Ketika Agama Dijadikan Alat Pembenar Diri, Mengelabui Kaum Awam
Sejak zaman dulu, sejarah telah mengatakan betapa mudah untuk mengelabui orang-orang awam. Di antara jalan ke arah itu, adalah 'menjual agama'. Benarkah demikian?
Berikut disampaikan pesan-pesan indah KH Husein Muhammad, ulama aktivis yang dikenal dekat dengan KH Abdurrahman Wahid. Soal Gus Dur, Kii Husein Muhammad pernah menulis buku "Gus Dur Sang Zahid". Berikut di antara catatan ringan tapi tepat dengan masa-masa kita akhir-akhir ini.
Kebebasan
Kehendak diri untuk bertindak bebas tanpa mempertimbangkan orang lain yang juga memiliki kebebasan akan menciptakan relasi antar manusia dalam sarat konflik. Maka kebebasan bukan berarti bertindak semau-maunya tapi bertindak etis.
Demikian pesan KH Husein Muhammad agar kita, umat Islam, senantiasa bertindak dan berkata-kata selaras dengan etika ada adab.
Retorika Sofistik
Ekspresi kemarahan yang meledak-ledak dan tak terkendali bersumber dari jiwa yang rapuh dan persepsi diri yang buruk terhadap yang lain. Retorika yang dipakai bergaya Sofistik. Agama dijadikan alat pembenaran diri untuk mengelabuhi publik awam dan mengobati luka hati. Mereka yang mengagumi ekspresi itu memiliki kondisi jiwa dan nalar yang sama.
Jangan Sakiti Siapa pun
Maha Guru maulana Rumi, Syeikh Syams-i dari Tabriz yang bijakbestari mengingatkan kita:
كلنا سينتهي بنا المطاف إلى مغادرة هذا العالم، فلتحرص إذًا وأنت هنا ألَّا تجرح قلب إنسان كائنًا من كان.
Setiap kita akan sampai pada halte terakhir untuk kemudian meninggalkan dunia ini. Maka hendaklah kau di sini bertekad untuk tidak menyakiti hati siapapun apapun eksistensinya. (Syams-i Tabrizi).
Sang Ugahari
Sepanjang aku di rumah Gus Dur, aku tidak pernah melihat beliau mengenakan jubah atau sorban. Tetapi beliau adalah ulama besar, putra ulama besar dan cucu ulama besar. Maulana Rumi mengatakan:
الرَّجُلُ لَا يَكُونُ عَالِماً بِسَبَبِ الجُبَّةِ وَالعِمَامَةِ ذَلِكَ اَنَّ العَالِمِيَّةَ فَضِيلَةٌ فِى ذَاتِهِ وَلاَ يُغَيّرُ مِنَ الاَمْرِ شَيئاً اَنْ يَرْتَدِى صَاحِبُهَا قَبآءً أَوْ عَبَاءَةً .
Keulamaan seseorang tidak ditentukan oleh tampilan pakaian jubah dan sorbannya, karena keulamaan itu ada di dalam dirinya. Ia tidak bisa berubah menjadi ulama hanya dengan memakai jubah atau baju lusuh. (Maulana Rumi).
Jika begitu, bukan identitas fisik atau sebutan tertentu yang membuat seseorang menjadi ulama, tetapi moralitas, keluasan dan kemendalaman pengetahuan serta kearifannya.
Pembaruan Tak Bisa Dihentikan
Kaum konservatif radikal di belahan dunia manapun akan selalu dihantui kecemasan dan ketakutan menghadapi kebaruan dan perubahan sosial yang cepat.
Mereka akan terus berteriak bahwa pembaruan, inovasi dan kreativitas, adalah aktivitas dan produk sesat dan kekafiran yang tidak pernah ada pada masa klasik yang sakral. Semuanya adalah produk yang menjerumuskan manusia ke dalam jurang neraka.
Ekspresi-ekspresi arogansi yang lahir dari rasa frustasi mereka, muncul di mana-mana. Ini karena mereka merasa ditinggalkan oleh pergerakan zaman yang cepat. Mereka merasa akan mengalami keterasingan yang mengerikan, ketidakberdayaan diri dan kekalahan di hadapan gerak sejarah yang terus bergulir dan bergerak memperbarui diri tanpa bisa dihentikan.
Roda zaman akan terus bergerak ke depan meninggalkan mereka semakin jauh dan semakin jauh.
Kebaruan, pembaruan dan perubahan adalah keniscayaan alam semesta. Tak seorangpun yang bisa menghentikannya. Diam dan berhenti di tempat berarti kematian.
Demikian semoga bermanfaat.HM