Ada Mama Evi di Balik KONI Jatim Award 2023 untuk Perbasi Jatim
Torehan prestasi bola basket Jawa Timur dalam beberapa tahun terakhir mengalami lonjakan tajam. Maka wajar jika kemudian Pengprov Perbasi Jatim periode 2021-2025 yang dipimpin Grace Evi Ekawati terpilih sebagai salah satu cabor yang meraih penghargaan bergengsi di acara KONI Jatim Award 2023, Kamis 18 Januari 2024 di Hotel Harris Surabaya.
Bersama dengan Pengprov PABSI Jatim pimpinan Jeffry Tagore, serta Pengprov Muay Thai Indonesia (MI) Jatim besutan Baso Juherman, Pengprov Perbasi Jatim memperoleh penghargaan sebagai Pengprov Cabang Olahraga Terbaik.
Penghargaan ini sangat pantas dianugerahkan kepada Perbasi Jatim berkat capaian mereka dalam berbagai ajang. Terbaru, prestasi gemilang itu mereka persembahkan pada ajang Kejurnas Bola Basket dan Babak Kualifikasi PON Aceh-Sumut yang digelar sepanjang tahun lalu.
Melalui tangan dingin Gace Evi Ekawati atau yang akrab disapa Mama Evi ini, tim bola basket Jatim mampu meruntuhkan dominasi DKI Jakarta dan Jawa Barat di tahun-tahun sebelumnya.
Totalitas Evi dalam menjalankan pembinaan memang tak perlu diragukan. Pasalnya, sejak ia menjabat sebagai Ketua Umum Pengprov Perbasi Jatim, Evi mendedikasikan nyaris seluruh waktunya untuk mengembangkan perbasketan di 38 kota/kabupaten di Jatim.
Evi bahkan sering kurang tidur karena harus bepergian dari kota satu ke kota lainnya untuk memastikan pembinaan di seluruh pengkab dan pengkot berjalan dengan baik.
“Saya ini sudah selesai dengan hidup saya. Semua cita-cita saya sudah tercapai. Tugas saya mengantarkan anak-anak berdikari dan mampu menghidupi dirinya masing-masing sudah tuntas. Karena itu, saya berikan seluruhnya untuk perbasketan Jawa Timur,” kata wanita yang dijuluki Ibu Pemersatu Bangsa itu.
Tak hanya tenaga, Evi rela menyumbangkan pikiran dan uangnya yang tak sedikit untuk olahraga yang ia cintai itu. “Banyak orang yang tanya, saya dapat apa dari apa yang saya lakukan ini? Saya bilang, saya dapat keberkahan hidup. Saya tulus mencintai olahraga ini dengan segenap hati. Saya ikhlas memberikan apa yang saya miliki demi kemajuan bola basket Jatim,” ujar Evi.
Baginya, ada kepuasan dan kebahagiaan tersendiri jika bisa berbagi kebahagiaan dan menularkan aura positif kepada banyak orang, khususnya mereka yang berkecimpung di olahraga basket. Karena ia yakin, uang melimpah saja tak cukup untuk menghidupkan gairah dan semangat para atlet dan basket itu sendiri.
Sentuhan
Benar saja, Evi tak selalu memberikan uang dalam menjalankan pembinaan, tapi perhatian dan sentuhan. Karena ia percaya, uang saja tak bisa menggantikan perhatian dan sentuhan.
“Bentuk perhatian saya kepada pengkab/pengkot dan atlet di daerah bermacam-macam. Tapi yang pasti, saya selalu hadir bila diundang. Sebisa mungkin saya datangi, karena mereka butuh disentuh hati dan fisiknya. Kontak batin itu bisa lahir dengan cara-cara demkian, bukan melulu soal uang,” jelas Evi.
Bukan isapan jempol. Evi hampir setiap hari berkunjung ke daerah-daerah. Bukan hanya ke pengkab/pengkot perbasi di daerah, tapi ke sekolah-sekolah atau klub. Tak hanya satu kota, bisa tiga sampai empat kota ia kunjungi dalam sehari.
“Kalau orang lain bilang capek, saya seharusnya lebih capek. Tapi saya tidak pernah merasa capek karena saya tidak pernah menjadikan tugas itu sebagai beban. Saya nikmati, jalani dengan perasaan senang dan bahagia,” terang ibu tiga anak ini.
Target Selanjutnya
Hampir semua kesuksesan di cabang olahraga basket telah ia capai, termasuk yang terbaru, penghargaan sebagai Pengprov Cabang Olahraga Terbaik 2024 dari KONI Jatim. Kini, Evi memiliki target selanjutnya.
Selain mempersembahkan medali emas untuk Jatim pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut pada September 2024 mendatang, Evi ingin mengantarkan para atlet basket Jatim meraih masa depan gemilang.
“Saya contohkan anak saya, Jovita Elizabeth. Dia bisa berprestasi di bidang olahraga dengan masuk Timnas Bola Basket Indonesia. Dia terpilih menjadi bagian dari tim All Star. Bertanding ke luar negeri sekaligus jalan-jalan. Bisa kuliah S2 di Universitas Indonesia, dan sekarang beberapa usahanya terus berkembang,” sebutnya.
Semua itu bisa diraihnya bukan secara instan, tapi dengan kerja keras dan ketulusan dalam menjalaninya. Menurutnya, yang tak kalah penting adalah menjaga semangat dan dukungan dari lingkungan sekitar dalam meraihnya.
“Apa yang didapat Jovita dulu tidak mudah. Dia harus menjalani tahapan-tahapan di mana terkadang bikin mentalnya drop. Bahkan tak jarang dia dimarahi pelatih di depan saya. Dijatuhkan mentalnya sampai di titik terendah. Tapi saya dengan sabar memberi pemahaman dan dorongan, menyadarkan bahwa itu bagian dari cara menuju sukses,” jelasnya.
Tidak Ada Previlage
Keadilan dalam memberikan perlakuan adalah bagian penting yang menurut Evi harus dimiliki seorang pemimpin. Sebab, perlakuan istimewa terhadap seseorang melebihi orang lain bisa merusak tatanan pembinaan.
“Seorang pemimpin tidak boleh pilih kasih atau memberi keistimewaan pada seseorang melebihi yang seharusnya dia dapatkan. Karena ketika ada kecemburuan, hal itu bisa merusak tatanan yang telah kita jalankan,” ujar Evi.
Evi bukan sekadar bicara. Karena ia pernah dihadapkan pada situasi sulit ketika anak bungsunya, Jovita tercoret dari tim basket Puslatda Jatim proyeksi PON XX Papua lalu.
“Meskipun anak saya sendiri, saya tidak mau mengintervensi keputusan pelatih. Meski hati saya sedih karena anak saya harus merasakan ‘sakitnya’ terdepak dari tim Puslatda Jatim, saya tidak boleh memberikan previlage. Padahal saya bisa saja memaksakan anak saya masuk, atau meminta Ketua KONI Jatim untuk memasukkan nama anak saya,” katanya.
Semua itu ia lakukan karena dirinya sadar bahwa pelatih punya kewenangan. Evi pun mencoba untuk memberikan pengertian kepada Jovita meski sang anak sempat memintanya untuk melakukan intervensi. “Saya harus bersikap adil kepada semua orang, termasuk kepada anak saya,” terang Evi.