Ada Istri Bupati yang Laporkan Suaminya Sendiri karena Korupsi
Orang sering dibuat tercengang dan decak kagum melihat kehebatan KPK dalam melakukan OTT (operasi tangkap tangan). Dari waktu mengendus, membuntuti terduga korupsi yang menjadi target OTT, sampai dia ketangkap. Ibaratnya di lubang semut pun bisa ketahuan.
Ada orang Surabaya yang bilang "Motone KPK iku kok ero ae, masiyo nggone nyelempit sek ketangkep (Matanya KPK itu kok tahu saja, meskipun tempatnya tersembunyi masih tertangkap).
Masyarakat mengakui dan memuji OTT ini adalah salah satu andalan dan kelebihan KPK, tanpa bermaksud merendahkan prestasi lembaga penegak hukum yang lain dalam memberantas korupsi.
Reporter ngopibareng.id dengan beberapa wartawan sempat diajak ngobrol oleh Ketua KPK Agus Raharjo, tentang rahasia dan jurus yang digunakan KPK dalam melakukan operasi tangkap tangan.
Menurut Agus Raharjo seringkali OTT berawal dari laporan yang dilakukan oleh 'orang dalam' dari terduga pelaku korupsi. KPK bergerak cepat kalau laporan itu dilengkapi dengan data. Tapi kalau laporan itu masih sumir, menjadi pekerjaan rumah bagi KPK untuk dipelajari lebih dalam sebelum melakukan OTT.
"Ini penting, karena semua laporan yang masuk ke KPK harus benar benar A1. Guna menghindari salah tangkap dan dipraperadilankan. KPK tidak mengenal SP3 ( surat pemberhentian penyidikan perkara), karena yang bersangkutan tidak terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Karena itu KPK dalam membuntuti terduga korupsi harus cermat dan hati hati," kata Agus selepas menjadi narasumber diskusi penguatan pemberantasan korupsi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rabu, 9 Januari 2019 kemarin.
Menurut Agus, KPK dalam setiap melakukan OTT hanya mempunyai waktu 1 kali 24 jam untuk menetapkan terduga korupsi yang terkena OTT bisa ditetapkan menjadi tersangka atau tidak.
Bicara tentang orang dalam, kata Agus, bisa saja masih memiliki hubungan dengan terduga korupsi. Yakni teman kantor, teman bisnis bahkan informasi itu datangnya bisa dari keluarga sendiri.
"Jadi mata telinga dan hidung KPK itu ada di mana mana," kata Agus.
Di tengah asyiknya bercerita tentang OTT, Agus tiba tiba menyebut seorang istri dari seorang bupati yang melaporkan dugaan korupsi suaminya ke KPK.
"Yang paling ekstrem di Jawa Timur. Salah satu bupati yang ditangkap, atas laporan istrinya sendiri ke KPK . Lapornya lengkap dengan foto uang banyak di kamar suaminya. Ini kasus apa, uang apa, kita nggak tahu," kata Agus sembari tersenyum.
Namun KPK tetap menyelidiki laporan dari istri bupati itu. Hasilnya, bupati itu ternyata melakukan korupsi.
"Saya tidak tahu istrinya sakit hati karena apa itu. Saya tidak tahu. Jadi itu tiba-tiba, membuat kita agak bingung juga," ucap Agus.
Agus sengaja merahasiakan rapat-rapat identitas seorang istri yang melaporkan suaminya sebagai terduga korupsi. Di Jatim ada 14 kepala daerah yang sekarang menjadi tahanan KPK karen terlibat korupsi dan terkena OTT. " Di antara itulah orangnya silakan cari sendiri," candanya.
Terkait dengan pemberantasan korupsi yang masih menjadi momok dalam pengelolaan anggaran negara, Agus mendorong publik tidak takut melaporkan tindakan korupsi. Identitas pelapor pun dijamin KPK akan dilindungi bahkan diberi hadiah.
"KPK sudah memberikan hadiah dua kali. Tidak ada yang tahu karena kita memang tidak menyiarkan. Hanya sayang peraturan yang baru, hadiahnya lebih rendah daripada yang lalu. Padahal ingin saya itu lebih tinggi," ujar Agus tanpa menyebut nominalnya. (asm)