Abdul Mu’ti: Wasathiyah Islam pun Sadar Keindahan
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatqakan, Islam datang sebagai agama peradaban. Umatnya disebut sebagai umat terbaik dan umat tengahan.
Menurutnya, unsur-unsur peradaban seperti keindahan, kebersihan, ketinggian ilmu terkandung dalam ajaran Islam di dalam Al-Quran maupun di dalam hadis Nabi Muhammad Saw.
"Keindahan, kebersihan, ketinggian ilmu bukan hanya dalam tataran materi, tapi juga dalam seni hingga akhlak. Dalam satu hadis Nabi disebutkan, Allah Swt Maha Indah dan mencintai keindahan," tutur Mu'ti, dalam keterangan Sabtu 2 Januari 2021.
Karena itu, Mu’ti merasa, seyogyanya umat Muslim memahami posisi mereka sebagai khairu ummah (umat terbaik) dan umat tengahan (wasathiyah) dengan menghadirkan apa yang dirasakan oleh orang lain sebagai bagian dari ciri peradaban.
“Maka dengan pengertian ini, Islam yang sempurna itu yang tampilan lahiriahnya indah, menyenangkan, dan mempunyai daya tariknya sendiri karena keindahan itu. Karena Islam wasathiyah harus menampilkan Islam yang membuat orang senang dengan apa yang dilakukan oleh kaum muslimin itu apakah dari perilakunya, atau secara fisik bisa diamati,” jelasnya.
“Jadi kalau ada orang Islam yang penampilannya kumal, kumuh, lalu diikuti dengan perkataannya yang kasar, saya kira itu tidak wasathiyah,” imbuhnya dalam forum Muhasabah Akhir Tahun AMM, Kamis lalu.
Pada bagian lain, Abdul Mu’ti menilai, ciri umat terbaik adalah mudah bergaul dengan siapapun, tapi tidak kehilangan prinsip-prinsipnya, memiliki kebiasaan berdialog atas dasar ilmu dan objektivitas.
“Bahkan dalam situasi apapun dapat menjadi cermin bagi yang lainnya. Saya kira kita bisa melihat secara historis bagaimana Muhammadiyah sejak awal menekankan pentingnya ilmu, pilar-pilar keadaban yang keadaban itu dibangun di atas konstruksi ilmu dan iman,” terangnya.
“Dan kalau menjadi komunitas tetap mematuhi hukum, tidak main hakim sendiri,” kata Abdul Mu’ti.
“Mari kita berusaha menjadi umat yang tidak ekstrim, tidak ekslusif tapi menjadi komunitas yang inklusif terbuka, tapi ditengah keterbukaan itu kita bisa menjadi cermin, uswah, contoh bagi masyarakat lainnya,” tutur Abdul Mu’ti.