Adu Ide & Kreativitas Anak Muda di Banyuwangi Aquascape Contest
Puluhan kotak berbahan kaca bening diletakkan di atas meja di aula Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Sabtu, 4 Desember 2021.
Di dalam kotak kaca itu terdapat berbagai pemandangan yang sangat indah, dengan berbagai ikan kecil dan gemercik air. Miniatur lukisan alam ini memberikan kedamaian bagi yang melihatnya.
Siapa pun yang memandangnya, ibarat dibawa ke alam bebas dengan keindahan suguhan Tuhan yang maha kuasa. Keindahan alam yang dihadirkan dalam kotak kaca ini adalah aquascape karya anak-anak muda yang berasal dari seantero Jawa dan Bali.
Mereka mengadu kemampuan dan kreativitasnya membuat aquascape dalam Banyuwangi Aquascape Contest. Event ini digelar Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi bekerja sama dengan Dinas Perikanan Banyuwangi.
Kontes ini digelar pertama kalinya di masa pandemi ini. Ada 76 ahli aquascape turut serta dalam kontes ini. Mereka memeras otak, mencurahkan imajinasinya untuk menampilkan keindahan dalam sebuah kotak kaca tersebut. Para peserta memadukan unsur tanaman air, batu, pasir, kayu, akar dan tumbuhan air hingga menjadi suatu pemandangan yang sedap dipandang mata.
Selama mengikuti kontes mereka “dipaksa” mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam menyusun aquascape. Di luar kontes, para ahli aquascape ini membuat satu karyanya setidaknya butuh waktu satu atau dua minggu. Dalam kontes ini, mereka wajib menyelesaikan karyanya dalam kurang dari 8 jam.
“Biasanya kita buat satu aquascape itu seminggu. Itu pun hasilnya masih kurang maksimal. Kalau ingin benar-benar baik itu setidaknya butuh waktu dua minggu,” ungkap salah satu peserta Banyuwangi Aquascape Contest, Candra Wijaya, 19 tahun.
Pemuda asal Semarang ini tergolong jago dalam pembuatan aquascape. Beberapa bulan lalu dia menjadi juara 1 dalam kontes serupa di kota Malang dan Semarang. Lajang ini memang sudah sering kali mengikuti ajang aquascape di beberapa kota di Indonesia.
Candra menambahkan, masing-masing kreator aquascape memiliki karakter masing-masing. Biasanya, sebelum pelaksanaan kontes, sudah disiapkan konsep dan bahan yang akan dibuat dalam pelaksanaan kontes.
“Jadi saat kontes kami biasanya tinggal menuangkan konsep dan ide yang sudah disiapkan ke dalam karya kita. Tapi tetap saja itu tidak mudah untuk dilakukan,” ungkapnya.
Dia menuturkan, selain skill, butuh ketelatenan, dan kesabaran dalam menuangkan ide yang ingin ditampilkan. Semua aspek ini dibutuhkan dalam proses penempatan dan penanaman bahan-bahan ke dalam akuarium. Ini perlu dilakukan untuk menambah keindahan dan estetika agar bisa semirip mungkin dengan yang ada di alam.
Kesulitan atau kendala yang paling sering dialami pembuat aquascape dalam sebuah kontes saat hilangnya konsentrasi dan imajinasi. Kondisi ini, biasanya terjadi saat peserta yang ada di sekeliling sudah lebih dulu selesai. Ditambah lagi waktu sudah mendekati ujung.
“Kalau ini terjadi bisa panik dan merusak ide serta imajinasi kita sendiri, makanya sedapat mungkin kami tetap fokus pada pengerjaan karya kita sendiri,” timpal Debian, 19 tahun, peserta lain yang juga berasal dari Semarang.
Dari sisi hadiah, sebenarnya, hampir semua kontes yang digelar hadiahnya tidak sebanding dengan kocek yang harus dikeluarkan peserta. Namun, pada umumnya, para expert aquascape ini mengikuti kontes untuk semakin meningkatkan skill masing-masing.
Sebab dalam kontes mereka juga bisa sharing kemampuan dengan peserta lain dan juga para juri yang terlibat dalam kontes itu. Selain itu, jika beruntung menjadi juara, maka dipastikan akan meningkatkan reputasi mereka di Jagad aquascape.
“Pastinya kalau menang kami punya kepuasan tersendiri,” tuturnya.
Banyuwangi aquascape contest 2021 ini mengangkat tema “Aquascape Of Banyuwangi Tourism”. Tema ini mengusung berbagai destinasi wisata Banyuwangi yang bisa digambarkan dalam karya aquascape.
Kontes ini mempertemukan ahli aquascape dari Jawa dan Bali. Panitia mencatat peserta yang mengikuti even pertama di masa pandemi covid-19 ini berasal dari Semarang, Tulungagung, Malang, Trenggalek, Jember, Blitar, Bondowoso, dan juga dari Bali. Peserta ini terbagi dari dua kategori yakni kategori advance dan pemula.
“Penilaian di antaranya bagaimana caranya planting, dari segi ketahanan ekosistem yang dibuat itu seperti apa,” jelas Ketua Panitia pelaksana, Mega Yuniarti.
Perempuan yang juga seorang dosen ini menambahkan, pada tahun 2019 kontes serupa pernah dilaksanakan. Saat itu pesertanya hanya dari Banyuwangi saja. Kontes ini, kemudian digelar kembali di penghujung tahun 2021 ini.
Namun pelaksanaannya dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat karena masih dalam masa pandemi covid-19. Selain itu, peserta juga bukan berasal dari Banyuwangi saja, tetapi juga dari berbagai wilayah di Jawa dan Bali. Oleh karena itu peserta harus menyerahkan surat keterangan tes antigen atau PCR dengan hasil negatif.
“Peserta juga harus melampirkan surat vaksin sebagai bukti mereka telah melaksanakan vaksinasi,” ungkapnya.