9 Nilai Utama Ajaran Gus Dur, Merawat Humanisme dan Toleransi
Setiap tahun Haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) diperingati. Tahun 2020, Haul ke-11 Gus Dur ditandai dengan pelbagai rangkaian acara, baik di Tebuireng Jombang, Ciganjur Jakarta, dan tempat lainnya. Sejumlah pembicara pun tampil memberi kesaksian akan eksistensi Gus Dur, yang juga Presiden ke-4 RI.
Pada hari haul Gus Dur, pada Rabu 30 Desember 2020 tadi malam, dirasa perlu merawat ajaran-ajaran pemilik nama asli Abdurahman Addakhil bin Abdul Wahid Hasyim bin Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari. Merawat ajaran Gus Dur adalah merawat humanisme, pluralisme dan toleransi. Semua itu adalah bahan baku rumah besar bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Gus Dur memiliki 9 nilai yang utama menjadi pergerakan dan garis perjuangan Syaikh GD. Maka 9 nilai ini menjadi titik tolak dari "rolling coster" perjuangan GD. Maka para pengikut GD atau para Gusdurian sudah selayaknya merawat 9 nilai perjuangan itu dalam konteks sebagai "DJAREK" yaitu Djalannya Revoeloesi Kita. Maka 9 Nilai itu menjadi valium yang mengokohkan basis utama nilai perjuangan para Gusdurian.
9 Nilai Utama Ajaran Gus Dur
(Disampaikan Alissa Wahid -- Koordinator Nasional Gusdurian):
1. Ketauhidan
2. Kemanusiaan
3. Kesetaraan
4. Keadilan
5. Persaudaraan
6. Pembebasan
7. Kesederhanaan
8. Kekesatriaan
9. Kearifan lokal
Maka Keterangan 9 Anasir itu adalah berikut :
1. Ketauhidan
Ketauhidan bersumber dari keimanan kepada Allah sebagai yang Maha Ada, satu-satunya Dzat hakiki yang Maha Cinta Kasih, yang disebut dengan berbagai nama. Ketauhidan didapatkan lebih dari sekadar diucapkan dan dihafalkan, tetapi juga disaksikan dan disingkapkan. Ketauhidan menghujamkan kesadaran terdalam bahwa Dia adalah sumber dari segala sumber dan rahmat kehidupan di jagad raya. Pandangan ketauhidan menjadi poros nilai-nilai ideal yang diperjuangkan Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama. Ketauhidan yang bersifat ilahi itu diwujudkan dalam perilaku dan perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
2. Kemanusiaan
Kemanusiaan bersumber dari pandangan ketauhidan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan paling mulia yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Kemanusiaan merupakan cerminan sifat-sifat ketuhanan. Kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling menghargai dan menghormati. Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta. Dengan pandangan inilah, Gus Dur membela kemanusiaan tanpa syarat.
3. Keadilan
Keadilan bersumber dari pandangan bahwa martabat kemanusiaan hanya bisa dipenuhi dengan adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam kehidupan masyarakat. Keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan dan karenanya harus diperjuangkan. Perlindungan dan pembelaan pada kelompok masyarakat yang diperlakukan tidak adil, merupakan tanggungjawab moral kemanusiaan. Sepanjang hidupnya, Gus Dur rela dan mengambil tanggungjawab itu, ia berpikir dan berjuang untuk menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat.
4. Kesetaraan
Kesetaraan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama di hadapan Tuhan. Kesetaraan meniscayakan adanya perlakuan yang adil, hubungan yang sederajat, ketiadaan diskriminasi dan subordinasi, serta marjinalisasi dalam masyarakat. Nilai kesetaraan ini, sepanjang kehidupan Gus Dur, tampak jelas ketika melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum tertindas dan dilemahkan, termasuk di dalamnya adalah kelompok minoritas dan kaum marjinal.
5. Pembebasan
Pembebasan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki tanggungjawab untuk menegakkan kesetaraan dan keadilan, untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk belenggu. Semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa yang merdeka, bebas dari rasa takut, dan otentik. Dengan nilai pembebasan ini, Gus Dur selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka yang mampu membebaskan dirinya dan manusia lain.
6. Kesederhanaan
Kesederhanaan bersumber dari jalan pikiran substansial, sikap dan perilaku hidup yang wajar dan patut. Kesederhanaan menjadi konsep kehidupan yang dihayati dan dilakoni sehingga menjadi jati diri. Kesederhanaan menjadi budaya perlawanan atas sikap berlebihan, materialistis, dan koruptif. Kesederhanaan Gus Dur dalam segala aspek kehidupannya menjadi pembelajaran dan keteladanan.
7. Persaudaraan
Persaudaraan bersumber dari prinsip-prinsip penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan semangat menggerakkan kebaikan. Persaudaraan menjadi dasar untuk memajukan peradaban. Sepanjang hidupnya, Gus Dur memberi teladan dan menekankan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran.
8. Kekesatriaan
Keksatriaan bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai yang diyakini dalam mencapai keutuhan tujuan yang ingin diraih. Proses perjuangan dilakukan dengan mencerminkan integritas pribadi: penuh rasa tanggung jawab atas proses yang harus dijalani dan konsekuensi yang dihadapi, komitmen yang tinggi serta istiqomah. Keksatriaan yang dimiliki Gus Dur mengedepankan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani proses, seberat apapun, serta dalam menyikapi hasil yang dicapainya.
9. Kearifan Lokal
Kearifan lokal bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal Indonesia di antaranya berwujud dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945, prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan seluruh tata nilai kebudayaan Nusantara yang beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan lokal dan menjadikannya sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial-budaya-politik dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban.
*) Malam peringatan "Haul Gusdurian 2020" dilaksanakan secara sederhana oleh Ponpes Mambaul Hikmah Pasarpon (PPMH). Setiap tahunnya para pecinta Gus Dur merayakan peringatan Haulan semacam ini untuk selalu menyambung, merawat nilai dan mengenang Bapak Pluralisme kita Bapak Presiden ke-4 R: KH. Abdurahman Wahid.
Biasanya peringatan ini dilakukan setiap malam tahun baru hijriah, namun malam tahun baru 2021 bersamaan dengan Istighotsah Majelis Dzikir Hasbunalloh (MDH) maka kita adakan sebelum tahun baru. Semoga Gus Dur dirahmati selalu. Alfatihah