Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerjunkan tim medis untuk mendampingi petugas PPK dan KPPS yang kini tengah menjalani proses rekapitulasi suara Pemilu 2019. Hingga kini sudah ada 947 petugas yang diperiksa. "Iya, sekarang kita (tim medis) lagi turun. Kita berputar. Kita kontrol semua petugas KPPS dan PPK untuk kita cek semua kesehatannya," kata Risma saat ditemui di rumah duka salah satu petugas TPS di Surabaya, Kamis, 25 April 2019. Menurut Risma, kerja para petugas KPPS dan PPK di lapangan, memang berat. Katanya, seorang petugas haruslah membuka tutup ratusan surat suara. Belum lagi mencatat perhitungan. Tentu hal itu membutuhkan tenaga dan kecermatan. "Tapi memang berat. Mulai buka gambar (surat suara) ini kan kayak senam. Sebanyak lima surat suara dikali 200 orang dan dikali lima lagi," ujarnya. Kendati demikian, Risma mengaku tak menyangka gelaran Pemilu dan Pilpres 2019, hingga memakan nyawa, akibat jam bertugas yang begitu panjang. Ia menyebut, sistem pemilu yang dilaksanakan secara serentak ini memang berbeda dari sistem pemilihan-pemilihan serupa, di waktu sebelumnya. "Saya gak ngerti, yang jelas ada perbedaan, tapi saya gak bisa dalami. Saya sudah komunikasi dengan KPU apakah bisa bergantian petugas, ternyata bisa," ujarnya. Apalagi, kata dia, di Surabaya ada sejumlah TPS yang harus melaksanakan perhitungan dan pemilihan suara ulang (PSU). Risma pun menyebut pihaknya akan makin menggencarkan pendampingan medis untuk para petugas. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita, mengatakan pihaknya telah menerjunkan 63 tim medis, yang setiap kelompoknya terdiri dari dua dokter dan tiga perawat. Mereka ditugaskan untuk terjun di 31 kecamatan, di seluruh Kota Surabaya. Dari diagnosis tim medis, sebanyak 947 petugas tersebut di antaranya diketahui menderita myalgia atau nyeri otot. Lalu, sebagaian petugas lain, didiagnosa paling banyak menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi. Di mana, kata Febria, kemungkinan para petugas tersebut sudah mempunyai riwayat hipertensi, lalu kambuh akibat terlalu lelah dan kurang tidur. "Semua KPPS dan PPK di kecamatan kita periksa. Kemudian memang rata-rata banyak yang kecapekan, sehingga tensinya agak tinggi," kata Febria, saat dikonfirmasi. (frd)