ABK Tewas-Hilang, DPRD 'Semprot' Pemkot Probolinggo
Tewasnya seorang anak buah kapal (ABK) dan hilangnya tujuh ABK kapal nelayan asal Kelurahan/Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo membuat DPRD setempat "uring-uringan".
Ketua DPRD Kota Probolinggo, Agus Rudiyanto Ghofur menilai, Pemkot Probolinggo lamban dalam menyikapi warganya yang tewas dan hilang di perairan Laut Jawa.
"Terus terang, kami kecewa karena Pemkot Probolinggo lamban menangani warganya yang tewas dan tujuh lainnya hilang. Meskipun hilang entah di perairan mana di luar kota, tetapi mereka adalah warga Kota Probolinggo," ujar Rudi Ghofur, panggilan akrab Agus Rudiyanto Ghofur saat datang di Keamanan Laut Terpadu (Kamladu) Kota Probolinnggo, Senin sore, 22 Oktober 2018.
Politisi PDIP itu sengaja datang ke Kamladu untuk mengecek perkembangan kasus hilangnya Kapal Motor (KM) Cahaya Bahari Jaya beserta tujuh ABK-nya.
"Seorang ABK (Rohim, Red,) sudah ditemukan dalam kondisi tewas di Pamekasan. Mudah-mudahan tujuh ABK lainnya bisa segera ditemukan," ujarnya.
Rudi Ghofur mendesak, Pemkot Probolinggo lebih aktif untuk mencari keberadaan tujuh ABK yang hilang saat melaut. Paling tidak jajaran Pemkot ikut terjun bersama tim bentukan Basarnas yang menyisir perairan Laut Jawa.
Selain mengunjungi Kamladu, Ketua DPRD juga melayat ke rumah duka (rumah Rohim) di Jalan Ikan Kakap, Gang Masjid, Kelurahan Mayangan. "Kami ikut berduka cita, DPRD akan membantu mengurus bantuan, asuransi dan sebagainya," ujar Rudi Ghofur.
Memang masih ada jajaran Pemkot yakni, pihak Dinas Perikanan yang datang ke rumah duka. Selain itu, justru Habib Hadi Zainal Abidin, Walikota terpilih tampak melayat ke rumah Rohim.
Susiani (47), istri Rohim pun berterima kasih pada semua pihak yang datang. Baik DPRD, Dinas Perikanan maupun Walikota terpilih. "Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kebaikan bapak-bapak dibalas oleh Allah," ujarnya.
"Hanya terima kasih yang bisa kami ucapkan. Semoga semua dibalas oleh Allah. Dan semoga yang lain diketemukan," kata Susiani. Ibu empat anak yang kini yatim itu berharap, tujuh ABK lainnya bisa segera ditemukan.
Diingatkan Tunda Melaut
Harapan senada diungkapkan Matari, pemilik KM Cahaya Bahari Jaya dan anaknya, Endang. "KM Cahaya Bahari Jaya memang atas nama ayah saya, tetapi yang menjalankan saya. Mudah-mudahan tujuh ABK segera ditemukan," ujar Endang sambil sesunggukan ditemui di rumahnya.
Endang mengatakan, memiliki dua buah kapal nelayan jenis jonggrang masing-masing bertonase 19 gross tons (GT). "Satu masih baru, belum pernah dioperasikan. Satu lagi sudah tujuh tahun yakni, kapal yang sekarang hilang bersama tujuh ABK," ujarnya.
Kapal lama (KM Cahaya Bahari Jaya) sebelumnya dinakhodai adik Endang, Andrik. Tetapi seminggu ini posisi nakhoda digantikan Windi Budianto (34). "Karena gak mau pakai ABK lama, Windi mencari sendiri ABK," ujar Endang.
Akhirnya didapat tujuh ABK yakni, Rohim (tewas di Pamekasan), Wahyu (adik Windi), Samsul Anam, Iwan, Marwan, Giman, dan Nanang. Tetapi para ABK di bawah nakhoda Windi ini baru dua kali berlayar kapalnya hilang. "Baru seminggu nakhoda Windi melaut, tahu-tahu kena musibah," ujar Endang.
Sebenarnya saat hendak melaut sempat diingatkan agar ditunda dulu. "Alasan saya, angin masih kencang dan stok es habis. Tidak tahunya, Kamis malam (18 Oktober 2018, Red.) sekitar pukul 20.30, Windi mengabarkan siap melaut. Tidak bisa saya cegah," ujarnya.
Dikatakan Windi sudah mengantongi Surat Keterangan Kecakapan (semacam Surat Izin Mengemudi/SIM untuk kendaraan darat) yang dikeluarkan Dirjen Perhubungan Laut (Hubla) pada 2015 silam. "Kondisi kapal bagus dan sudah dilengkapi 9 pelampung," ujar Hasyim, suami Endang. (isa)