90 Demonstran Meninggal Sehari, Rusia Jadi Sahabat Sejati Myanmar
Rezim militer Myanmar semakin beringas membungkam protes damai dari warganya. Pada demonstrsi sepanjang Jumat, sedikitnya 91 orang meninggal akibat represi menggunakan senjata dari militer Myanmar.
Serangan tersebut muncul bersamaan dengan peringatan Hari Angkatan Bersenjata Nasional. Jenderal Senior Min Aung Hlaing, mengatakan parade militer di Ibu Kota Naypitaw akan menandai peristiwa tersebut.
Televisi milik negara juga menyebut jika demonstran berisiko terkena tembakan di kepala dan bagian belakang, jika turun ke jalan.
Sementara, portal berita The Myanmar Now menyebut 91 orang tewas di tangan pasukan bersenjata. "Hari ini adalah hari yang memalukan untuk pasukan bersenjata," kata Sasa, juru bicara CRPH, kelompok anti junta di forum internet.
"Mereka membunuh kami seperti menembak ayam atau burung, bahkan di rumah kami sendiri," kata Thu Ya Zaw. Kami akan tetap protes, kami harus berjuang hingga junta terjatuh," kanya.
Militer Myanmar belum menjawab permintaan konfirmasi Reuters.
Sementara, dalam siaran di televisi, Min Aung Hlaing menjanjikan adanya pemilihan kembali, tanpa menentukan kapan tepatnya. "Militer berupaya dengan segenap bangsa, untuk menegakkan demokrasi. Kekerasan yang menyebabkan ketidakstabilan keamanana, hanya untuk menyuarakan tuntutan, sangat tak pantas," katanya.
Rusia Sahabat Sejati
Atas kekerasan tersebut, pihak internasional banyak mengancam dan memberikan sanksi. Sanksi terbaru diberikan oleh Uni Eropa kepada 11 individu yang terlibat dengan opresi militer.
Namun, ada pula negara yang masih memberikan dukungan pada militer Myanmar. Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin hadir dalam parade militer di Naypitaw, dan telah bertemu sejumlah jenderal militer Myanmar sehari sebelumnya. "Rusia adalah teman sejati," kata Min Aung Hlaing.
Ada delapan negara yang mengirimkan perwakilan dalam peringatan tersebut. Antara lain Rusia, China, India, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Laos, dan Thailand. Tujuh di antaranya mengirim diplomat, dan hanya Russia yang mengirim menteri.
Hari Angkatan Bersenjata dirayakan untuk memperingati perjuangan atas penjajahan Jepang di tahun 1945. Perlawanan itu digagas oleh ayah Aung San Suu Kyi, pendiri kelompok militer. (Rtr)