Abiy Ahmed, Peraih Hadiah Nobel Perdamaian yang Menuai Kecaman
Komite Nobel Norwegia tidak akan menarik kembali Hadiah Nobel Perdamaian yang diterima Perdana Menteri Ethiopia, tetapi komite itu mengatakan “dia memikul tanggung jawab khusus untuk mengakhiri perang dan krisis kemanusiaan di wilayah negaranya, Tigray.”
Komite Nobel Norwegia mendesak Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019, untuk mengakhiri pertempuran di wilayah Tigray.
“Sebagai perdana menteri dan penerima hadiah perdamaian, Abiy Ahmed memiliki tanggung jawab khusus untuk mengakhiri konflik dan berkontribusi dalam menciptakan perdamaian,” kata Ketua Komite Nobel, Berit Reiss-Andersen, dikutip Sabtu 15 Januari 2022, dar dw.com.
Komite itu biasanya menahan diri untuk tidak mengomentari tindakan para pemenang, tetapi sekarang mereka telah dua kali mendesak Abiye untuk bertindak. Sebelumnya, mereka menyatakan “keprihatinan mendalam” atas situasi di Tigray.
“Situasi kemanusiaan mengerikan dan tidak dapat diterima bahwa bantuan kemanusiaan tidak disalurkan dengan cara yang memadai,” kata Reiss-Andersen.
Abiy memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian setelah berdamai dengan negara tetangganya, Eritrea, dan memperkenalkan reformasi politik di Ethiopia.
Pertempuran berlanjut di Tigray
Dalam sepekan terakhir, serangan udara menewaskan sedikitnya 73 warga sipil di Tigray, kata pekerja kemanusiaan.
Lebih dari 2 juta orang telah mengungsi, dan, dengan diblokirnya bantuan ke wilayah tersebut, ratusan ribu orang hidup dalam kondisi memprihatinkan, seperti kelaparan.
Organisasi kemanusiaan berjuang untuk menjangkau mereka yang membutuhkan, kata Direktur Eksekutif Human Rights Watch Kenneth Roth.
“Ancaman besar di sana blokade bantuan kemanusiaan oleh pemerintah Ethiopia yang sangat dibutuhkan oleh jutaan orang di kawasan itu,” kata Roth.
“Ini kasus klasik hukuman kolektif. Ini bukan menghukum pasukan militer Tigrayan. Ini menghukum rakyat… di Tigray,” tambahnya.
Ethiopia Utara telah dilanda konflik sejak November 2020, ketika Abiy memerintahkan serangan militer terhadap pasukan regional di Tigray.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan para pejuang dari Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) telah menyebabkan ribuan orang tewas dan jutaan orang mengungsi.
Pada bulan November, Abiy mengarahkan pertempuran ke garis depan. Sebulan kemudian, TPLF mundur ke wilayah mereka. Pasukan Ethiopia mengatakan mereka tidak akan maju lebih jauh.
Ada seruan kepada komite untuk mencopot Hadiah Nobel dari Abiy, tetapi ini tidak mungkin karena melanggar peraturan penghargaan Nobel.
“Bukan peran kami untuk memberikan komentar berkelanjutan tentang perkembangan Ethiopia atau menilai posisi penerima Hadiah Perdamaian setelah hadiah diterima,” kata komite tersebut.