9 Pelajar Papua Bersekolah di SMKN Winongan Pasuruan
Meskipun isu rasisme masih hangat dibicarakan, akan tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk 9 pelajar Papua yang saat ini bersekolah di SMKN Winongan.
Kesembilan pelajar tersebut adalah peserta program ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah), yakni salah satu upaya dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk melakukan pemerataan kualitas pendidikan, khususnya bagi anak-anak Papua dan Papua Barat.
Peserta yang telah lulus seleksi dan telah selesai mengikuti tahap pembekalan bakal dikirim ke sejumlah Sekolah Menengah Umum dan Kejuruan di pulau Jawa.
Liza Riska Yambe, salah satu siswi SMKN Winongan asal Papua mengaku tak terpengaruh dengan isu rasisme yang masih terasa sampai kini. Lantaran dirinya mendapatkan perlakuan yang sangat baik dari seluruh teman sekolah maupun para tetangga dan warga Winongan yang kenal dengannya.
"Senang sekali dan sangat bersyukur karena diterima dengan sangat baik. Teman-teman semuanya ramah. Tidak membeda-bedakan satu sama lain," katanya.
Siswi yang kini duduk di bangku kelas XI TKJ (Teknik Komputer Jaringan) tersebut sudah dua tahun menempuh pendidikan di SMKN Winongan. Sehari-hari, tinggal bersama kedelapan temannya di rumah Ahmad Miftah, salah satu guru SMKN Winongan.
"Saya panggilnya Ayah Miftah. Baik sekali beliaunya, dan sangat perhatian dengan keberadaan kami. Mulai dari makanan dan lainnya," ujarnya.
Liza dan temannya mengaku ternyata sangat menyukai rawon dan pecel yang merupakan makanan khas Jawa Timur. Kedua jenis makanan itu selalu direquest dan dimasakin langsung oleh ibu asuhnya. "Enak sekali rawon dan pecel. Tidak ada di Papua, tapi saya sangat menyukainya," katanya.
Atas kasus rasisme, Liza dan teman-temannya berpesan agar masyarakat tak ikut terprovokasi dengan isu rasisme akhir-akhir ini. Sebab yang terpenting adalah bagaimana bisa menjaga Indonesia agar tetap aman dan semakin maju. "Jangan membeda-bedakan apapun, karena kita adalah Indonesia," katanya.
Sementara itu, Evi Rustiana selaku Kepala SMKN Winongan mengaku sudah 7 tahun program ADEM ada di sekolahnya. Untuk tahun ini ada 3 pelajar Papua yang duduk di bangku kelas X di SMKN Winongan, sedangkan 6 lainnya masing-masing 3 pelajar kelas XI dan 3 pelajar kelas XII. Semua berjalan lancar, aman dan guyub satu sama lain.
"Ikatan emosional kami dengan pelajar papua sangat kuat. Bahkan, ketika sudah lulus SMK, komunikasi masih berjalan. Semoga hubungan yang baik ini dapat terus berjalan, sehingga mereka juga masih ingat dengan kami ketika mungkin sudah menjadi orang sukses," katanya.
Dijelaskan Evi, ketika pelajar papua menjadi bagian keluarga besar SMKN Winongan di tahun pertama, memang pihaknya sedikit mengalami kesulitan. Terutama dalam hal bahasa maupun kebiasaan. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, para pelajar papua tersebut bisa beradaptasi dengan budaya masyarakat Pasuruan dengan sangat cepat.
"Dulu pas awal-awal masuk sedikit kesulitan dalam memberikan pengertian, karena dari kebiasaan dan makanan. Tapi lama kelamaan terbiasa, apalagi mereka tinggal di rumah salah satu guru, dan kami sudah menyatu seperti keluarga besar," katanya.
Lebih lanjut Evi menegaskan bahwa seluruh pelajar Papua mendapatkan hak dan perlakuan yang sama dengan pelajar regular lainnya. Seperti dalam urusan keagamaan. Bahkan, tak sedikit dari pelajar Papua tersebut yang berprestasi, khususnya di bidang olahraga.
"Ada yang jadi juara Taekwondo. Kalau ingin mengikuti kegiatan keagamaan, hak beribadah kita layani. Kita antar mobil sekolah setiap hari selasa dan minggu ke Gereja di Kota Pasuruan. Mereka adalah keluarga kita," kata Evi. (Sumber: www.pasuruankab.go.id)