegang kendali kekuasaan.
Siapapun yang menahkodai kapal besar yang bernama Indonesia, bila ada kecendrungan menyimpang haluan tetap harus diingatkan. Nahkoda pun tak perlu merasa gelisah atau bahkan murka dengan rasa sombong menyatakan bahwa kapal ini milik dia seutuhnya.
Jikalau ada yang meneriaki kapal ini bocor, janganlah kau tutup mulutnya tetapi tutuplah kebocorannya.
Dari Nu’man ibn Basyir ra. Dari Rasulullah saw, bersabda: “Perumpamaan pelaksana hukum Allah dan orang yang melanggarnya, bagaikan sekolompok orang yang melakukan undian (untuk menentukan tempat yang akan ditempati) pada sebuah kapal. Sebagian mereka mendapat tempat pada bagian atas, dan sebagian yang lain pada bagian bawah. Orang-orang yang menempati bagian bawah, ketika ingin mengambil air, harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas. Lalu mereka berpendapat, kalaulah kita melubangi yang bagian kita satu lubang, tentu kita tidak akan merepotkan orang-orang yang berada di bagian atas. Jika mereka membiarkan orang-orang itu melakukan apa yang mereka inginkan, mereka akan celaka semuanya. Dan jika dapat menghentikan mereka, mereka akan selamat, dan selamat semuanya.”
(H.R. Bukhari dalam Bab Syirkah, no. 2493 lldan Bab Syahadat no. 2686; Tirmidzi dalam Bab Al-Fitan, no. 2173; Ahmad no. 4/268; dan Baihaqi dalam Sunan al-Kubra no. 7576 dalam bab Syu’b al-iman).
Renungan dan Hikmah
Bencana berupa ujian maupun adzab/laknat akan silih berganti datang merusak dan menghancurkan kehidupan ini.
Bagaimana tidak terjadi ?
Datangnya bencana ini, merupakan kaidah kausalitas/sebab akibat, karena pilihan perbuatan manusia itu sendiri dalam memulai dan mengundang datangnya bencana itu hadir.
Dengan melakukan pembenaran atas kezaliman dan ketidak adilan yang dipertontonkan di tengah ambisi manusia yang mengikuti hawa nafsu ketamakkan kekuasaan yang diperturuti.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al-A'raf: 96)
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَا كُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْ ۚ وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَ نَّهٗۤ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan."
(QS. Al-Anfal: 24)
Demikianlah wallahu a'lam. Semoga bermanfaat. Amiin.