Byuuuur, Sapi Brujul Melesat Membelah Lumpur
Meskipun sama-sama kerapan sapi, kerapan sapi di Kota Probolinggo ini berbeda dengan di Madura. Kerapan sapi brujul di Kota Bayuangga menggunakan sepasang sapi Peranakan Ongole (PO) dengan medan sawah berlumpur.
Tentu laju sapi brujul yang biasa digunakan membajak sawah itu lebih atraktif karena disertai cipratan lumpur yang tersibak. Tidak hanya joki yang berbasah-basah dan berkotor-kotor dengan air dan lumpur sawah, penonton yang terlalu dekat dengan arena kerapan juga terkena cipratan “tanah air” (tanah bercampur air).
Kali ini selama dua hari, Sabtu-Minggu, 1-2 September 2018 kerapan sapi brujul digelar di sebuah persawahan di Jl. KH. Syafii, Kelurahan Jrebeng Kidul, Kota Probolinggo. Kerapan sapi brujul dalam rangka even Seminggu di Kota Probolinggo (Semipro) 2018 itu ditonton ribuan warga.
“Orang Madura bisa bangga dengan kerapan sapi Madura atau sapi merah, orang Probolinggo punya sapi brujul,” ujar Ghani, penonton sapi brujul, Sabtu, 1 September 2018. Ia mengaku, biasa menyaksikan kerapan sapi brujul setelah jeda pasca panen hingga menjelang tanam padi.
Di awal September ini karena belum turun hujan, sawah yang dijadikan arena kerapan sapi brujul lebih dulu digenangi air melalui saluran irigasi tersier. Lintasan berlumpur sepanjang 100 meter inilah yang menjadi arena pacuan sapi-sapi PO.
Agar semakin bertenaga, pemiliknya sengaja memberika ramuan (jamu) tradisional kepada sapi-sapi kerapnya. “Biar sapi larinya kencang perlu diberi jamu ramuan tradisional seperti jahe, madu, dan telur ayam kampung,” ujar Djaelani, peserta kerapan sapi brujul.
Awalnya, kerapan sapi brujul merupakan ajang petani bersilaturahmi pasca panen hingga menjelang tanam. Digelar kecil-kecilan di antara komunitas petani yang sedang menggarap sawah. Akhirnya tradisi ini diangkap ke even Semipro agar menjadi sajian wisata. (isa)
Advertisement