9 Langkah! Muhasabah Diri, Cara Menyelesaikan Masalah dalam Islam
Hari-hari menjelang pergantian tahun, KH Kikin Abdul Hakim Mahfudz, Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang mengajak umat Islam untuk bermuhasabah. Mengoreksi diri.
Demikian pula ajakan serupa disampaikan Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama, Hj Khofifah Indar Parawansa. Untuk introspeksi diri dan ber-muhasabah diri agar tahun depan kehidupan kita lebih bermakna dan meraih ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT).
Segala puji hanya untuk Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga serta seluruh sahabatnya beliau. Amma ba’du:
Dalam kehidupan ini ada begitu banyak panah musibah yang begitu cepat menembus relung kehidupan kita, di tambah lagi dengan tombak bencana yang menancap kuat bersama lemparan waktu.Tapi harus di sadari bahwa sesungguhnya kita sekarang sedang hidup pada sebuah negeri kehidupan yang penuh dengan cobaan dan ujian, negeri yang di dalamnya penuh dengan kepayahan dan kesedihan, serta resah dan kegelisahan, semua menghampiri kita.
Maka manakala sebuah musibah turun menimpa, membikin suasana menjadi gelap gulita, dunia menjadi terasa sempit, maka dalam menangani problematikanya terkadang di butuhkan waktu yang lama serta usaha yang sungguh-sungguh bahkan bisa membutuhkan bantuan dari orang yang di percayai.
Muhasabah diri merupakan cara mengatasi masalah.Umumnya kebanyakan manusia, dan setiap keadaan harus disesuaikan dalam cara penanganannya. Seraya memohon mudah-mudahan Allah memberi taufik dan bimbinganNya.
1. Mengucapkan kalimat istirjaa ketika mendapat musibah
Jika seseorang di timpa musibah, maka pertama kali yang harus dilakukan untuk bisa mengobatinya yaitu kembali kepada Allah Ta’ala dengan mengucapkan:
قال الله تعالى: { إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ } ( سورة البقرة : 156)
“Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali”. (QS al-Baqarah: 156).
Dan kalimat istirjaa ini termasuk bagian dari adab Nabawi yang agung, karena kalimat tersebut akan membuat hati menjadi tenang dan tentram. Sebagaimana telah di riwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dari haditsnya Umu Salamah semoga Allah meridhoinya, dia mengatakan: “saya mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اللهم أجرني في مصيبتي وأخلف لي خيرا منها إلا أخلف الله له خيرا منها…”)) (رواه أبو داود والدارقطني وغيره){إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ما من مسلم تصيبه مصيبة، فيقول ما أمر الله:
“Tidaklah seorang muslim terkena musibah, kemudian mengucapkan kalimat yang telah di perintahkan oleh Allah Ta’ala dalam (kitabNya) yaitu mengucapkan “inaa lillahi wa inaa ilahi roji’un”, Ya Allah berilah pahala pada musibah yang menimpaku, dan berilah ganti darinya yang lebih baik, melainkan Allah pasti akan menggantinya yang lebih baik darinya”. (HR Muslim).
2. Perlahan dan tidak tergesa-gesa
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Aisyah di dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عليك بالرفق وإياك والعنف والفحش، فإن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه، ولا ينزع من شيء إلا شانه”)) (رواه مسلم)
“Berbuatlah dengan lembut lembut dan jauhi olehmu permusuhan dan perbuatan keji, sesungguhnya tidaklah lemah lembut itu di letakan pada suatu perkara melainkan ia pasti akan menghiasinya, dan tidaklah di cabut lemah lembut tersebut dari suatu perkara melainkan akan menjadikan jelek”. (HR Muslim).
Anjuran ini pada asalnya di tujukan pada ibunda kita Aisyah, namun setelahnya langsung mengarah kepada seluruh orang-orang yang beriman. Kita tidak pernah mendengar bahwa sifat mudah marah dan mudah terpancing emosi itu bisa mendatangkan kebaikan (di manapun tempatnya), Betapa indahnya kalau mau berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat sambil di hiasi dengan kelemahlembutan dan sikap bijak dalam bertindak.
3. Sabar
Dalam agama, sabar mempunyai kedudukan yang sangat urgen, bahkan ia merupakan bagian dari agama itu sendiri, di mana sabar adalah tempat berteduhnya bagi para penyabar, dan merupakan harta simpanan dari simpanan-simpanan di surga. Yang mana Allah Ta’ala telah menjanjikan bagi orang-orang yang sabar dengan pahala yang sangat besar, hal itu seperti yang di jelaskan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ( سورة الزمر :)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS az-Zumar: 10).
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله له خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن، إن أصابته سراء شكر، فكان خيرا له، وإن أصابته ضراء صبر، فكان خيرا له)) (رواه مسلم)
“Sungguh sangat menakjubkan perkaranya seorang mukmin itu, semua perkaranya baik, dan tidak ada pada seorang pun melainkan hanya seorang mukmin, jika dirinya mendapat reziki dia bersyukur, maka itu baik baginya, jika dirinya di timpa musibah lalu bersabar itu juga baik baginya”. (HR Muslim).
4. Berbaik Sangka
Suatu hal yang wajib bagi kita semua yaitu suudhon dhon (berbaik sangka.pent) kepada Allah Azza wa jalla bahwa yang namanya pertolongan dan jalan keluar itu pasti dekat adanya, bahwa kesulitan itu selalu di iringi bersama kemudahan. Demikian juga berbaik sangka kepada orang lain yang punya masalah dengan kita, karena ada kemungkinan disebabkan kesalah pahaman dan pandangan yang berbeda. Oleh karena itu berbaik sangka kepada sesama muslim akan menjadikan hati menjadi tenang, dan biasanya akan mudah memberi udzur (kepada orang tersebut) yang pada akhirnya menjadikan musibah itu terasa ringan, bisa membantu untuk memecahkan masalah tersebut dan menjadikan cara berpikir kita bersih dari hal-hal yang tidak di bolehkan.
5. Diam dan menyembunyikan problem yang sedang di alaminya
Termasuk dari wejangan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya dalam masalah ini yaitu menyembunyikan musibah yang sedang di alaminya, hal itu sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits, di mana Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من البر كتمان المصائب والأمراض والصدقة))
“Termasuk kebaikan adalah menyembunyikan musibah (yang menimpanya), penyakit dan shodaqoh”.
Oleh sebab itu jika musibah yang sedang menimpa mungkin bisa disembunyikan, maka menyembunyikannya adalah termasuk bentuk dari nikmat Allah Azza wa jalla yang lurus. Yang merupakan bagian dari rahasia dari rahasia-rahasia keridhoan pada Allah Ta’ala, yaitu dengan tidak selalu berkeluh kesah dan gelisah.
6. Jadikan sesuai dengan porsinya dan tidak membesar-besarkan masalah
Sebagian orang jika di timpa sebuah permasalahan, atau musibah merasa dunia seperti mau runtuh dan menjadi gelap gulita sambil menyangka bahwa dunia telah berakhir, namun perlu di ingat terkadang ada suatu perkara yang di benci oleh seorang manusia tapi ternyata Allah Ta’ala menjadikan itu adalah kebaikan yang banyak baginya, lihatlah firman Allah Ta’ala ini:
“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu..”. (QS al-Baqarah: 216).
7. Mencari solusinya dengan cara yang baik
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, diriwayatkan.
: “ليس الشديد بالصرعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب” متفق عليه.
Datang seorang sahabat kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan kepada beliau,
فقال أوصني قال: “لا تغضب” رددها مرارا، وقال rجاء رجل إلى النبي
“Ya Rasulallah berilah aku wasiat”. Beliau berkata: “Jangan marah”. Orang tersebut masih mengulang-ulang terus, lantas Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukanlah orang yang kuat itu (yang menang) dalam gulat, tetapi orang yang kuat (adalah) orang yang mampu menguasai dirinya ketika sedang marah”. (Mutafaqun ‘alahi).
8. Seseorang melihat seberapa jauh problem yang sedang di hadapinya sampai dia bisa melihat kalau itu bukan sesungguhnya.
Problematika kehidupan itu beragam dan bertingkat-tingkat adanya, demikian pula hati manusia juga beragam dan bertingkat-tingkat, ada yang kuat menanggung beban, ada yang bisa sabar dan ada lagi yang tabah.
Oleh karena itu supaya bisa untuk berpikir dan melihat dengan jelas sebuah masalah, seseorang melihat jauh kedepan sampai batas akhir musibah tersebut, dan melihat bahaya apa yang paling berat dari dampak musibah itu.
9. Banyak beristighfar
Diantara bentuk kembali kepada Allah Subhanahu wa ta’ala adalah banyak beristighfar. Di mana Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من أكثر من الاستغفار، جعل الله عز وجل له من كل هم فرجا، ومن كل ضيق مخرجا، ورزقه من حيث لا يحتسب” [رواه أبو داود].
“Barangsiapa yang banyak mengucapkan istighfar, maka Allah Azza wa jalla menjadikan baginya setiap kesedihan jalan keluar, setiap kesempitan di bukakan pintu keluarnya, dan di beri rizki dari arah yang tidak di sangka-sangka”. (HR Abu Dawud).
Demikian wallahu a'lam. Semoga bermanfaat.
Advertisement