Ada Intrik dan Upaya Kudeta Sebelum Mundurnya Edy Rahmayadi?
Sebuah fakta mengejutkan muncul pascamundurnya Edy Rahmayadi dari kursi Ketua Umum PSSI. Hal ini diungkap melalui pernyataan salah satu voter PSSI yang menghadiri pertemuan di Hotel Royal, Kuningan, Jakarta, beberapa hari sebelum Kongres Tahunan PSSI digelar di Hotel Sofitel Nusa Dua, Badung-Bali, 20 Januari 2019 lalu.
Dalam acara Mata Najwa yang mengangkat tema ‘PSSI Bisa Apa Jilid 3: Saatnya Revolusi’ yang berlangsung Rabu, 23 Januari 2019, salah satu voter PSSI yang datang di pertemuan informal itu mengakui bahwa ada dua hal yang mereka lakukan di sana, yakni meminta Edy Rahmayadi mengumumkan pengunduran dirinya di Kongres PSSI yang diselenggarakan beberapa hari berikutnya, serta menandatangani petisi untuk meminta Edy mundur.
Voter tersebut juga mengaku mendapatkan uang saku sebagai pengganti transportasi dan uang 1000 dolar Singapura setelah menandatangani petisi tersebut. Mengenai uang pengganti, Gusti tak menampiknya, meski ia tetap mengaku tak mengetahui besarannya. Namun soal uang 1000 dolar Singapura terkait penandatanganan petisi, Gusti mengaku tak tahu sama sekali.
Terkait pertemuan itu, Anggota Exco yang juga Komite Hukum PSSI, Gusti Randa, membenarkan adanya pertemuan tersebut. Gusti mengakui, selain dirinya, juga ada Haruna dan Joko Driyono. Namun, dia mengelak jika pertemuan ini sebagai upaya kudeta terhadap Edy Rahmayadi karena ada Asprov PSSI Sumut yang juga hadir.
Advertisement