9 Amalan Sahabat Nabi Ditinggalkan Mereka yang Menolak Maulid
Maulid Tak Diamalkan Sahabat! Berikut Amalan Sahabat Nabi yang Mereka Ditinggalkan
Bulan Maulid memang segera berakhir. Namun, masih ada masalah yang perlu mendapat penjelasan seperlunya. Menyusul adanya perbedaan pendapat di masyarakat terhadap masalah Maulid Nabi.
Di tengah masyarakat luas, Maulid Nabi menjadi syiar bagi Islam secara luas. Guna memahami masalah ini, berikut penjelasan Ust Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur.
Ada yang membuat slogan bahwa "Maulid Nabi tidak pernah dilakukan oleh Sahabat, maka jangan lakukan Maulid Nabi". Saya tidak yakin jika seandainya saja ada sahabat yang mengamalkan lalu mereka turut mengamalkan. Buktinya ada banyak amalan Sahabat Nabi, baik sanadnya sahih atau daif, tetapi mereka tidak melakukannya.
Mengapa dan apa saja?
1. Tarawih 20 Rakaat
عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ ، قَالَ : كُنَّا نَقُومُ فِي زَمَنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ بِعِشْرِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرِ . (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ فِي الْمَعْرِفَةِ) . قَالَ النَّوَوِيُّ فِي " الْخُلَاصَةِ " : إسْنَادُهُ صَحِيحٌ
“Dari Sa’ib bin Yazid, dia berkata: “Kami melakukan shalat (Tarawih) pada zaman Umar bin Khatthab dengan 20 rakaat dan witir”. (HR. Baihaqi) an-Nawai berkata dalam kitab al-Khulashah: “Sanadnya sahih” (al-Hafidz az-Zaila’i, Nashbu ar-Rayah 3/229)
2. Azan Jumat 2 Kali
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ الإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ - رضى الله عنهما - فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ - رضى الله عنه - وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ
Saib bin Yazid berkata bahwa azan hari Jumat awalnya saat imam duduk di mimbar di masa Nabi shalallahu alaihi wasallam, Abu Bakar dan Umar. Di masa Utsman ketika umat Islam banyak maka ditambah azan ketiga di Zaura'
Adzan tambahan dalam Jumat (HR al-Bukhari No 412-916)
3. Tawasul Di Makam
وَرَوَى اِبْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ مِنْ رِوَايَةِ أَبِيْ صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ مَالِك الدَّارِيِّ - وَكَانَ خَازِنَ عُمَرَ - قَالَ أَصَابَ النَّاسَ قَحْطٌ فِيْ زَمَنِ عُمَرَ فَجَاءَ رَجُلٌ إِلَى قَبْرِ النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِسْتَسْقِ لِأُمَّتِكَ فَإِنَّهُمْ قَدْ هَلَكُوْا فَأَتَى الرَّجُلَ فِيْ الْمَنَامِ فَقِيْلَ لَهُ اِئْتِ عُمَرَ ... الْحَدِيْثَ.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan hadis dengan sanad yang SAHIH dari Abi Shaleh Samman, dari Malik al-Dari (Bendahara Umar), ia berkata: Telah terjadi musim kemarau di masa Umar, kemudia ada seorang laki-laki (Bilal bin Haris al-Muzani) ke makam Rasulullah Saw, ia berkata: Ya Rasullah, mintakanlah hujan untuk umatmu, sebab mereka akan binasa.
Kemudian Rasulullah datang kepada lelaki tadi dalam mimpinya, beliau berkata: Datangilah Umar….
Saif meriwayatkan dalam kitab al-Futuh lelaki tersebut adalah Bilal bin Haris al-Muzani salah satu SAHABAT Rasulullah”. (Ibnu Hajar, Fathul Bari, III/441, dan Ibnu 'Asakir, Tarikh Dimasyqi, 56/489)
Salafi: "Itu Daif!"
Aswaja: "Kata siapa?"
Salafi: "Kata Syekh kami, Albani"
Aswaja: "Berarti antum ikut Syekh Albani, bukan ikut Sahabat".
4. Baca Yasin Dekat Orang Yang Akan Wafat
صَفْوَانُ حَدَّثَنِى الْمَشْيَخَةُ أَنَّهُمْ حَضَرُوا عِنْدَ غُضَيْفِ بْنِ الْحَارِثِ الثُّمَالِىِّ حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِىُّ فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ. قَالَ وَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا. قَالَ صَفْوَانُ وَقَرَأَهَا عِيسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ ابْنِ مَعْبَدٍ.
Shafwan berkata: “Shaleh bin Syuraih membacakan Yasin di dekat Ghudlaif al-Tsumali. Isa bin Mu’tamir juga membacakan Yasin di dekat Ibnu Ma’bad. Para Guru berkata: "Jika Surat Yasin dibacakan di dekat orang yang akan mati, maka akan ringan keluarnya ruh” (HR Ahmad, Al Hafizh Ibnu Hajar menilai sanadnya Hasan)
Salafi: "Itu Daif!"
Aswaja: "Kata siapa?"
Salafi: "Kata Syekh kami, Albani"
Aswaja: "Berarti antum ikut Syekh Albani, bukan ikut Sahabat".
5. Baca Al-Quran Setelah Wafat
أبي خالد الاحمر عن يونس عن الحسن عن عمر قال : احْضُرُوْا أَمْوَاتَكُمْ فَأَلْزِمُوْهُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَغْمِضُوْا أَعْيُنَهُمْ إِذَا مَاتُوْا وَاقْرَؤُوْا عِنْدَهُمُ الْقُرْآنَ
Diriwayatkan dari Khalid, dari Yunus, dari al-Hasan dari Umar, ia berkata: Datangilah orang yang meninggal, tuntunlah dengan kalimat Lailaaha illa Allah, pejamkan matanya jika telah mati, dan bacakanlah al-Quran di dekatnya (Riwayat Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf 3/386 No 6043 dan Ibnu Syaibah 2/448 No 0882, juga diriwayatkan oleh Said bin Manshur)
Salafi: "Itu Daif!"
Aswaja: "Kata siapa?"
Salafi: "Kata Syekh kami, Albani"
Aswaja: "Berarti antum ikut Syekh Albani, bukan ikut Sahabat".
6. Baca Al-Quran Di Makam
وَذَكَرَ الْخَلَّالُ عَنِ الشُّعْبِي قَالَ كَانَتِ الْأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ المَيِّتُ اخْتَلَفُوْا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُوْنَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ
Al-Khallal menyebutkan dari Syu’bi bahwa jika ada diantara Sahabat Ansor yang wafat, maka mereka bergantian ke makamnya, membaca al-Quran di dekatnya” (Ibnu Qayyim, ar-Ruh 1/11)
Salafi: "Itu Daif!"
Aswaja: "Kata siapa?"
Salafi: "Kata Syekh kami, Albani"
Aswaja: "Berarti antum ikut Syekh Albani, bukan ikut Sahabat".
7. Tabaruk Dengan Selain Nabi
ﺫﻛﺮ ﻣﻨﺎﻗﺐ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻃﻠﺤﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﻴﺪ اﻟﻠﻪ اﻟﺴﺠﺎﺩ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ «ﻛﺎﻥ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻃﻠﺤﺔ ﻣﻦ اﻟﺰﻫﺎﺩ اﻟﻤﺠﺘﻬﺪﻳﻦ ﻓﻲ اﻟﻌﺒﺎﺩﺓ، ﻭﻛﺎﻥ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺘﺒﺮﻛﻮﻥ ﺑﻪ ﻭﺑﺪﻋﺎﺋﻪ
Muhammad bin Talhah bin Ubaidillah adalah orang yang Zuhud, ahli ibadah. Para Sahabat Nabi bertabarruk dengannya dan doanya (Al-Hakim dalam Al-Mustadrak)
8. Zikir Suara Keras Setelah Salat
اِنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوْا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ (رواه البخاري)
Ibnu Abbas berkata: ”Sesungguhnya mengeraskan (bacaan) dzikir setelah para sahabat selesai melakukan salat wajib sudah ada sejak masa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.” (Sahih Bukhari)
9. Bersyair di Masjid
وَفِي صَحِيْحِ الْبُخَارِيْ اَنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَرَّ فِي الْمَسْجِدِ وَحَسَّانُ يُنْشِدُ فِيْهِ الشِّعْرَ فَلَحِظَ اِلَيْهِ فَقَالَ كُنْتُ أُنْشِدُ فِيْهِ وَفِيْهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ ثمَّ الْتَفَتَ إِلَى أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ أَنْشُدُكَ بِاللهِ أَسَمِعْتَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ أَجِبْ عَنِّي اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِ قَالَ نَعَمْ.
"Umar lewat di masjid sementara Hassan membaca syair. Umar melirik kepadanya dan berkata: Saya membaca syair di masjid, dan di dalamnya ada orang yang lebih baik daripada anda. Kemudian Umar menoleh ke Abu Hurairah, lalu bertanya: Saya bersumpah untukmu demi Allah, apakah kamu mendengar Rasulullah bersabda: Jawablah untuk saya! Ya Allah, kokohkan Hassan dengan malaikat Jibril? Abu Hurairah menjawab: Ya, saya mendengarnya” (HR Bukhari-Muslim)
Jadi standar amalan mereka bukanlah apa yang dilakukan Sahabat, tetapi amalan yang tidak dipilih oleh Syekh-syekh mereka.
Demikian semoga bermanfaat. Amiin.