Abu Nawas pun Bertaubat, Kisah Sufi yang Dilupakan
Konon, meski pada kehidupan awalnya Abu Nawas (w.747 M), sang cerdik, cendikia, penyair dan intertain kocak, bergumul dengan dosa-dosa. Tetapi kesadaran muncul di depan matanya ketika matahari hampir senja untuk kemudian tenggelam.
Ia ingin kembali kepada Tuhan, menyerahkan seluruh dirinya kepada-Nya. Ia menyesali hari-harinya yang lalu.
Inilah kata-kata yang diulang-ulangnya saban hari, saban malam dan pada tiap nafas yang berembus. Puisi-puisi indah ini disenandungkan masyarakat muslim di mana-mana di dunia sampai hari ini.
Di samping/selain syair "Ilahi Lastu".
يَا رَبِّ إِنْ عَظُمَتْ ذُنُوبِي كَثْرَةً
فَلَقَدْ عَلِمْتُ بِأَنَّ عَفْوَكَ أَعْظَمُ
أَدْعُوكَ رَبِّي كَمَا أَمَرْتَ تَضَرُّعاً
فَإِذَا رَدَدْتَ يَدَيَّ فَمَنْ ذَا يَرْحَمُ
اِنْ كاَنَ لاَ يَرْجُوْكَ إِلَّا مُحْسِنٌ
فَبِمَنْ يَلُوْذُ وَيَسْتَجِيْرُ الْمُجْرِمُ
مَالِي إِلَيْكَ وَسِيْلَةً إِلَّا الرَّجَا
وَجَمِيْلُ عَفْوِكَ ثُمَّ أِنِّي مُسْلِمٌ
Wahai Tuhan,
dosa-dosaku begitu besar,
begitu banyak
Tetapi aku tahu, sungguh
Maaf dari Mu jauh lebih besar
Dengan seluruh kerendahan-hatiku
Aku memohon ampunan-Mu, wahai Tuhan,
Bila Engkau menolaknya,
lalu siapa lagi kah yang Paling Pengasih
Bila tak ada harapan dari-Mu kecuali mereka yang baik-baik
Lalu kepada siapa lagi-kah para pendosa memohon perlindungan dan ampunan
Aku hanya bisa berharap, keindahan maaf-Mu
Lalu aku berserah diri kepada-Mu
seluruh dan penuh
Demikian catatan KH Husein Muhammad (12.03.21/HM)