9 PSK Digaruk, 3 Orang Ditemukan Positif HIV
Warga Probolinggo yang biasa gonta-ganti pasangan diminta waspada karena ancaman Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immnune Deficiency Syndrome (AIDS) bisa menerkam kapan saja.
Di Kabupaten Probolinggo, virus yang menyerang kekebalan tubuh itu juga beredar di kalangan PSK "kelas bawah".
Terbukti, tiga dari sembilan PSK yang digaruk Satpol PP di Kecamatan Wonomerto ditemukan terinfeksi HIV. Sebelumnya, Satpol PP merazia PSK yang "membuka praktik" di sebuah rumah di Kecamatan Wonomerto.
Sebanyak sembilan PSK yang terjaring kemudian dikirim ke Dinkes untuk diperiksa darahnya. Dari hasil test cepat (rapid test) diketahui, tiga di antara sembilan PSK positif mengidap HIV.
"Setelah kami data untuk penanganan selanjutnya, tiga PSK itu kami pulangkan. Kami juga memeriksa keluarga tiga PSK tersebut yang rentan tertular seperti, suami dan anaknya," ujar Kasi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kabupaten Probolinggo, Dewi Veronica, Senin, 3 Desember 2018.
Demi menjaga kesehatannya, ketiga PSK itu menjalani pendampingan termasuk diminta rutin mengonsumsi obat. "Yang kami khawatirkan kalau sampai menulari anak-anaknya," ujar Dewi.
Sebenarnya Dinkes setempat menargetkan angka nol terhadap temuan kasus HIV/AIDS baru. Tetapi targetnya agaknya susah untuk diwujudkan.
Terbukti, selama setengah tahun terakhir (hingga Juli 2018), ditemukan 122 kasus baru HIV di Kabupaten Probolinggo. Bahkan, dari angka tersebut, sebanyak 11 pengidap HIV telah meninggal dunia. Sedangkan, 111 orang masih hidup dan terus dalam proses pengobatan.
"Target kami memang nol, namun pada kenyataannya masih ditemukan kasus HIV di lapangan. Data kami hingga saat ini ada 1.699 penderita HIV. Kalau untuk tahun ini saja, ditemukan 122 kasus HIV," kata Kepala Dinkes, dr Shodiq Tjahjono.
Berdasarkan catatan, kasus HIV mulai ditemukan dan dilakukan pendataan di Kabupaten Probolinggo sejak tahun 2000 silam. Sejak tahun itu hingga akhir Juli 2018 ditemukan 1.699 penderita HIV/AIDS yang biasa disebut ODHA (orang dengan HIV/AIDS).
Dari angka tersebut, sebanyak 1.173 pengidap HIV masih hidup. Sedangkan sebanyak 526 penderita sisanya sudah meninggal dunia. "Berangkat dari data tersebut, kasus HIV harus ditangani lebih serius," ujar dr Shodiq.
Dinkes setempat sudah berupaya memberikan pelayanan kesehatan bagi ODHA. Sebab, HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Probolinggo yang sangat memerlukan penanganan secara komprehensif.
"Namun disayangkan, fasilitas pelayanan yang disiapkan Pemkab Probolinggo belum dimanfaatkan maksimal oleh ODHA," ujarnya. Terbukti, hanya sekitar 63 persen ODHA yang memanfaatkan layanan Pengobatan, Dukungan dan Perawatan. (isa)