Abstain di Veto PBB, China Minta Aspirasi Rusia Didengarkan
Anggota Dewan Keamanan PBB menawarkan draft resolusi untuk mengecam invasi Rusia atas Ukraina. Resolusi yang diveto oleh Rusia itu juga ditanggapi dengan abstain, di antaranya oleh China, India, dan Uni Emirat Arab. China justru meminta agar aspirasi Rusia didengarkan seksama.
Fakta Veto Rusia
Sidang Dewan Keamanan PBB berlangsung pada Jumat, 25 Februari 2022. Amerika Serikat bersama Albania, sebagai anggota Dewan Keamanan, mengusung draft resolusi untuk mengecam agresi Rusia atas Ukraina. Di dalamnya, resolusi meminta agar Rusia segera menarik mundur pasukannya dan berhenti menyerang Ukraina.
Selain itu, resolusi juga meminta agar status dua wilayah separatis di Ukraina dikembalikan kepada Ukraina, dikutip dari inews.co.uk.
Resolusi itu berakhir dengan persetujuan dari 11 anggota. Namun satu suara veto dari Rusia, membuat draft akhirnya gugur. Rusia adalah satu dari lima anggota Dewan Keamanan tetap PBB, bersama Inggris, China, dan Prancis. Inggris dan Prancis menyampaikan persetujuan, namun China Abstain.
Langkah Lanjutan
Draft resolusi yang gagal di Dewan Keamanan PBB, nantinya akan dibawa ke Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 negara.
Jika Majelis Umum meloloskan resolusi tersebut, maka sifatnya tidak akan mengikat bagi Rusia. Hal ini berbeda jika resolusi disepakati oleh Dewan Keamanan.
Resolusi yang dibuat oleh Majelis Umum akan berfungsi menjadi pernyataan kuat dari PBB, yang mampu mempengaruhi opini dunia.
Kata China
Dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB, tiga negara abstain selain Rusia yang mengeluarkan Veto.
Diplomat Rusia Vassily Nebenzia mengatakan berterimakasih kepada negara yang tidak mendukung resolusi itu. "Draft resolusi Anda, tidak lebih dari sebuah gerakan brutal dan tidak berperikemanusiaan di papan catur Ukraina," katanya dikutip dari Reuters.
Dalam pertemuan tersebut, India menyatakan abstain. Diplomat India menyebut jika dialog adalah satu-satunya jalan keluar, dibanding resolusi. Namun India juga menyebut jika mereka sangat terganggu dengan pembangunan di Ukraina.
Sedangkan diplomat China Zhang Jun, meminta agar PBB lebih mendengarkan aspirasi keamanan Rusia. Terlebih setelah ekspansi agresif NATO pada negara pecahan Uni Soviet, yang juga tetangga Rusia.
"Aspirasi keamanan Rusia yang disampaikan dengan pantas, seharusnya mendapatkan perhatian secara layak. Ini setalah ekspansi NATO dalam lima ronde yang berkelanjutan," kata Zhang Jun, dikutip dari Al Jazeera.
Diketahui, sejumlah negara tetangga Rusia kini menjadi anggota NATO, antara lain Estonia, Latvia, Bulgaria, Rumania, dan Lithuania.
China melanjutkan sekaligus berharap, Ukraina seharusnya menjadi jembatan antara kepentingan Timur dan Barat. "Bukan malah jadi subjek permusuhan antara kekuatan besar," lanjutnya.
Diketahui, NATO adalah pakta keamanan dari negara Blok Barat selama perang dingin, melawan Blok Timur. Namun setelah perang dingin usai dengan runtuhnya Uni Soviet, NATO semakin membesar dengan banyak negara bekas Uni Soviet bergabung.
Ukraina menjadi negara penyangga yang penting bagi Rusia, sebab lokasinya berimpitan. Keanggotaan Ukraina di dalam NATO mengancam keamanan Rusia.