9 Nama Kiai Sepuh Anggota AHWA, Usulan PWNU Jawa Timur
Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU, jabatan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli wal-'Aqdi (AHWA). Metode AHWA diisi oleh sembilan orang ulama yang ditetapkan secara langsung dalam forum muktamar.
Sistem AHWA merupakan sistem pemilihan Rais Aam NU yang ditetapkan pada Muktamar NU ke-33 di Jombang 2015 lalu.
9 Nama Usulan PWNU Jawa Timur
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur memilih sembilan kiai dan ulama yang akan diajukan sebagai anggota Ahlul Halli wal Aqdli (Ahwa) pada Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU), di Lampung pada 22-23 Desember 2021.
Sembilan nama kiai yang diusulkan PWNU Jawa Timur, ada KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan KH Ma’ruf Amin, kini Wapres RI.
PWNU Jatim mengusulkan sembilan nama kiai atau ulama untuk menjadi calon anggota Ahwa berdasarkan empat kategori.
Pertama, Kategori mantan Rais Aam NU, yaitu KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), KH Ma’ruf Amin dan KH Miftachul Akhyar;
Kedua, Kategori pengasuh pesantren sepuh, yaitu KH Anwar Manshur Lirboyo dan KH Nurul Huda Jazuli Ploso.
Ketiga, Kategori mantan anggota Ahwa Muktamar ke-33 NU, yaitu KH Dimyati Rois dan TGB Turmudzi;
Keempat, Kategori perwakilan wilayah NU se-Indonesia, yaitu KH Mahmudin Pasaribu dan KH Najamuddin Abd Sofa.
Keputusan itu tertuang dalam SK PWNU Jatim Nomor 1091/PW/A-II/I/XI/2021, pada Senin, 8 November 2021. SK tersebut juga dibacakan KH Abdurahman Al-Kautsar (Gus Kautsar) dalam acara turba PWNU Jatim di kantor PCNU Banyuwangi, Jawa Timur, pada Minggu, 7 November 2021.
Selain soal Ahwa, SK juga menuangkan soal calon Rais Aam PBNU dan Ketua Umum PBNU dari PWNU Jatim, yaitu KH Miftachul Akhyar sebagai calon Rais Aam NU dan KH Yahya Cholil Staquf sebagai calon Ketum PBNU. Untuk soal ini menguatkan keputusan yang sudah diumumkan sebelumnya.
"Menginstruksikan kepada PCNU di Jawa Timur untuk mengamankan keputusan ini, baik kaitannya dengan usulan Ahwa maupun calon Rais Aam dan Ketua Umum PBNU sebagaimana dimaksud di atas," kata Gus Kautsar.
KH Ahmad Mustofa Bisri Bersama Ulama Lain
Selain nama-nama yang diusulkan PWNU Jawa Timur, kini beredar di media sosial usulan sembilan nama kiai sepuh Nahdlatul Ulama (NU) calon anggota Ahlul Halli Wal Aqdi atau tim pemilih Rais Aam PBNU di Muktamar ke-34 Lampung.
Nama-nama itu diklaim diusulkan pihak yang mengatasnamakan Pengurus Wilayah NU dan Pengurus Cabang NU.
Sembilan kiai sepuh yang namanya beredar itu adalah
1. KH Ahmad Mustofa Bisri (Jawa Tengah),
2. KH Ma'ruf Amin (Banten),
3. KH Miftachul Akhyar (Jawa Timur)
4. Tuan Guru Haji (TGH) Turmudzi Badruddin (NTB),
5. KH Dimyati Rais (Jawa Tengah)
6. KH Anwar Manshur (Jawa Timur)
7. KH Nurul Huda Jazuli (Jawa Timur)
8. Syaikh Ali Akbar Marbun (Sumatera Utara); dan
9. KH Zainal Abidin (Sulawesi Tengah).
Jejak Muktamar ke-33 NU di Jombang
Sistem AHWA merupakan sistem pemilihan Rais Aam NU yang ditetapkan pada Muktamar NU ke-33 di Jombang 2015 lalu. Anggota Ahwa terdiri dari sembilan kiai atau ulama khas yang dipilih berdasarkan kesepakatan muktamar. Anggota Ahwa diketahui nantinya akan memilih Rais Aam NU.
Muktamirin menyepakati pemberlakuan mekanisme pemilihan Rais Aam PBNU melalui Ahlul halli wal aqdi (Ahwa) oleh sembilan ulama sepuh pada Muktamar Ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur.
Kesepakatan diputuskan dalam Sidang Pleno Komisi Organisasi yang dipimpin Anggota Syuriah PBNU KH Ishomuddin di Alun-alun Jombang, 5 Agustus 2015.
Dalam sidang itu, ujar Kiai Ishom, pemberlakuan Ahwa pada Muktamar Ke-33 itu merujuk pada Bab 14 Ayat 1 bahwa Rais Aam dipilih langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahwa.
Peraturan itu pun ditambahi dengan Aturan Peralihan pada Bab 27 Pasal 105 Ayat 1 bahwa Rais Aam dan PBNU sesuai Bab 14 ayat 1 itu ditetapkan setelah Muktamar Ke-33.
Namun, pemberlakuan sesudah Muktamar Ke-33 atau Muktamar Ke-34 itu langsung ditawarkan pimpinan sidang kepada muktamirin untuk dipilih. Usulan muktamirin tentang ulama yang menjadi peserta sidang saat melakukan registrasi pendaftaran muktamar adalah Mustasyar PBNU KH Ma'ruf Amin (Jakarta).
Selain itu, KH Ahmad Mustofa Bisri, KH Nawawi Abdul Djalil (Sidogiri, Pasuruan), KH Cholilurrahman (Kalsel), Syeikh Ali Marbun (Medan), dan Mbah KH Dimyati (Jateng). Nama lainnya, KH Mas Subadar (Pasuruan) dan KH Maemun Zuber (Sarang, Jateng) pun masuk.
Supremasi Ulama
Sistem pemilihan Ahlul halli wal aqdi (Ahwa) diterapkan dengan harapan memperkuat kembali supremasi Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ahwa merupakan tradisi yang lama berkembang di NU. Ahwa dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan dalam pemilihan Rais Aam, agar tidak ada riswah dan tidak ada konflik.
Perlunya penerapan kembali sistem Ahwa disepakati dalam rapat pleno PBNU di Wonosobo tahun 2013. Waktu itu, sejumlah pengurus menolak meskipun akhirnya menyepakati perlunya sistem lama itu untuk diterapkan kembali. Sayangnya, sosialisasi yang diakukan PBNU tidak dilakukan secara masif ke daerah-daerah. Padahal, setelah diputuskan harusnya sosialisasinya dilakukan secara masif.
Catatan, ikhtiar sosialisasi yang dilakukan PBNU menjelang pelaksanaan muktamar di Jombang telah diliputi suasana saling curiga sehingga tidak bisa maksimal. Begitu pun, sistem AHWA telah dipraktikkan dalam muktamar NU dalam perjalanan sejarahnya.
Beredar Susunan Nama Lain
Jelang Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 di Lampung pada 22-23 Desember, terkuak 9 nama ulama yang diusulkan menjadi anggota Ahlul Halli wal Aqdli (Ahwa). Sembilan nama usulan itu jelas dari sebuah grafis bertuliskan nama ulama yang diusulkan tersebar di media sosial.
Usulan tersebut diketahui sebagaimana tertera dalam grafis dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU). Namun belum diketahui pasti, apakah usulan tersebut merupakan usulan seluruh PWNU dan PCNU yang telah sepakat, atau usulan dari salah satu PWNU dan PCNU.
Dari 9 nama yang diusulkan, terdapat nama KH Ma'ruf Amin sosok ulama sekaligus Wakil Presiden RI; Habib Muhammad Lutfi bin Hasyim bin Yahya ulama Nusantara yang merupakan keturunan Nabi Muhammad sekaligus anggota Dewan Pertimbangan Presiden; Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus ulama Nusantara, sastrawan sekaligus pengasuh ponpes Taman Pelajar Islam Rouflatuth Tholibin.
Kemudian, KH Dimyati Rois, sosok kiai Zuhud dan Wara' dari Kendal. Ia juga merupakan seorang orator ulung dan juga pengasuh ponpes Al Fadlu Wal Fadillah Kaliwungu; KH Manurul Hidayat, Pengasuh ponpes Al Mahbubiyah dan ponpes Al Manar Azhari Islamic Bandung. Sosoknya juga merupakan pejuang tentara Hizbullah.
Selanjutnya, KH Agoes Ali Masyhuri yang merupakan pengasuh Ponpes Bumi Sholawat serta Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim; KH Dr Abun Bunyamin ulama kharismatik asal Purwakarta juga dikenal sebagai penulis sekaligus pengasuh ponpes Al Muhajirin Purwakarta.
Nama lainnya adalah Tgk Nurazzahri Yahya akrab disapa Waled NU yang merupakan pimpinan daya Ummul Ayman Samalanga Bireuen. Terakhir, Prof Dr Najjamudin And Safa ulama yang juga Guru Besar di Unhas.
Advertisement