Abdun Nashir Ahmad Al Malibari, Pejuang Dakwah Madzhab Syafi'i
Dr. Abdun Nashir Ahmad Al Malibari adalah tokoh dakwah Islam yang legendaris. Bagaimana sosok yang kharismatik ini, berikut ulasannya.
"Beliau adalah permata paling berharga yang pernah dimiliki Jamiah Imam Syafi'i ini, sungguh kerugian kita sangat besar atas kepergian beliau". Demikian kata Habib Ali Al Qushoibaty, beberapa hari sebelum kepulangan Dr. Abdun Nashir.
Dr Muhammad Darwish pernah berpesan kepada salah seorang teman kami:
"Dr. Abdun Nashir adalah Imam Ahli Sunnah wal Jamaah, Beliau adalah pedangnya Ahlu Sunnah wal Jamaah, kemenangan beliau adalah kemenangan Alhi Sunnah wal Jamaah, sungguh aku selalu mendoakan beliau dalam sujud-sujudku di sepertiga malam"
"Aku merasakan kenikmatan luara biasa ketika bisa bercakap dan membahas keilmuan dengan Dr. Abdun Nashir, aku belum pernah menemukan orang dengan keluasan ilmu dan kekuatan penalaran seperti beliau". Kata Dr. Shadi Arbash suatu ketika di kelas.
Dan sungguh jika aku menuliskan semua pujian Masyayikh untuk Dr. Abdun Nashir, tulisan ini tidak akan pernah ada habisnya.
Dr. Abdun Nashir adalah produk asli negeri Malibar, daerah di ujung selatan India, masuk dalam negara Bagian Kerala.
(Malibar adalah salah sumber ilmu yang masih kokoh menjaga budaya salaf, Syaikh Zainuddin Ahmad bin Abdul Aziz Al Malibari dengan Fathul Mu'innya adalah bukti nyata keagungan negeri ini).
Dr Abdun Nashir lahir dan besar di lingkungan keilmuan kota Malibar, menghapal belasan matan dari berbagai Fan, menyelami Minhajut Thalibin dan Jam'ul Jawami' beserta berbagai syarahnya sejak umur belasan tahun. Dididik langsung oleh ulama besar tanah Malibar, salah satunya Dr. Abu Bakr Ahmad, Grand Mufti Negri India.
Fiqih Madzhab Syafi'i, Ilmu Kalam dan Ushul Fiqh sudah mendarah daging dalam diri Dr Abdun Nashir. Sebelum akhirnya beliau melanjutkan studi di Al-Azhar dan mendapat gelar doktor dengan predikat cumlaude sekaligus menjadi lulusan doktor paling muda waktu itu.
Setiap inci dari Jamiah Imam Syafi'i beserta para penghuninya menjadi saksi betapa besar cinta beliau pada ilmu. Beliau berangkat dari ndalem beliau sejak pukul 3 dini hari dan minimal pulang pukul 23:00 malam. Kehidupan beliau hanya berputar antara masjid, kelas dan kantor beliau. Jika beliau tidak sedang di masjid, dan sedang tidak ada di kelas maka dapat dipastikan beliau sedang di kantor, mengarang kitab, mentahqiq atau sedang muthalaah.
Diceritakan ustadz Muhammad Kholilurrahman (beliau adalah salah satu santri paling dekat dengan Dr Abdun Nashir, kalian bisa bertanya apapun kepada beliau tentang Dr. Abdun Nashir), suatu ketika beliau sangat ingin (kebelet) untuk buang air kecil, dan bertepatan pada saat itu beliau mendapatkan kitab baru, sebagai bentuk penghormatan pada ilmu dan kitab itu, beliau menahan keinginan beliau untuk ke kamar kecil, dan beliau tidak terasa telah menahan selama 4 jam, sampai keinginan beliau untuk buang air kecil benar-benar itu hilang, dan ini terjadi kepada beliau berkali-kali.
Yang paling kami kagumi dari Dr. Abdun Nashir adalah beliau seperti memiliki 2 kepribadian dan karakter yang agung.
Jika kalian pernah membaca karya atau statement-statement beliau, kalian akan mendapati beliau layaknya Singa Padang pasir, Kalam beliau setajam pedang Katana, mematahkan apapun yang menghadangnya, dalil-dalil beliau sekokoh gunung, tak tergoyahkan, sindiran beliau menusuk tepat seperti anak panah. Siapapun yang mengenal beliau hanya dari tulisan beliau, dia akan menganggap beliau adalah sosok yang keras, tak terkalahkan dan terkesan seperti orang yang memiliki cara berbicara yang kasar dan ketus. (Ini memang merupakan ciri khas ulama' tanah India, kata-kata mereka dalam tiap karya selalu keras dan menusuk, ini tak lain disebabkan dari besarnya cinta dan ghiroh mereka pada Islam)
Tapi jika kalian bertemu dan belajar langsung dari beliau, beliau seolah berubah menjadi orang paling lembut dan penuh kasih sayang. Kalian akan mendapati beliau lebih sayang daripada orang tua, lebih derma dari samudra, lebih lembut daripada hembusan angin malam. Kalian akan mendapati senyum dan wajah teduh beliau adalah potongan dari purnama. Kalian akan dengan mudah mendapati beliau menangis di depan kelas ketika ada pembahasan tentang Rasulullah.
Beliau selalu bertanya kepada sebagian teman kami, adakah diantara kami yang membutuhkan sesuatu, adakah salah satu dari kami kesusahan dalam urusan finansial, dan belaiu pasti akan membantu.
Sering sekali beliau sembunyi-sembunyi untuk bisa memberi, beliau pura-pura meminta bantuan kepada kami agar beliau bisa memberi dan kami tak bisa menolak.
Sungguh aku melihat sendiri, ketika salah satu kawan kami sakit, beliau rela menjenguknya di asrama, beliau menasihatinya dengan mata berkaca-kaca, beliau berkata "Maaf aku tidak bisa membantu apa-apa. Kamu yang sabar ya, meskipun dengan keadaan seperti ini dan jauh dari orang tua, sungguh pahalmu akan berlipat ganda"
Suatu ketika ketika kami berada di masjid, kami melihat Gus Zahid (putra dari Dr. Abdun Nashir yang berumur 7-10 tahun) sedang berebut kursi dengan Gus Yaman (putra dari Dr. Muhammad Darwish yang sepantaran dengan Gus Zahid).
Maka datanglah Dr. Abdun Nashir dan menyeret tangan Gus Zahid dan memarahinya "Jangan sekali-kali kamu tidak menghormati Yaman, dia itu putra dari Dr. Muhammad, guru dari semua orang di Jamiah ini, kau harus menghormatinya seperti kau menghormati Dr. Muhammad"
Kemudian beliau berbalik kepada Gus Yaman memohonkan maaf dengan tulus dan berkata "silakan duduk di kursi ini wahai Yaman"
Ada satu cerita lagi, pernah salah satu kawan sowan kepada beliau dan bertanya, "Sayyidi, bagaima kami bisa membangum kesemangatan belajajar seperti njenengan? Apa kiat-kiat nya?"
Beliau pun seperti menahan marah dan menjawab: "Pertanyaan seperti ini tak seharusnya ditanyakan oleh seorang santri, kalian sudah bukan waktunya lagi sibuk mengurusi kesemangatan, kalau kalian masih sibuk mencari-cari kesemangatan buat apa kalian jadi santri, hidup kalian memang sudah seharusnya untuk belajar dan untuk ilmu. Saya setiap hari merasa kekurangan waktu dan kebingungan mana yang harus didahulukan untuk mutholaah dan tahqiq, kalian malah masih bingung bagaimana mana caranya semangat!! Seharusnya kalian tak punya waktu untuk bermalas-malasan!!"
Sungguh ini hanya sisi kecil dari luasnya keutamaan beliau, kita belum mengupas sisi tasawwuf, sisi tawadhu', sisi ketelitian beliau dalam tahqiq, sisi Istiqomah beliau dalam menjaga wirid dan keutamaan beliau lainnya, karena, percayalah, jika aku menulis semua keutamaan beliau, tidak akan pernah habisnya tulisan ini. Kalian bisa memastikan kepada siapapun dari santri Jamiah Imam Syafi'i yang kalian kenal, mereka akan bersaksi dengan apapun yang mereka miliki bahwa apa yang aku tuliskan di sini tak lebih dari percikan atas lautan keutamaannya.
Sekarang beliau sudah tidak mengajar di Jamiah Imam Syafi'i lagi. Telah kembali ke Malibar membangun Lembaga Pendidikan dengan nama Gift of India (Muassassah Al Imam Al Ghozali Fil Hindi)
Semoga Allah senantiasa menjaga dan memberkati langkahnya, memudahkan jalan dakwahnya, membalas semua jerih payah yang dicurahkannya demi Jamiah, demi Indonesia, demi seluruh ummat Islam, dengan seluruh kebaikan dunia dan akhirat.
Demikianlah.