Ada ‘Rusia dan Ukraina’ di Kebun Anggur Petani Probolinggo
Ketika ikon Probolinggo sebagai Kota Anggur mulai luntur, ada seorang petani yang berhasil merintis sejumlah anggur dari mancanegara. Bahkan, Safiudin, 48 tahun, petani tradisional ini berhasil mengadaptasi dan mengembangkan 11 varietas anggur dari luar negeri di Kota Probolinggo.
Ke-11 varitas anggur itu, Julian, Oscar, Transfiguration, Hallooween, New Baikour, Nizina, dan Taldun, ketujuhnya dari Rusia. Juga, varietas Jupiter, Dixon, Akademik, ketiganya dari Ukraina.
“Jadi meskipun, Rusia sedang berperang melawan Ukraina, di kebun saya justru anggur-anggur Rusia dan Ukraina tumbuh subur bersebelahan, cinta damai,” ujar Safiudin sambil tertawa saat ditemui di kebunnya di Kelurahan/Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, Minggu, 13 November 2022.
Selain itu pria yang tinggal di Jalan Mastrip Gang Jeruk Lemon tepatnya, di belakang SMK Negeri 2 Kota Probolinggo itu juga mengoleksi anggur varietas Moondrop dari California, Amerika Serikat. “Penampilan anggur Moondrop ini sangat menarik, mirip dot bayi. Tak kalah menariknya, anggur Helloween mirip cabai rawit,” katanya.
Mengaku tidak punya latar belakang pertanian, lulusan SMP itu mengaku, belajar otodidak bertanam anggur. “Saya pernah sekolah di SMEA Gending tetapi tidak sampai tamat, kemudian kerja di perusahaan kayu, PT KTI (Kutai Timber Indonesia, Red.) selama 25 tahun,” ujarnya.
Setelah pensiun dari PT KTI, Safiudin kemudian mencoba menekuni bidang pertanian. Awalnya ia beternak puluhan sapi dan kambing, tetapi kemudian ditinggalkannya.
Pada 2021 lalu, ia mencoba menanam Anggur Probolinggo. “Ternyata, Anggur Probolinggo lama berbuahnya, 3-4 tahun baru berbuah, perawatannya susah,” katanya.
Melalui temannya dari Kediri, Safiudin kemudian mengenal sejumlah varietas anggur dari mancanegara. Ia kemudian mencova menanam anggur-anggur yang sebaian besari dari Rusia dan Ukraina itu. “Ternyata, anggur-anggur impor itu cepat berbuah, 3-4 bulan sudah berbuah lebat Perawatannya juga tidak sulit,” paparnya.
Akhirnya, sebuah kebun berukuran sekitar 150 meter di samping rumahnya dan kebun berukuran 300 meter yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya ditanami 11 varietas anggur. Ada sekitar 30 batang anggur yang ia tanam di kedua kebun itu.
Begitu simpelnya cara menanam anggur-anggur mancanegara itu, Safiudin sampai tidak memerlukan para-para yang bentuknya empat persegi panjang di atas tanaman. Ia cukup membentangkan kabel (listrik, telekomunikasi) bekas yang diikatkan pada dua tanaman jaranan.
Kabel dibuat susun tiga, mirip tali jemuran pakaian. Sulur-sulur tanaman anggur kemudian membelit kabel itu. Ketinggian kabel bersusun tiga itu setinggi orang dewasa berdiri atau sekitar 1,5-2 meter.
“Jadi gampang saat merawat tanaman seperti pruning atau pemangkasan atau membungkus buah anggur karena tidak terlalu tinggi,” katanya.
Safiudin berterus terang, anggur-anggur impor itu dirawat secara organik. Pupuknya, arang sekam dicampur dengan kotoran kambing dan kotoran ikan. “Kotoran atau tahi ikan itu bisa dikeruk di dasar kolam, kebetulan saya punya kolam ikan nila,” katanya.
Ditanya harga buah anggurnya, Safiudin mengatakan, karena baru “belajar berbuah” atau berbuah perdana, buah-buah ranum itu sengaja dikonsumsi sendiri bersama keluarga dan kerabatnya. “Nanti, kaalau sudah berbuah kedua dan seterusnya, insya-Allah saya jual seperti harga anggur impor di pasaran,” ujarnya.
Selain dari buah, suami dari Sri Wahyuningsih itu juga menjual stek anggur. “Biasanya saat batang anggur dipangkas, kemudian saya stek dan tanam di polybag,” katanya.
Disinggung kendala membudidayakan anggur-anggur luar negeri, Safiudin mengatakan, sama seperti tanaman lain, ada penyakit, hama, hingga jamur. “Semua saya atasi dengan obat-obatan alami, yang saya buat dan ramu sendiri,” ujarnya.
Safiudin meyakini, kelak anggur-anggur mancanegara itu akan “kerasan” dan tumbuh subur di Probolinggo. “Lho, Anggur Probolinggo kan awalnya tanaman sub-tropis yang berasal dari luar negeri, teapi sekarang sudah jadi anggur lokal Probolinggo,” katanya