Ada Doa Khusus yang Selalu Dibaca Mahfud MD Sehabis Salat
Nama Mahfud MD kembali berkibar di kancah politik nasional. Bahkan, bisa disebut berada di puncak perpolitikan. Hal menarik dan paling banyak dibincangkan adalah Mahfud kini merapat di kubu yang pada periode sebelumnya adalah "kubu seberang".
Saya tidak membahas soal itu dengan kacamata kontroversi. Yang cenderung tidak produktif. (Padahal buku best seller saya judulnya "Produktif Sampai Mati " hehehe).
Saya hanya ingin melihatnya dari satu sisi yang selama ini saya pahami saat bergaul dengan pria asal Bangkalan Madura ini. Apa itu?
Saya melihat, hal itu menunjukkan, Mahfud MD merupakan sosok yang bisa “keluar masuk” berbagai kelompok dengan mulus. Hal ini merupakan jalur hidupnya. Maksudnya, mirip dengan perjalanan karirnya yang selama ini juga “keluar masuk” lembaga dengan mulus dan tanpa cela.
Saya pernah menulis di Jawa Pos, yang isinya Mahfud MD khatam Trias Politika. Khatam dalam artian menyelesaikan semua tugas dan amanah di semua cabang kekuasaan negara tersebut dengan baik. Bahkan mungkin husnul khatimah.
Mahfud MD pernah menjadi anggota DPR RI (cabang kekuasaan legislatif). Pernah menjadi Menteri Pertahanan era Presiden Abdurahman Wahid (cabang eksekutif). Dan kemudian menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi untuk melengkapi cabang ketiga dari Trias Politikanya John Locke Yakni kekuasaan yudikatif.
Dan Mahfud "keluar masuk" semua cabang kekuasaan negara tersebut dengan mulus. Perihal “keluar masuk” secara nyaman ini, saya secara berseloroh pernah bertanya langsung ke Mahfud MD. "Apa resepnya? Adakah ijazah khusus dari Kiai di Madura?"
Tak disangka, Mahfud menjawab dengan serius. Ia bahkan lantas menuliskan doa itu dalam huruf Arab. "Ini doa yang selalu saya baca tiap sehabis salat Mas," ujar alumnus MAN 1 Yogyakarta ini.
Doa tulisan tangan Mahfud MD ini pernah saya simpan di dompet saya. Tapi sekarang hilang entah di mana. Kalau ketemu akan saya pigura :)
Doa tersebut adalah Surat Al Isro` ayat 80. Yang artinya, "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong."
Begitulah, Mahfud MD pun sepanjang pengamatan saya bisa "keluar masuk" di setiap "pintu" secara benar. Bahkan hal fenomenal ia torehkan dalam setiap pengabdiannya.
Dunia hukum dan konstitusi negeri ini menjadi heboh tatkala Mahkamah Konstitusi (MK) mengizinkan pemutaran rekaman yang memuat percakapan sejumlah pihak yang diduga merekayasa kasus Bibit Samad Riyanto –Candra Hamzah. Pembukaan rekaman percakapan telepon itu membuka sejumlah tabir gelap yang selama ini melingkupi lembaga peradilan kita. Rekaman pembicaraan itu pun menjadi awal pengungkapan sejumlah kasus pelanggaran hukum. Yang kemudian dikenal dengan mafia hukum, mafia kasus, mafia pajak dan menyeret sejumlah pejabat penting negeri ini.
Ketua Mahkamah Konstitusi –waktu itu-- Mahfud MD yang berinisiatif membuka rekaman percakapan telepon di lembaganya pun mendapat pujian dari sejumlah pihak. Langkah pembukaan percakapan telepon dinilai sebagai langkah yang sangat penting bagi dunia hukum dan konstitusi kita.
Sikap Mahfud itulah yang (kala itu) makin meneguhkan sejumlah lembaga untuk menokohkan Mahfud MD dan memberikan penghargaan kepada tokoh asal Madura ini. Meski, semua tahu, bahwa bukan hanya karena ‘’pembukaan rekaman percakapan’’ itulah, Mahfud MD layak mendapat penghargaan. Tapi, bagaimanapun, langkah membuka rekaman percakapan di sidang terbuka MK merupakan kredit poin yang tidak bisa diabaikan.
Terhadap semua hal yang dianggap luar biasa itu, Mahfud MD selalu menegaskan bahwa sebenarnya tak ada yang ‘’istimewa’’ dari langkah yang dia lakukan selama ini. Menurut Mahfud, ia hanya melakukan apa yang semestinya harus dilakukan. Dan menurutnya pula, saat ini orang yang melakukan apa yang seharusnya dilakukan tidaklah banyak. Sehingga ketika ada orang yang ‘’mengerjakan hal biasa yang mestinya ia kerjakan’’ dianggap hebat dan istimewa.
‘’Saat ini, makin jarang orang melakukan sesuatu yang mestinya ia lakukan. Yang terjadi, banyak orang melakukan hal yang tidak biasa atau tidak seharusnya dilakukan. Sehingga orang yang melakukan hal biasa menjadi tampak luar biasa di tengah-tengah orang lain yang melakukan tindakan tidak biasa itu,’’ tegas Mahfud. Tentu saja ini bukan semata sebuah bentuk kerendahan hati Mahfud.
Jika kita melongok situasi negeri ini dan mencocokkan pernyataan Mahfud, pasti kita tidak akan sulit mencerna kata-kata guru besar hukum tatanegara ini.
Maka, di tengah-tengah ‘’ketidakbiasaan’’ yang marak itu, hal-hal yang biasa menjadi terlihat luar biasa. Seorang guru di Gunungkidul yang harus setiap hari mengajar di SD dengan menumpang mobil angkutan umum atau sepeda ontel, menjadi tampak luar biasa. Seorang pemuda yang mengumpulkan sampah dari warga untuk dikelola dan menjadikannya sebagai ‘’bank sampah’’ bagi kampungnya, juga menjadi tampak luar biasa. Padahal semestinya setiap orang memilah sampah sejak dari awal timbulan sampah.
Seorang perawat yang harus melintas dari satu pulau ke pulau yang lain untuk menjalankan tugasnya sebagai petugas kesehatan di satu daerah di Indonesia yang memang hanya dihubungkan dengan perahu, juga menjadi sangat luar biasa.
Karena Mahfud selalu menganggap yang dikerjakannya adalah hal biasa yang seharusnya ia kerjakan, maka dia tidak pernah menganggap ada yang istimewa. Termasuk untuk hal terakhir, saat namanya disebut sebagai Cawapresnya Jokowi.
"Nggak pernah cerita secara serius soal pencapresan. Tapi, beliau memang sosok yang bisa diterima di semua lingkaran pergaulan. Karena sosoknya yang penuh komitmen, punya integritas," ungkap Prof Dr Edy Suandi Hamid.
Edy Suandi Hamid yang kini Rektor Universitas Widya Mataram Yogyakarta (UWMY) selama 30 tahun lebih berkawan dengan Mahfud MD. Pernah satu almamater di Universitas Islam Indonesia. Mahfud MD pernah menjadi Pembangunan Rektor UII sedang Edy pernah menjadi Rektor. Kendati periodenya berbeda. Mahfud lebih dulu menjabat.
Kini, Edy dipercaya Sultan Hamengku Buwono X sebagai Rektor UWMY. Sedangkan Mahfud sebagai Ketua Harian Yayasan UWMY. Dan keduanya, baik Mahfud maupun Edy merupakan Anggota Paramparapraja atau penasehat Sultan HB X.
"Saya melihat Pak Mahfud adalah figur yang tidak tersandera oleh masalah. Beliau memiliki pengalaman yang sangat memadai. Saya meyakini Beliau bisa berkontribusi lebih banyak bagi negeri ini," tandas Ketua Dewan Pakar ICMI DIY ini.