ABG yang Jatuh dari Tebing di Bali Merupakan Siswa Berprestasi
Ratusan pelayat yang terdiri dari kerabat dan teman-teman George Ernest Suhardi hingga rekan kerja orang tuanya silih berganti datang melayat dan mengikuti Misa di rumah duka Grand Heaven, Jalan Pluit Raya, Jakarta Pusat, Minggu (1/7/2018).
Kepergian Ernest dirasa begitu cepat oleh keluarga. Ia dikabarkan jatuh dari tebing Pantai Balangan, Jimbaran, Kuta Selatan, Bali.
Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat 29 Juni 2018 sekira pukul 17.45 Wita.
Penuturan ibu korban, Yanri (46), bungsu dari dua bersaudara itu merupakan seorang anak yang cerdas. Ia menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di wilayah Cikampek, Jawa Barat. Ernest kemudian melanjutkan pendidikannya di SD Pangudi Luhur, Cikarang, Jawa Barat.
“Waktu kecil di Pangudi Luhur memang dia bagus, selalu nomer 1, cuma papanya takut dia jadi sombong atau gimana karena gak ada saingan. Kita kan takut anak kita ada di atas angin, NGgak pernah lihat keluar. Di luar padahal masih banyak yang hebat. masih ada orang yang lebih dari dia,” ujar Yanri.
Oleh sebab itu, ketika Lulus SD, orang tuanya mendaftarkan Ernest ke SMP Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat agar lebih tertantang dengan persaingan yang sangat ketat.
Di SMP Kolese Kanisius pun, Ernest selalu berprestasi yang dibuktikan dengan ranking yang diperolehnya. Meskipun dengan persaingan ketat, orang tua Ernest malah senang dengan alasan supaya anaknya merasakan bahwa banyak siswa lain yang lebih pintar dari putranya.
“Selalu (dapat ranking), tapi kadang 1 kadang 2. Tapi kalau di kelas selalu 1 yang benar-benar seangkatan. Sampai dia lulus SMP jadi juara umum. Kan kalau rapor itu kan 6 semester dia dapat juara umum dari 6 semester itu. Makanya dia dapat pin dua, dapat penghargaan lah,” kata Yanri bangga.
Remaja berusia 16 tahun ini merupakan juara umum saat lulus SMP di Kolase Kanisius Jakarta.
Lulus SMP, Ernest masuk ke SMA Kolese Kanisius. Dari dua semester yang sudah dilewatinya, nilai-nilai Ernest selalu menunjukkan peningkatan. Orang tuanya selalu menasehati dan menekankan agar anaknya tidak berlaku sombong.
Ernest bercita-cita melanjutkan pendidikannya ke Institut Teknologi Bandung (ITB), mengikuti jejak kakaknya yang sudah terlebih dahulu masuk melalui jalur undangan.
“Saya cuma bilang gak usah lihat kanan kiri yang penting kamu berusaha untuk mempertahankan saja karena cita-cita dia kan mau masuk ITB. Kita gak usah lihatlah teman kamu berapa (nilainya), nilai kamu segini oke, udah bagus kamu pertahanin segini. Supaya bisa lolos di jalur mudah-mudahan lolos jalur undangan. Dengan tidak turun kemungkinan jalur undangan lebih terbuka, seperti cicinya,” tutur Yanri.
Ia mengatakan bahwa sejak pindah ke Jakarta, Ernest tidak tinggal bersamanya, melainkan dengan kakak ipar Yanri di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Walau demikian, komunikasi antara Ernest dengan keluarganya tetap berjalan dengan baik.
Tidak nampak tanda-tanda aneh dalam beberapa hari terakhir sebelum kepergiannya. “Makanya tadi pagi saya lagi ngobrol sama cicinya, cepat ya tapi kita enggak merasa ada tanda-tanda feeling apa gitu enggak ada. Ernest pun kita ingat-ingat, kita flashback gitu kayanya Ernest enggak menunjukkan sesuatu perubahan sifat tingkah laku. Kan biasanya ada perubahan yang gimana, jadi baik. Ini enggak, masih ceria masih suka ledek-ledekan sama cicinya,” kenang Yanri.