Ada Efek Samping, Jadi Alasan Rutan Medaeng Batasi Vaksinasi
Rumah tahanan (rutan) Surabaya Kanwil Kemenkumham Jatim yang mengalami kelebihan kapasitas membuat proses vaksinasi COVID-19 butuh kehati-hatian. Pengelola rutan yang terletak di Medaeng Sidoarjo itu harus memastikan setiap warga binaannya tidak mengalami efek samping yang berlebihan. Salah satunya dengan melakukan isolasi di blok khusus sebelum dan sesudah proses vaksinasi.
Hal itu diungkapkan Kaepala Rutan Surabaya Wahyu Hendrajati Setyo Nugroho yang menyebut proses vaksinasi di rutan berbeda dengan masyarakat umum. Pasalnya, tenaga kesehatan kesehatan yang dimiliki rutan sangat terbatas. Sedangkan jumlah penghuninya mencapai ribuan.
“Kita harus menghitung kemampuan nakes kami, jangan sampai kewalahan karena banyaknya keluhan akibat efek samping vaksin,” ujar Hendrajati.
Saat ini, lanjut Hendrajati, baru 116 warga binaan yang tervaksin dari total 1.828 penghuni. Dari jumlah itu, mayoritas memang merasakan efek samping vaksin keluaran Astra Zeneca tersebut. Mayoritas mengeluh demam. Pihak rutan pun memberikan obat maupun terapi untuk meminimalisir efek samping.
“Ada satu orang yang merasakan efek samping agak berat dan lama, yaitu pusing dan mual, tapi bisa tertangani,” jelasnya.
Untuk itu, agar mempermudah proses pemantauan, pihak Rutan Surabaya membuat blok khusus untuk warga binaan yang masuk daftar penerima vaksin. Blok D yang biasanya dibuat hunian, dijadikan tempat isolasi.
“Satu hari sebelum vaksin, mereka diisolasi diletakkan dalam satu blok. Tujuannya untuk pengawasan dari segi kesehatan, terkait pola tidur dan pola makannya,” ujarnya.
Dengan ditempatkan dalam satu blok, proses vaksinasi juga berjalan lebih efektif dan efisien. Setelah vaksin, warga binaan harus tetap berada di blok isolasi selama minimal 2x24 jam. Hal ini untuk memudahkan pemantauan efek samping vaksin.
Setelah dua hari tidak ada keluhan, warga binaan dikembalikan ke blok masing-masing. Hendrajati mengungkapkan bahwa pihaknya akan segera melakukan proses vaksinasi lanjutan. Mengingat masih banyak warga binaannya yang belum tervaksin.
Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Pemkot Surabaya. Selama ini pihak Rutan Surabaya berkolaborasi dengan Dinkes Sidoarjo dalam proses vaksinasi.
“Lebih dari separuh warga binaan kita adalah warga Surabaya, jadi kami akan berkoordinasi juga dengan Pemkot Surabaya juga,” tegasnya.
Sementara itu, Kakanwil Kemenkumham Jatim Krismono meminta agar lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rutan bisa mempercepat proses vaksinasi. Karena lapas dan rutan menjadi daerah yang rawan penyebaran COVID-19. Kanwil Kemenkumham Jatim sendiri membawahi 39 lapas dan rutan yang tersebar di seluruh wilayah provinsi paling timur Pulau Jawa itu.
"Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi untuk mempercepat proses vaksinasi,” ujar Krismono.
Advertisement